Pages

Jurnalism



Pendahuluan

  1. Pendahuluan Jurnalistik Dasar

Anda tidak bisa lepas dari berita. Setiap hari, bahkan boleh jadi
setiap jam Anda menerima berbagai puluhan hingga ratusan berita.
Ada berita yang disampaikan secara lisan oleh tetangga ketika
bertandang ke rumah, ada juga berita melalui surat atau email. Dan
yang paling umum adalah berita yang didistribusikan oleh
perusahaan media berupa cetak, internet, radio, televisi dan lainnya.
Pada abad ini dan yang akan datang, penyampaian berita akan
sangat jauh berbeda. Kecepatan distribusinya begitu dahsyat. Hanya
hitungan detik, Anda sudah bisa membaca, mendengar atau
menonton sebuah peristiwa yang sedang berlangsung. Anda tidak
perlu waktu lama untuk memperoleh berita. Ada internet, ada radio
dan televisi. Semua itu berkat kemajuan teknologi yang terus
berkembang secara pesat.
Pada dasarnya, orang senang mendengarkan berita mulai dari
masalah yang berada di lingkungannya hinga ke belahan manapun
di bumi ini. Masalahnya, orang tidak selalu mempercayai berita-
berita yang diperolehnya. Orang membutuhkan sesuatu yang bisa
dipercaya bahwa berita yang disampaikan sesuai fakta-fakta dan
mendekati kebenaran. Dan, orang merasa yakin tentang hal itu
karena dijalankan oleh orang-orang yang memiliki kompetensi di
bidangnya. Orang itu adalah wartawan atau jurnalis.
Dalam konteks itu, pada Bab I Jurnalistik Dasar, diperkenalkan apa
itu berita dan apa itu wartawan, lalu motivasi orang ingin menjadi
wartawan. Bagaimana membuat berita dengan mudah serta
bagaimana para jurnalis memperoleh berita. Tak hanya itu,
diperkenalkan juga teknik-teknik membuat berita mulai dari lead
ringkasan, piramida terbalik dan penggunaan kalimat yang efektif.
Jika sudah mempelajari Bab I Jurnalistik Dasar, kami berharap,
pembaca setidaknya mengetahui dan lebih diharapkan untuk bisa
membuat berita secara benar. Metode-metode yang diperkenalkan
bisa digunakan secara praktis dan merupakan metode umum untuk
para wartawan pemula.
Hanya perlu diingat, jurnalistik yang diperkenal di sini merupakan
ilmu terapan yang bermakna ilmu ini akan terasah dan terkuasai
dengan benar jika sering digunakan atau setiap hari dilatih.
Semakin banyak Anda menulis, maka Anda semakin mahir dan siap
untuk melangkah ke bab-bab berikutnya untuk mempelajari
Jurnalistik Tulis Lanjutan dan Mahir.




Membuat Berita Itu Mudah

  1. Membuat berita itu mudah

Enggak percaya? Coba perhatikan sekitar lingkungan di luar rumah
atau keluarga kita. Jika di lingkungan sedang ada gotong royong,
coba cermati dengan baik. Catat siapa yang memimpin acara
gotong royong, berapa jumlah orang yang ikut dalam kegiatan itu
dan apa saja yang dikerjakan. Jangan lupa juga mencatat waktu
pelaksanaan gotong royong tersebut.
Kita ambil contoh. Gotong royong itu dipimpin oleh Pak RT dan
ikut dalam kegiatan itu berjumlah 20 orang yang merupakan warga
setempat. Waktu pelaksanaan pada hari Minggu, tanggal 24
Februari 2014. Warga mebersihkan got dari sampah, membakar
sampah, membersihkan dan seterusnya.
Setelah mencatat semuanya, mari kita rumuskan dengan rumus
berita yang kuno tetapi sangat terkenal, yaitu 5W + 1 H. Apa itu?
What = Apa?
Who = Siapa?
When = Kapan?
Where = Dimana?
Why = Mengapa?
How = Bagaimana?
Jawablah pertanyaan tersebut sesuai dengan catatan yang kita
himpun. Misalnya seperti ini;
What = Gotong Royong
Who = Bapak RT dan 20 Warga
When = Hari Minggu, tanggal 24 Februari 2014
Where = di RT 001/RW001, Kelurahan Sumurpecung, Kota Serang
Why = Lingkungan kotor oleh sampah dan menjelang musim hujan
How = Melakkan pembersihan
Mari kita susun menjadi sebua kalimat;
Bapak RT dan 20 warga melakukan gotong royong di RT 001/
RW001, Kelurahan Sumurpecung, Kota Serang, Minggu
(24/2-2014). Kegiatan gotong royong itu untuk membersihkan
sampa yang menyumbat aliran air di got-got yang ada di
lingkungan.
Paragraf di atas sudah menjadi sebuah berita. Mudahkan membuat
berita?







Apa Itu Berita
  1. Apa Itu Berita

Apa itu berita? Pertanyaan itu acapkali muncul pada orang yang
berminat pada profesi wartawan atau para pemula. Apakah kabar
yang sering termaktub dalam obrolan sehari-hari merupakan
berita? Jawabannya tentu tidak sama, tetapi kabar itu bisa menjadi
bahan awal untuk mewujudkan sebuah berita.
Coba cermati orang yang tengah berbelanja di pasar, atau
sekelompok orang yang mengobrol. Kita mengambil percakapan itu
sebagai contoh.
PERCAKAPAN 1:
Catatan: Pb = Pembeli, Pj = Penjual
Pb: Mang beli bawang merah setengah kilo aja!
(Pj memasukan bawang-bawang ke tempat timbangan, kemudian
dibungkus kantong plastik. Pb pun mengeluarkan Rp10.000).
Pj: Harganya naik neng. Setengah kilo Rp19.000.
Pb: Kemarin, masih Rp10.000, mang.
Pj: Iya neng dari sananya. Katanya sekarang bawang impor , bukan
bawang  lokal.
PERCAKAPAN 2
Catatan: or1 dan or2.
Or1: Kang, ada tabrakan mengerikan tadi pagi, kang?
Or2: Tabrakan apa? Aku belum dengar.
Or1: Rombongan anak-anak SMP dan SMA. Kudengar mau ke
Jambore Pramuka di Pandeglang. Mereka naik truk, terus terbalik.
Dua puluh orang meninggal.
Or2: Inalillahi wa inalillahi rojiun, kapan itu?
Or1: Tadi pagi
Perhatikan dua percakapan di atas. Percakapan 1 membawa kabar
bahwa harga merah naik dari Rp10.000 per 0,5 Kg menjadi
Rp19.000/Kg atau dari Rp20.000/Kg menjadi Rp38.000/Kg. Jika
dipersentasekan, kenaikan itu 90 persen dari harga semula.
 Percakapan 2 membawa kabar sebuah peristiwa kecelakaan
kendaraan truk yang mengangkut rombongan SMP dan SMA yang
akan berjambore di Pandeglang. Kecelakaan itu menyebabkan 20
orang meninggal.
Apakah kabar dalam kedua percakapan itu sudah menjadi berita?
Lalu, apa yang membedakan kabar itu dengan berita yang sering
dibaca di media cetak dan online, didengar di radio dan dilihat di
televisi?
Menurut Mitchael Stephens yang menyusun buku A History of
News:
Berita adalah informasi baru atau informasi mengenai sesuatu yang
sedang terjadi, disajikan lewat bentuk cetak, siaran, Internet, atau

dari mulut ke mulut kepada orang ketiga atau orang banyak.
Jadi, kabar yang dibawa dalam perakapan 1 dan 2 sebenarnya
sudah masuk dalam katagori berita, hanya belum layak menjadi
berita dalam pengertian kewartawanan. Dan, kabar itu menjadi
sebuah berita ketika dibuat laporan. Bentuk laporannya tentu
memenuhi kaidah-kaidah jurnalistik. Dan agar menjadi berita yang
menarik serta dibaca banyak orang, maka berita itu harus
memenuhi kriteria berita.






































Apa itu Wartawan

  1. Apa itu Wartawan

Orang yang memberitakan sesuatu peristiwa sering disebut
wartawan atau jurnalis. Sebenarnya apa itu wartawan, apa yang
mereka lakukan serta apa yang dibutuhkan untuk menjadi seorang
wartawan?
Sebutan wartawan mengacu pada kata bahasa Indonesia. Menurut
Kamus Besar Indonesia, asal katanya adalah warta yang bermakna
kabar atau berita. Dan, orang yang memberikan kabar atau berita
itu disebut pewarta atau wartawan. Namun istilah itu lebih dikenal
sebagai wartawan dibandingkan pewarta. Definisi khusus wartawan
menurut KBI adalah orang yang mencari dan menyusun berita
untuk dikirimkan dan dimuat di suratkabar, majalah, radio dan
televisi. Jenis medianya kini bertambah untuk media online atau
internet. Istilah jurnalis sebenarnya sama dengan wartawan. Kata
jurnalis mengacu pada Bahasa Inggris journalist.
Ada dua jenis wartawan yang selama ini dikenal.
Pertama, wartawan yang terikat berkerja pada perusahaan atau
organisasi pers. Biasanya, wartawan jenis ini memiliki gaji tetap dan
tunjangan-tunjangan lainnya seperti layaknya karyawan
perusahaan. Dalam tugasnya, bisa jadi dikhususkan pada bidang-
bidang tertentu seperti wartawan kriminal, ekonomi, politik, budaya
dan sebagainya.
Kedua, freelance atau wartawan bebas. Dia tidak berkerja khusus
untuk perusahaan atau organisasi pers tertentu. Dia berkerja
berdasarkan siapa saja atau perusahaan pers manapun yang
membayarnya. Dia tidak terikat dengan ketentuan dan peraturan
perusahaan, kecuali terikat pada peraturan dan ketentuan tentang
pers dan perjanjian kerja atas kontrak pemberitaan. Sama dengan
wartawan jenis pertama, ada wartawan freelance yang
mengkhususkan pada bidang tertentu, ada juga bersifat general
yang berarti dia memberitakan apapun.
Untuk mengetahui lebih jauh tentang keredaksian, secara umum
digambarkan sebagai berikut:
Asisten Redaktur:
Di sejumlah perusahaan media terdapat jabatan struktural yang
diberi nama asisten redaktur. Tugasnya antara lain mengumpulkan,
memperbaiki dan memperkaya berita dari wartawan. Jabatan ini
diadakan biasanya disebabkan volume pekerjaan yang besar dalam
satu bidang, semisal bidang atau desk metro, desk daerah dan
sebagainya. Dalam sebuah perusahaan media yang ramping,
jabatan asisten redaktur terkadang dihilangkan, hanya cukup
dikelola oleh redaktur.

Redaktur:
Dia merupakan kepala bidang atau kepala desk yang menentukan
apakah sebuah berita itu layak diterbitkan atau tidak. Dia biasanya
membawa hasil pekerjaan wartawan ke rapat redaksi untuk
menentukan halaman mana yang cocok dari berita yang dibuat
wartawan, apakah berita itu menarik hingga layak di halaman satu
atau hanya halaman redaktur itu sendiri.
Asisten Redaktur Pelaksana
Jabatan antara lain bertugas mengumpulkan, mengawasi dan
memacu unit atau bidang yang berada di bawahnya. Tentu saja,
jabatan ini diadakan karena akibat volume pekerjaan yang luar
biasa. Tetapi pada perusahaan yang ramping, jabatan ini
dihilangkan dan cukup ditangani redaktur pelaksana.
Redaktur Pelaksana
Jabatan redaktur pelaksana diibaratkan dirijen dalam sebuah
konser musik. Dia merupakan orang yang mengatur irama dan
keserasiannya dalam bermain musik. Redaktur pelaksana juga
begitu. Di tangannya, dia harus memutuskan dengan cepat, apakah
sebuah berita itu bisa dikembangkan dan difokuskan yang pada
akhirnya akan dibaca banyak orang, atau segera melepaskan berita
itu karena bermuatan hal-hal yang bertentangan dengan kaidah-
kaidah jurnalistik dan ketentuan hukum tentunya.
Wakil Pemimpin Redaksi
Jabatan wakil pemimpi redaksi sebenarnya mulai “mengawinkan”
aspek keredaksian dengan aspek usaha unruk mendampingi
Pimpinan Redaksi. Perkawinan kedua aspek itu menjadi landasan
untuk Pemimpin Redaksi mengambil keputusan-keputusan strategis
dan penting.
Pemimpin Redaksi (Chief of Editor)
Pemimpin Redaksi bertanggung jawab atas seluruh konten yang
ada di media. Dia lah yang memiliki keputusan akhir tentang
apakah sebuah konten dimuat atau tidak. Dia pula yang harus
menghadapi ketika sebuah konten dipersoalkan.













Mengapa Jadi Wartawan?

  1. Mengapa Jadi Wartawan

Pertanyaan ini sering dilontarkan ketika menjadi narasumber di
sebuah sesi pelatihan jurnalistik. Pesertanya ada yang sudah
menjadi wartawan di sebuah harian lokal, ada mahasiswa yang
sekadar ingin tahu apa itu wartawan. Jawaban mereka sering
membuat kejutan. Simak di bawah ini;
Kecelakaan
Ada peserta yang menjawab bahwa menjadi wartawan bukan
merupakan cita-citanya. Menjadi wartawan merupaka
“kecelakaan”. Dia mengaku sedang tidak berkeinginan untuk
berkerja dimana pun seusai kuliah di perguruan tinggi di Serang.
“Tadinya saya mau ke Bali, memperdalam seni,” kata peserta
tersebut. Ternyata, ada keluarganya yang memaskan lamaran ke
sebuah perusahaan media lokal, maka dia dapat panggilan. Ya,
sejak itu dia menjadi wartawan.
Ada lagi wartawan yang medianya berbasis umat Islam. Dia
mengaku, tak ada dalam benaknya untuk menjadi wartawan. Dia
berangkat dari Medan dengan tujuan ke Yogyakarta untuk menjadi
penyair yang terkenal. Sebelum ke Yogyakarta, dia mampir di
Serang untuk menemui kerabatnya. Eh, dia kecantol dengan
seorang gadis, kemudian dinikahinya. Dan, dia pun jadi melamar
menjadi wartawan lokal saat itu, kemudian pindah ke harian
nasional yang berbasis umat Islam yang terbit di Jakarta. Hingga
sekarang dia tetap menjalankan profesi sebagai wartawan,
meskipun tidak lagi berkerja di media nasional itu.
Tempat transit
Ada lagi peserta yang sudah berpredikat sebagai wartawan. Dengan
bersumpah dia mengatakan, pekerjaannya sebagai wartawan hanya
bersifat sementara. Dia berkeinginan menjadi pegawai
pemerintahan. “Dengan profesi wartawan, kan saya bisa melobi
pejabat yang punya kewenangan untuk menerima pegawai. Kalau
saya tidak bisa karena tidak memenuhi syarat, paling tidak istri saya
bisa menjadi PNS,” katanya dengan berapi-api. Jika istrinya yang
menjadi PNS, maka dia berjanji akan berhenti menjadi wartawan.
Sebelumnya, dia sudah berusaha mencari pekerjaan yang lain
seperti melamar jadi pegawai negeri sipil (PNS), melamar ke pabrik
dan lain sebagainya. Tetapi usahanya tidak pernah menghasilkan.
Ketika sebuah media nasional membuka lowongan pekerjaan untuk
wartawan, maka dia ikut melamar. Maka jadilah ia wartawan.
Kutanyakan mengapa dia begitu keras hingga bersumpah bahwa
profesi wartawan hanya bersifat sementara? Jawaban ini lah yang
membuat kepala tertunduk.

Dia mengatakan, selama menjalankan profesi wartawan, dia
mendapatkan kesan profesi itu bukan hal yang baik di sebagian
mata masyarakat, termasuk keluarganya. Seolah profesi ini sama
dengan preman atau “tukang peras” para pejabat atau orang-orang
yang bermasalah. Jika dia membuat berita dan dimuat di medianya,
terkadang dia disindir dengan kata-kata “wah sudah cair nih?”. Dia
mengaku tidak tenang dengan hal-hal seperti itu.
Tentu saja, jawaban itu membuat kejutan. Apa yang sebenarnya
terjadi pada profesi wartawan di Indonesia, terutama di Banten,
sehingga menimbulkan pernyataan seperti itu. Apakah sejak awal
tidak ditanamkan atau tidak dilakukan pendidikan dan latihan
yang benar tentang wartawan.
Ingin Terkenal
Ada juga jawaban yang membuat hiburan, meski terkesan jawaban
itu diada-adakan.Bahwa menjadi wartawan merupakan pilihan
untuk lebih dikenal di kalangan perjabat, selebritis dan lingkungan
lainnya. Atau paling tidak, dia punya status yang punya nilai di
masyarakat. Alasan ini jug membuat miris. Sebab menjadi
wartawan bukan untuk menjadi terkenal bak selebritis, tetapi dia
punya tugas untuk melayani masyarakat di bidang informasi.
Dinamis
Jawaban bahwa profesi wartawan merupakan pekerjaan yang
dinamis dan sangat besar tantangannya merupakan jawaban yang
paling logis, meski jawaban itu hasil pemikiran agar mengatakan
jawaban yang terkesan benar. Ya, setiap hari wartawan akan
menghadapi orang yang berbeda, menyusun pertanyaan untuk
mendapatkan berita yang berbeda dan menemukan hambatan-
hambatan yang secara kualitas dan besaran juga berbeda.
Traveling atau perjalanan ke tempat-tempat yang baru dikunjungi
atau suasana yang baru juga merupakan kesenangan tersendiri dari
pekerjaan ini.
Berkubang Politik
Ada lagi wartawan yang sudah mulai “berkubang” dengan politik.
Fenomena di Banten bukan hitungan sudah jari atas jumlah
wartawan tersebut, tetapi sudah banyak wartawan. Ada wartawan
yang menjadi pengurus partai, ada juga wartawan yang
beberapakali menjadi calon anggota legislatif. Ada juga wartawan
yang sudah pernah menjadi anggota legislatif lokal.
Pada tahun 2014 yang merupakan tahun diselenggarakannya
Pemilu Legislatif dan disusul dengan Pemilu Presiden, maka
wartawan yang bercampur dengan politik semakin kentara. Untul
level yang lebih besar, yaitu di pusat negara ini, pemilik perusahaan
media ikut menceburkan diri ke dunia politik. Ada Hary Tanoe
Soedibyo, pemilik MNC Group dan Sindo Group yang mencalonkan
diri jadi Wakil Presiden RI melalui Partai Hanura. Ada Surya Paloh,

pemilik Metro TV Group menjadi Ketua Partai Nasdem. Dan,
Abruzal Bakri yang memang berlatar belakang pengusaha, juga
pemilik Group Viva dan TV One maju sebagai Calon Presiden dari
Partai Golkar. Ada juga Dahlan Iskan dari Jawa Pos Group yang
aktif di Partai Demokrat dan kini menjadi salah satu menteri di
kabinet SBY.
Pertanyaan yang sering muncul adalah bukankah pers diyakini
sebagai pilar keempat dalam tiga pilar yang disebut para pakar
politik dunia? Pilar eksekutif, pilar legislatif dan pilar yudikatif.
Sedangkan pilar keempat adalah pers yang merupakan perwujudan
dari demokrasi sebagai penyeimbang yang selalu berpihak
kebenaran, keadilan dan rakyat. Jika pers atau orang-orang pers
yang memiliki pengaruh besar terhadap institusi pers yang
dibangunnya menceburkan diri pada salah satu pilar itu, terutama
pilar eksekutif dan legislatif, maka diyakini akan terjadi kekacauan
luar biasa.
Kekacauan akan menimbulkan ambigu-ambiu dan dapat pula
diyakini terjadinya konspirasi, bukan hanya konspirasi berbentuk
korupsi keuangan negara, tetapi konspirasi dalam mengatur apa
pun di negeri. Institusi pers yang dibangun tidak lagi berlandaskan
kepentingan kebenaran, keadilan dan rakyat, tetapi lebih pada
kepentingan-kepentingan egois sekelompok pemodal yang
mengusai institusi pers.
Jika dicermati fenomena politik tahun 2014, maka lebih diyakini
politisi menggunakan media massa untuk mempengaruhi pembaca,
meskipun hal ini tidak diakui oleh wartawan dan pengelola
perusahaan tersebut. Peran wartawan dan perusahaan media
sebagai pelayan informasi yang mempengaruhi cara menafsirkan
sebuah peristiwa yang disajikan menjadikan sangat strategis untuk
mengontrol dan mengarahkan pembaca kepada persepsi yang
diharapkan.
Ada perbedaan antara keinginan untuk mempengaruhi aktivitas
wartawan dan institusi pers untuk kepentingan sendiri, dan
keinginan untuk melakukannya untuk orang lain. Seharusnya,
mereka tidak menggunakan kewartawanan untuk tujuan egois
untuk meraih kekuasaan di eksekutif maupun legislatif, tapi dapat
menggunakannya untuk meningkatkan kehidupan orang lain –
mengingat bahwa pembaca mungkin tidak selalu setuju pilihan-
pilihan yang dikemukakan.
Haus Pengetahuan
Ini jawaban yang agak menghibur. Bahwa jadi wartawan karena
ingin memenuhi rasa ingin tahun atau meraup pengetahuan lebih
banyak, tanpa harus masuk ke bidang studi tertentu. Artinya,
wartawan akan memiliki begitu banyak pengetahuan di berbagai
bidang tanpa harus menjadi mahasiswa pada banyak bidang.

Meskipun, mereka sadar banyak para ahli menyebutkan,
pengetahuan para wartawan dangkal karena memiliki pengetahuan
serba sedikit tentang banyak bidang pengetahuan.
Meski begitu, pengetahuan yang serba sedikit pada banyak bidang
memiliki banyak kegunaan. Ini hanya dapat membantu untuk
membuat lebih lengkap dibandingkan orang lain. Hal ini juga dapat
memberi “kekuasaan” yang tersembunyi atas orang-orang, terutama
orang-orang yang tidak memiliki pengetahuan tertentu. Kekuasaan
itu adalah penguasaan opini atas sebagian orang terhadap sebuah
peristiwa atau fakta-fakta. Namun harus selalu diingat bahwa
“kekuasaan” dapat digunakan dengan cara yang positif, untuk
meningkatkan kehidupan masyarakat, atau dengan cara yang egois
untuk memajukan diri sendiri.

































Persyaratan Menjadi Wartawan

  1. Persyaratan Menjadi Wartawan

Keingingan kuat untuk menjadi wartawan saja, tidak cukup untuk
menjadikan seorang wartawan sukses. Ada sejumlah persyaratan
yang harus dipenuhi. Persyaratan itu merupakan kekhususan dan
keterampilan tertentu. Dan persyaratan terpenting justru bukan
hanya tingkat pendidikan?
Tingkat Pendidikan
Tahun 1980-an, perusahaan media membuat persyaratan untuk
tingkat pendidikan yang mau menjadi wartawan minimal SLTA
(Sekolah Lanjutan Tingkat Atas) atau istilah sekarang Sekolah
Menengah Atas (SMA). Periode itu lulusan SLTA dinilai memadai,
karena sarjana muda dan sarjana (S1) sangat sulit didapatkan.
Selain itu, lulusan SLTA periode itu memiliki kualitas yang unik
(kalau tidak ingin mengatakan lebih baik dari lulusan SMA
sekarang). Tetapi sejak tahun 1990-an, lulusan SMA tak mampu
lagi mendukung persyaratan menjadi wartawan. Sebagian besar
perusahaan media menetapkan syarat S1 untuk menjadi wartawan.
Apakah bisa menjamin lulusan S1 sukses menjadi wartawan yang
dharapkan? Jawaban pasti, tidak menjamin. Sebab menjalankan
profesi wartawan bukan berlandaskan ilmu yang diperoleh
seseorang dari perguruan tinggi atau sekolah mana pun. Wartawan
menjalankan ilmu terapan yang sederhana, tetapi jika semakin
dipraktikan, dia akan manjadi seorang wartawan yang mumpuni.
Bahkan ada seloroh, jika seorang wartawan tidak menulis dalam
waktu 3 hari, dia akan jatuh sakit. Ya, menulis menjadi kecanduan
yang luar biasa bagi wartawan yang tekun dan ulet.
Mengapa perusahaan media jarang sekali mengambil para lulusan
perguruan tinggi dengan jurusan jurnalistik atau ilmu komunikasi?
Ini jawabannya. Sebagian besar perusahaan media memang lebih
menyukai menerima lulusan yang di luar jursan fakultas ilmu
komunikasi, khususnya jurnalistik. Perusahaan akan mengambil
lulusan jurusan lainnya seperti ekonomi, sosial, politik, kebudayaan
dan sebagainya. Dengan ilmu-ilmu yang dipelajari calon dari
perguruan tingginya, maka diharapkan akan mewarnai,
menganalisis peristiwa-peristiwa yang diliputnya. Misalnya, calon
wartawan yang sarjana ekonomi tentu akan lebih mudah
memahami peningkatan harga bawang, terjadinya rush atau
penarikan uang di sebuah bank atau tingkat suku bunga yang terus
menerus naik tanpa terkendali, lebih mudah memahami gejala
inflasi, deflasi atau kebijakan pemotongan nilai uang atau
penyederhanaan mata uang. Calon wartawan yang bukan sarjana
ekonomi tentu akan lebih sulit memahami dan membutuhkan

waktu lebih lama untuk memahami hal tersebut.
Peduli
Kepedulian terhadap manusia dan lingkungannya merupakan
faktor yang penting bagi wartawan. Tanpa kepedulian itu, dia tidak
akan mampu untuk mencermati berbagai bidang kehidupan, tidak
akan mampu menemukan hal-hal yang unik dan menarik untuk
disampaikan kepada pembaca, pendengar dan penonton. Coba
bayangkan, seorang wartawan yang cuek jelas akan merugikan
perusahaan media. Ketika mendengar ada tabrakan atau kejadian
luar biasa seperti demam berdarah atau lainnya, dia tidak peduli
dan asyik dengan urusan lain yang tidak punya hubungan dengan
tugasnya sebagai kewartawanan. Yakinlah dia tidak akan
mendapatkan berita itu.
Bahasa
Penguasaan bahasa merupakan persyaratan yang penting untuk
menjadi seorang wartawan yang sukses. Bahasa itu mencakup
bahasa tertulis atau lisan. Penguasaan bahasa memudahkan
wartawan untuk memahami makna dan menggunakannya untuk
menggambarkan peristiwa yang dilaporkan. Terkadang,
penggunaan bahasa dan cara mengungkapkan fakta-fakta menjadi
hal yang penting dan menyebabkan berita itu banyak dibaca,
didengar dan ditonton audiens.
Bahkan, wartawan secara sadar atau tidak acapkali menjadi
sumber untuk pengembangan bahasa. Karena wartawan
menggunakan bahasa seefektif mungkin dan sering tak mengikuti
tata bahasa yang baku. Akhrinya, wartawan menambah
perbendaharaan dalam pengaturan standar penggunaan bahasa.
Tentu saja, ini membutuhkan rasa kecintaan wartawan terhadap
bahasa. Wartawan akan selalu memeriksa ejaan, dan berusaha
mengembalikan pada kosa kata yang benar. Keharusan wartawan
dalam menuangkan tulisan atau lisan menuangkannya dalam
format yang sederhana, jelas dan tidak menimbulkan berbagai
penafsiran. Semakin lama, wartawan yang bersangkutan memiliki
gaya sendiri yang khas dan bisa menjadi identitas si wartawan
tersebut.
Menjaga Kepercayaan
Oranga percaya terhadap fakta-fakta yang dikemukakan wartawan.
Karena itu, wartawan harus selalu berpikir kritis untuk tidak boleh
mengkhianati kepercayaan yang diberikan pembaca. Caranya
adalah sekuat tenaga wartawan memberitakan sesuatu dengan
akurasi yang tinggi. Kecerobohan wartawan akan kesalahan fakta-
fakta diyakini akan memerosotkan kepercayaan tersebut yang pada
akhirnya berdampak pada kebangkrutan media akibat ditinggal
pembaca.
Berpikir Kritis

Profesi sebagai wartawan akan menimbulkan banyak hal, terutama
orang memberikan informasi untuk berbagai tujuan. Pemberian
informasi itu bisa jadi bertujuan untuk kepentingan pemberi
informasi atau kepentingan kelompoknya untuk “menghancurkan”
lawan-lawan politik atau hal-hal yang tidak disukai. Karena itu,
wartawan harus berpikir kritis, harus mampu mengenali hal
tersebut, apakah informasi itu berisikan fakta-fakta yang benar atau
menyesatkan. Karena itu, wartawan dituntut untuk
mengembangkan kemampuan menggali informasi lebih lengkap,
lebih dalam dan lebih berimbang agar bias dari pemberi informasi
bisa terdistorsi sedemikian rupa, sehingga pembaca bisa mengenali
fakta yang sebenarnya.
Agresif
Seorang wartawan dituntut untuk agresif, meskipun sikap ini
terkadang menjengkelkan sumber yang sedang diwawancara.
Keagresifan ini bertujuan untuk mengetahui lebih mendalam
tentang berita yang sedang digali. Jangan biarkan berita itu lewat
begitu saja. Padahal sumber berada di depan. Gali dan lengkapi
berita itu, sehingga wartawan menjadi jelas atas sebuah persoalan,
kemudian dibuat laporan untuk pembaca.
Sopan dan Ramah
Meski agresif, wartawan dituntut untuk tetap bersifat sopan dan
ramah. Bahkan, keramahan dan sopan tetap harus ditunjukan
kepada sumber yang tidak disukai.
Keandalan
Wartawan juga dituntut andal untuk mengerjakan tugas-tugasnya.
Ketika dia ditugaskan, maka dari editor hingga mesin percetakan
menunggu hasil pekerjaannya. Keandalan itu harus dibuktikan
dengan ketepatan waktu dan merampungkan tugas sesuai dengan
yang ditetapkan.
Uang Bukan Segalanya
Sejak awal harus ditanamkan dalam benak para calon wartawan,
bahwa uang bukan segalanya bagi profesi kewartawanan, meskipun
uang sangat berpengaruh terhadap biaya operasi untuk
mendapatkan berita dan kehidupan layak bagi si wartawan. Jika
calon wartawan itu berniat mencari kekayaan yang melimpah ruah
melalui profesi ini, sebaiknya niat menjadi wartawan itu
diurungkan. Selayaknya, dia menjadi seorang pengusaha.
Bahwa menjadi wartawan harus memiliki kesadaran yang lebih
tinggi dari profesi lainya karena di tangannya informasi
dipercayakan untuk kepentingan publik. Keyakinan ada nilai-nilai
yang harus diperjuangkan secara terus menerus dan tidak akan
pernah berhenti selama ada manusia, ada negara, ada birokrat dan
ada kehidupan di berbagai bidang. Untuk melukiskan itu, izinkan
menggunakan kata-kata yang terkesan sangat hebat; ada nilai

kebenaran dari fakta-fakta yang ingin diketahui masyarakat pada
setiap peristiwa. Fakta-fakta itu bisa dipercaya masyarakat karena
prosesnya dijalankan oleh wartawan-wartawan andal yang memiliki
presisi tinggi dalam mejunjung integritas kewartawanan.










































Bagaimana Wartawan Dapat Berita

  1. Bagaimana Wartawan Dapat Berita

Dalam beberapa sesi pelatihan jurnalistik yang diselenggarakan
organisasi kemasyarakatan, perguruan tinggi maupun organisasi
kemahasiswaan atau pelajar di Banten, aku seringkali
mendapatkan pertanyaan yang membuat aku tersenyum.
Bagaimanakah wartawan mendapatkan berita? Seakan wartawan
itu manusia “super” yang serba tahu dan selalu terdepan dalam
mendapatkan informasi terkini.
Kenyataannya, wartawan itu bukan manusia super yang serba tahu.
Banyak wartawan yang terkena marah oleh redaktur karena tidak
memperoleh berita yang dimuat di luar media tempat si wartawan
itu berkerja. Istilah wartawan adalah kebobolan atau kecolongan. Di
sejumlah peristiwa, kebobolan itu menyebabkan si wartawan
terkena surat peringatan (SP). Kalau sudah berkali-kali, boleh jadi
dia akan terkena pemutusan hubungan kerja (PHK).
Karena itu, wartawan harus menjalani proses yang panjang untuk
mengasah naluri dalam menilai situasi dan memperkirakan apa
yang bakal terjadi ke depan. Kalkulasi perkiraan itu bukan hal yang
mudah dilakukan. Aku punya seorang mentor yang jago dalam hal
itu. Namanya, Her Suganda, Kepala Biro Kompas Jawa Barat di
Bandung. Dia bisa memperkirakan akan terjadi banjir di sebelah
utara Jawa Barat, terutama di daerah Karawang di sekitarnya
setelah mengetahui ketinggian air Sungai Citarum.
Prestasi lainnya yang luar biasa dari mentorku ini adalah
mengkalkulasi keadaan ekonomi secara umum dan dengan
keyakinannya dia bisa membuktikan perkiraan bahwa rakyat
Karawang yang merupakan daerah lumbung padi, saat itu dilanda
kekurangan pangan. Bahkan, sebagian besar rakyat Karawang
makan eceng gondok, tanaman gulma yang dianggap sebagai
pengganggu yang menutup permukaan air. Dan, laporan berita
mentorku ini menjadi heboh nasional dan bahkan internasional,
apalagi saat itu sistem kekuasaan yang tersentralistik di Presiden
Soeharto masih berlaku. Presiden ini tak mau mendengar ada
warganya yang kelaparan, apalagi sampai makan eceng gondok. Itu
merupakan contoh yang melukiskan begitu hebatnya naluri seorang
wartawan yang terasah bertahun-tahun dan dipraktekan dalam
tugas sehari-harinya.
“Aku mengibaratkan wartawan mencari berita itu seperti orang
belajar sepeda. Di awal pelajaran, orang itu selalu mengingat
urutan untuk bersepeda seperti menginjak kaki di pedal, duduk di
sadel dan mengayuh pedal agar roda berputar. Setelah melaju, dia
harus fokus pada pengendalian stang (kemudi) sepeda, meluruskan

atau membelokan arah yang disukai. Ketika akan berhenti, dia pun
harus mengingat rem tangan dan kaki mana yang turun lebih dulu
agar tidak terjerembab atau terjatuh. Pada proses berikutnya ketika
mulai lancar, dia sudah tidak lagi mengingat hal-hal tersebut.
Secara otomatis nalurinya akan menggerakan tubuhnya untuk
mengendalikan sepeda sesuai dengan kemauannya. Begitu juga
wartawan pemula yang tergagap-gagap mencari berita, tapi pada
proses selanjutnya dia tidak perlu lagi ditanya hendak kemana
mencari berita. Nalurinya akan berkerja dengan sendirinya untuk
mengendus adanya berita di suatu tempat. ”
Karena itu, aku sering menyarankan agar para wartawan pemula
ditugaskan di pengadilan tingkat pertama atau pengadilan negeri
untuk belajar mendengar dan menyimak masalah. Bagiku,
pengadilan negeri itu tempat yang ideal wartawan pemula belajar.
Di sana sudah tersedia narasumber yang terdiri dari hakim, jaksa,
pengacara dan terdakwa. Wartawan hanya menyimak apa yang
sedang terjadi dan memilah informasi yang layak untuk
diberitakan. Menurutku, tak ada tempat sebaik pengadilan negeri
untuk belajar kewartawanan.
Kembali ke topik semula, bagaimana wartawan mendapatkan
berita?, maka aku menyusun beberapa point yang mungkin bisa
memuaskan keingintahuan tentang hal itu. Bagi wartawan pemula,
point ini juga bisa menjadi panduan agar tidak tergagap-gagap
ketika memulai tugasnya sebagai wartawan pemula.
Pengadilan
Sudah diceritakan, ini merupakan tempat yang ideal bagi wartawan
untuk belajar. Sebab seluruh masalah hukum akan bermuara di
pengadilan, baik soal korupsi, perampokan, pelecehan hingga ke
persoalan para pelacur. Bisa diyakini, setiap hari selalu ada
persidangan semisal sidang kasus pidana, perdata dan lain-lainnya.
Ingat kasus watergate? Ya, kasus konspirasi politik yang
menjatuhkan Presiden AS, Richard Nixon pada tahun 1970-an
berawal dari sebuah sidang yang berlabel pencurian di kantor
Komite Nasional Demokrat. Wartawan yang meliputnya merasa
aneh, melihat hadirnya petinggi Gedung Putih di sidang yang
terkesan remeh, yaitu pencurian. Investigasi yang dilakukan
wartawan itu mengungkapkan, kasus itu bukan pencurian biasa,
tetapi upaya untuk memasang alat penyadap yang dilakukan oleh
pendukung Presiden Nixon. Hakim yang menyidangkan kasus itu,
John Sirica ternyata jeli melihat apa yang terjadi dibelakang kasus
tersebut. Hakim itu memerintahkan agar Presiden Nixon
menyerahkan semua hasil penyadapan. Dari hasil penyadapan itu
diketahui, hal itu merupakan praktik Partai Republik untuk
menjatuhkan Partai Demokrat. Maka persoalan itu berkembang
sedemikian tidak terkendali, sehingga Mahkamah Agung AS

memutuskan menjatuhkan putusan yagn sama dengan Hakim John
Sirica. Tak lama, senat membuat resolusi untuk impeachment atau
tuntutan berhenti ke presiden, setelah diketahuinya ada korupsi
yang besar di partai tersebut. Akhrinya Presiden Nixon
mengundurkan diri pada tanggal 18 Agustus 1974.
Kamar Mayat
Boleh jadi wartawan akan bosan mengunjungi kamar mayat di
sebuah rumah sakit. Setiap hari, dia akan melihat daftar mayat
yang disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas, kecelakaan kerja, sakit
biasa, korban pembunuhan dan lain-lain. Tetapi jangan
diremehkan hal ini. Kasus Ditje dan Arie Hanggara yang
menghebohkan masyarakat Jakarta berawal dari kamar mayat RS
Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta.
Aku mengetahui persis kasus Arie Hanggara yang terjadi pada
tahun 1984. Saat itu aku baru menajdi wartawan Harian Kompas di
Kota Serang dan tengah menjalani pelatihan di redaksi Kompas di
Jakarta. Eko Warjono, waktu itu ditugaskan untuk menangani
masalah kriminal. Dia bercerita, kabar kematian Arie Hanggara
diperoleh Josep yagn ditugaskan setiap hari menengok kamar
mayat RSCM. Suatu hari, dia melaporkan ada seorang anak yang
dibawa seorang lelaki pada subuh hari ke RSCM, tetapi sudah tidak
bernyawa. Dari luka-luka dan lebam di tubuh anak itu, Josep
meyakini, merupakan hasil penganiyaan. Maka pada hari itu, Eko
ditugaskan untuk memastikan apa yang sebenarnya terjadi.
Keesokan harinya, berita soal kematian Arie Hanggara pun muncul
di halaman satu dengan dugaan penganiayaan dilakukan oleh
orangtua sendiri. Kecurigaan awal mengarahkan kepada ibunya
yang berstatus ibu tiri. Redaksi Kompas akhirnya memutuskan
membentuk tim kecil untuk menginvestigasi itu dan kebetulan aku
diikutsertakan. Tim itu dipimpin oleh Eko Warjono. Kasus Arie
Hanggara pun menyita perhatian Presiden RI, Soeharto yang tidak
memberikan grasi alias pengampunan terhadap Tino dan Santi,
kedua orangtuanya yang telah menganiaya Arie Hanggara hingga
tewas. Keduanya dijatuhi huuman mati oleh pengadilan. Dan kasus
Arie Hanggara ini dibuat film dengan aktir Dedy Mizwar yang
memerankan Tino, ayah Arie hanggara dan Joice Erna yang
memerankan Santi, ibu tiri Arie pada tahun 1985.
Sedangkan kasus Ditje Budimulyono, seorang pagawati terjadi pada
tahun 1980. Aku belum menjadi wartawan Kompas. Tetapi
kisahnya hampir sama. Ada mayat wanita cantik dibawa ke kamar
mayat RSCM. Mayat cantik itu ditemukan di semak-semak kebun
karet di Kalibata yang sekarang menjadi Kompleks DPR RI. Hasil
visum et repertum sementara yang dilakukan dr Muis, dokter
forensik RSCM waktu itu menegaskan, wanita yang dikenal
bernama Ditje itu tewas akibat peluru tajam yang ditembakan

berulang-ulang. Dan yang tidak pernah dipublikasi di media massa
adalah peluru tajam itu merupakan peluru reguler alias terdaftar di
kesatuan tertentu di Angkatan Darat (AD). Wartawan yang meliput
krimnal sebenarnya sudah mengetahui dari kesatuan mana peluru
itu, tetapi media tidak pernah berani menerbitkannya. Maklum,
kekuasaan sentralistik dan pengendalian yang sangat ketat
terhadap pers masih berlaku. Bisa berujung pembreidelan.
Dalam proses pengungkapkan kasus itu berjalan alot dan aneh.
Tiba-tiba muncul tok Pak De alias Muhammad Sirodj yang
berprofesi sebagai dukun. Pak De ini didakwa sebagai pembunuh
Ditje dengan motif yang tidak pernah jelas. Pak De dihukum
seumur hidup, meskipun berkali-kali membantah telah membunuh
Ditje. Bahkan Pak De mengaku tidak pernah kenal dan tidak
pernah bertemu dengan Ditje.
Di luar persidangan dan di luar semua skenario yang dibuat polisi,
wartawan banyak memperoleh informasi yang sulit dipublikasikan.
Bahwa Ditje menjalin hubungan tertentu dengan salah satu suami
anak presiden. Sang istri yang merupakan anak presiden menangis
dan mengadukan hal itu ke bapaknya (presiden). Pada malam
pembunuhan itu, sekelompok orang berbadan tegap dan potongan
rambut cepak mendatangi salon milik Ditje. Karena Ditje tidak ada,
hanya mengacak-acak salon itu. Tetapi kelompok ini memburu Ditje
dan ditemukan ketika sedang mengemudi sebuah mobil di Kalibata.
Dengan kepiawaian menembak yang tak mungkin dilakukan
seorang amatiran, Ditje pun tersungkur setelah peluru menembus
kepala dan sejulah badannya.
Kantor Polisi
Kantor polisi dipastikan selalu ada pengaduan dari masyarakat,
atau selalu ada peristiwa yang dilaporkan seperti kecelakaan lalu
lintas, pembunuhan, pencurian berat, pencurian ringan atau hal-
hal sepele yang lucu. Tantangan yang dihadapi wartawan pemula
adalah keterbukaan polisi terhadap wartawan masih dinilai kurang.
Apalagi, kalau kasus yang dilaporkannya menyangkut korpsnya
atau kepolisian memiliki kepentingan tertentu, bisa diyakini
informasi itu akan ditutup serapat-rapatnya.
Acara Pemerintahan
Acara resmi yang dilakukan pemerintahan terkadang
membosankan baik yang selenggarakan eksekutif (pemerintah)
maupun legislatif. Pidato-pidato mulai dari presiden, kepala-kepala
daerah di provinsi maupun kabupaten/kota, persidangan di
lembaga legislatif baik di DPR RI maupun DPRD cenderung
menunjukan hal-hal yang prestasi dan menyenangkan mereka
sendiri. Jarang mengungkap fakta-fakta yang sebenarnya terjadi di
masyarakat. Karena itu, wartawan dituntut tidak terpaku dengan isi
pidato-pidato atau laporan mereka. Wartawan harus bisa

mengembangkan isu-isu yang termaktub dalam pidato itu dengan
menghubungi pihak-pihak lain yang tahu persis isu itu
dikemukakan.
Acara Sosial
Acara sosial yang diselenggarakan lembaga pemerintah atau
lembaga kemasyarakatan tertentu terkadang menimbulkan isu yang
tidak bisa diduga. Acara sosialnya sendiri tidak menarik karena
bersifat monoton dan biasanya memunculkan kesan kedermawanan
yang luar biasa. Karena itu, wartawan harus cermat menangkap isu
yang dikemukakan, bukan sekadar sifat kedermawanan, tetapi
ditarik pada kesimpulan yang lebih universal. Misalnya, acara
memberikan santunan orang miskin. Bisa saja, wartawan menarik
isu pada yang lebih universial, berapakah sebenarnya jumlah orang
miskin di Banten? Bagamanakah pemerintah menangani orang-
orang miskin yang sebenarnya diamanatkan dalam UUD negara ini?
Sosial Media
Jaringan sosial media seperti facebook, twitter, instagram, path dan
jaringan chating bisa dimanfaatkan sebagai sumber awal
mendapatkan berita. Posting di sosial media itu dicermati dan
dipilah mana yang bisa menjadikan berita, dan mana yang
merupakan informasi sampah. Jangan sekali-kali, postingan di
sosial media itu menjadi sumber utama karena sangat beresiko
terhadap keakuratan dan keabsahan informasi itu, terutama
terhadap akun-akun yang bersifat anonim atau tidak menggunakan
nama aslinya.
Inisiatif Sendiri
Umumnya wartawan memiliki “kegelisahan” sendiri terhadap
berbagai hal. Ini boleh jadi muncul karena wartawan selalu
mempertanyakan atau skeptis terhadap informasi yang datang
pada dirinya. Dia selalu dituntut untuk mendapatkan keabsahan
yang baik dan keakuratan informasi agar tidak salah dalam
mempublikasikan, atau agar kegelisahan dalam nuraninya bisa
terjawab. Dalam prosesnya, muncul ide-ide atau gagasan tentang
sebuah persoalan. Gagasan itu dicoba ditelusuri apakah benar atau
tidak, yang kemudian melahirkan tulisan-tulisan yang bagus. Hanya
perlu diwaspadai kelemahan atas inisiatif sendiri, yaitu wartawan
tidak boleh bersikap telah mempunyai nilai terhadap sebuah subyek
atau obyek. Jika itu terjadi, maka wartawan telah bersikap seperti
hakim yang mencari pembenaran atas pemikirannya. Karena secara
sadar atau tidak, wartawan akan mencoba menyingkirkan fakta-
fakta tertentu yang tidak sesuai dengan pemikirannya. Maka
muncullah berita atau tulisan yang bersikap tidak seimbang dan
cenderung menghakimi obyek pemberitaan itu.



Bagaimana Menilai Berita Yang Layak

  1.  Bagaimana Menilai Berita Yang Layak?

Setelah mengetahui bahwa membuat berita itu mudah dan apa itu
berita, pertanyaan kemudian adalah apakah setiap kabar itu layak
untuk menjadi sebuah berita? Lalu, apa yang menjadi landasan
untuk menilai bahwa sebuah kabar itu layak diberitakan dalam
pengertian jurnalistik?
Para wartawan atau jurnalis yang telah berpengalaman, setidaknya
sudah 5 tahun menggeluti profesi ini, tentu tidak akan bertanya-
tanya secara detail. Dalam dirinya telah terbangun sebuah naluri
tentang nilai berita yang baik menurut kriteria yang secara umum
berlaku. Dia tidak perlu menyusun pertanyaan yang panjang untuk
menetapkan bahwa sebuah kabar sangat layak menjadi berita yang
bakal menarik perhatian masyarakat. Tetapi bagi wartawan pemula,
ini akan menjadi hambatan utama yang bisa mamandegkan
puluhan ide tentang sebuah laporan berita.
Untuk memudahkan memberikan gambaran tentang kelayakan
berita, coba cermati peristiwa-peristiwa yang ditulis di bawah ini.
Contoh 1:
Tetangga kita, sebut saja namanya Kang Mas melangsungkan
pernikahannya dengan seorang gadis, buat namanya, Nong Mas.
Ijab Kabul pernikahan di kantor KUA Serang, pada hari Rabu, 20
Februari 2014. Umur Kang Mas sekitar 33 tahun dan Nong Mas
berumur 25 tahun. Rencananya mereka akan melangsungkan
resepsinya pada Minggu tanggal 24 Februari di sebuah gedung yang
mewah di Kota Serang.
Contoh 2:
Seorang pria, sebut namanya, Priaman yang berumur 67 tahun
menikahi seorang gadis, sebut namanya Gadismen yang berumur 19
tahun. Resepsi pernikahan itu berlangsung meriah di sebuah
gedung mewah.
Contoh 3:
Pemerintah Kota Serang menyelenggarakan pernikahan masal
terhadap 40 pasangan suami-istri yang selama ini telah hidup
bersama. Ke-40 pasangan suami-istri itu sebenarnya sudah menikah
di para ustad, tetapi tidak mencatatkan diri di Kantor Urusan
Agama (KUA). Secara agama, mereka merupakan pasangan suami-
istri yang sah, tetapi tidak memiliki keabsahan menurut urusan
negara karena harus dibuktikan dengan akta pernikahan.
Dari ketiga contoh itu, manakah peristiwa yang bisa dibuat laporan
untuk diberitakan? Jawabannya adalah ketiga contoh itu bisa
diberitakan. Namun untuk menjawab pertanyaan apakah berita itu
menarik, maka diperlukan sejumlah cara untuk mengetahuinya.

Bisa saja, contoh 1 jauh lebih menarik untuk dijadikan berita dan
dimuat di media yang dibuat untuk lingkungan setempat. Contoh 3
bisa sangat layak untuk diberitakan di media yang beredaran atau
pembacanya lebih banyak di Kota Serang. Dan contoh 2 menjadi
sangat menarik karena ada yang tidak biasa dalam peristiwa
pernikahan. Ketidaklaziman itu adalah seorang lelaki berumur 67
tahun menikahi gadis berumur 19 tahun. Peristiwa itu akan
menimbulkan banyak pertanyaan yang harus dijawab dalam berita,
dan diperkirakan akan menjadi perhatian dari pembaca, tidak
hanya pembaca di Kota Serang saja, boleh jadi pembaca di seluruh
dunia.
Mari kita lanjutkan.
Ada sejumlah pertanyaan untuk menentukan apakah sebuah kabar
itu layak dijadikan berita atau tidak. Pertanyaan itu adalah;
Apakah kabar itu baru?
Apakah kabar itu tidak biasa atau di luar kelaziman?
Apakah kabar itu penting atau menarik?
Apakah kabar itu menyangkut orang?
Seberapa kuat berita ini mempengaruhi pembaca?
Apakah kabar itu baru?
Suatu kabar yang baru menjadi faktor utama dalam menilai sebuah
berita. Peristiwa tabrakan yang terjadi pada pagi hari menjadi
penting dan menarik dibandingkan kisah pembunuhan John F
Kenedy, Presiden AS yang terjadi puluhan tahun yang lalu.
Tetapi sesuatu yang baru itu bukan sekadar peristiwa yang baru
terjadi, tetapi lebih pada apakah peristiwa itu pernah dilaporkan
atau diberitakan atau belum pernah. Pembunuhan Mao Te Tung
sempat ditahan oleh pemerintah Cina selama beberapa hari. Ketika
pemerintah Cina merilis peristiwa itu melalui kantor berita milik
pemerintaha, maka seluruh dunia menjadikan berita itu sangat
penting dan dimuat di halaman pertama suratkabar-suratkabar.
Apakah kabar itu tidak biasa atau di luar kelaziman?
Mari kita cermati kehidupan sehari-hari. Bagi mereka yang hidup
teratur tentu bukan hal yang luar biasa jika pada pagi hari bangun,
pergi ke tempat kerja naik bus kota atau angkutan kota, kemudian
berkerja selama waktu yang diperlukan dan pada akhirnya pulang
ke rumah dengan menggunakan angkutan kota. Tidak ada yang
luar biasa dari kejadian sehari-hari itu. Begitu juga dengan
kehidupan lingkungan yang lainnya.
Tentu saja kita akan menjadi hal yang di luar kebiasaan ketika
menemukan seorang pengemudi angkutan kota atau bus kota yang
sudah berumur 100 tahun. Dia masih berkerja dengan tekun,
terlihat sehat dengan pandangan mata yang masih awas. Kisah
pengemudi berumur 100 tahun itu menjadi sangat menarik bagi
pembaca.

Semboyan yang umum diterima para jurnalis hingga kini masih
berlaku, yaitu anjing menggigit manusia itu hal yang biasa dan
bukan berita. Tetapi manusia menggigit anjing itu merupakan hal
yang luar biasa dan bisa menjadi berita. Tetapi semboyan ini pun
tidak berlaku secara mutlak. Ada sekelompok masyarakat di
Indonesia yang dagin anjing merupaka makanan yang lezat. Jadi
manusia itu menggigit daging anjing ketika sudah menjadi
makanan tentu bukanlah suatu berita yang hebat. Kesimpulannya
adalah seuatu yang tidak biasa terjadi akan menjadi berita yang
menarik bagi pembaca.
Apakah kabar itu penting atau menarik?
Jawaban dari pertanyaan ini sesungguhnya sangat subyektif. Tetapi
ini yang melandasi pembaca untuk tertarik pada sebuah berita dan
menelaahnya dengan baik. Faktor subyektivitas ini pula yang
menyebabkan tiras sebuah media cetak naik secara besar-besaran
atau sebaliknya merosot drastis dan nyaris membuat bangkrut
perusahaannya. Karena itu para wartawan atau jurnalis dituntut
untuk piawai menafsirkan soal penting atau menarik tersebut,
kemudian dipadukan dengan soal penting secara umum.
Jika wartawan menulis soal serangga wereng, mungkin tulisan
hanya sedikit dibaca. Karena orang-orang kota tidak begitu tertarik
dengan serangga tersebut. Mereka merasa tidak terlibat dalam
persoalan itu. Wereng itu hanya hidup di pedesaan yang masih
memiliki areal sawah. Sedangkan orang kota tidak begitu paham
tentang serangga wereng.
Tetapi kalau wartawan menulis tentang serangan hama wereng itu
mengancam persediaan beras di perkotaan, tentu saja menjadi
sangat penting dan menarik bagi pembaca yang berada di kota-
kota. Sebab pembaca di kota itu masih membutuhkan beras sebagai
bahan makanan sehari-hari. Pasokan beras ke kota dari pedesaan
terancam tidak bidsa dilakukan karena tanaman padinya telah
habis diserang hama wereng.
Demikian pula dengan berita tentang penggantian imam di masjid
besar di sebuah kota. Berita itu tidak akan menjadi perhatian dan
dianggap biasa. Tetapi jika pengumuman itu menyebutkan bahwa
imam masjid di sebuah kota itu dipimpin oleh seorang wanita,
maka akan menimbulkan reaksi luar biasa, terutama di kalangan
umat Islam. Sebab keyakinan umat Islam menyebutkan, seorang
imam tidak boleh perempuan, tetapi harus lelaki.
Apakah menyangkut orang?
Banyak tulisan yang baik dibuat oleh para ahli, tetapi tulisan itu
hanya menjadi catatan atau sebuah referensi, bukan tulisan yang
sangat diminati pembaca. Misalnya tulisan tentang hama wereng,
angin topan atau puting beliung, pergerakan meteor dan
sebagainya. Ya, karena tulisan itu hanya berisi tentang penjelasan

soal-soal itu, tidak berkaitan dengan orang.
Ketika wartawan menulis tentang sebuah peristiwa angin topan
atau puting beliung yang menghancurkan sebuah kampung, tulisan
itu menjadi perhatian pembaca. Tentu saja muncul pertanyaan
dalam pembaca, apapakah peristiwa itu begitu dekat dan akan
mempengaruhi kehidupan pribadinya? Jika ada perkiraan angin
puting beliung itu akan menimpa tempat tinggalnya, mereka segera
melakukan tindakan untuk berjaga-jaga, misalnya untuk sementara
pindah ke rumah saudara atau temannya yang berada di luar
radius angin puting beliung itu bakal terjadi.
Seberapa kuat mempengaruhi pembaca?
Agak sulit untuk secara tegas menjawab bahwa sebuah berita akan
mempengaruhi pembaca? Tetapi ada cara untuk meyakinkan soal
itu, yaitu apakah peristiwa yang bakal diberitakan itu berlokasi
sangat dekat dengan pembaca? Jika ya, maka dapat diyakini bahwa
berita itu akan segera berpengaruh. Misalnya, peristiwa serangan
demam berdarah yang semakin meluas di Kota Serang, tentu akan
menempati halaman utama di suratkabar-suratkabar yang terbit di
Kota Serang. Tetapi mungkin hanya menempati beberapa paragraf
di suratkabar yang terbit di Sulawesi atau Bali.
Ini bisa terjadi karena pembaca akan selalu berpikir, apakah
dampaknya berita tersebut terhadap kehdiupan pribadi atau
keluarganya yang disayangi. Berita demam berdarah tentu akan
menimbulkan tindakan penyelamatan diri atau keluarganya agar
tidak terkena serangan demam berdarah.



















Kenali Sifat-Sifat Berita

  1. Kenali sifat-sifat berita

Sebelum melangkah pada rencana dan teknik membuat berita, mari
kita cermati sifat-sifat berita. Sifat itu merupakan sesuatu yang
melekat dan tampak pada berita dan merupakan ciri khas yang
mudah dikenali. Begitu banyak sifat berita yang ditulis berbagai
ahli, tetapi mari dikemukakan sifat berita yang ditulis Mitchel
Stpehens yang menyusun buku A History of News pada tahun 2007.
Sifat berita itu adalah;
Aktual atau Baru
Aktual atau sesuatu yang baru merupakan ciri khas yang paling
menonjol dari berita. Peristiwa pembantaian Hitler terhadap
200.000 orang yang dianggap cacat secara genetis dan gila yang
terjadi pada tahun 1940-an, tentu tidak akan menarik dan
menempati halaman utama media jika tidak ada peristiwa kekinian
yang mengkaitkan hal tersebut. Media tentu akan memuat di
halaman utama peristiwa kecelakaan lalu lintas yang menewaskan
10 pelajar SMA yang terjadi kemarin.
Kedekatan
Peristiwa kecelakaan yang menewaskan 10 orang di Kota Serang
tentu akan dimuat di halaman satu di media cetak yang terbit di
kota itu. Tetapi, berita itu mungkin hanya menempati beberapa
paragraf atau alinea di media cetak yang terbit di Jakarta, Bandung
atau Surabaya. Mengapa begitu? Karena ada unsur kedekatan
antara pembaca di Kota serang dengan peristiwa itu. Tetapi bagi
pembaca media cetak di Surabaya, unsur kedekatan itu tidak ada.
Peristiwa itu terasa jauh di ujung Pulau Jawa sebelah barat.
Penting
Sifat ini memang masih bisa diperdebatkan. Ada peristiwa yang
penting bagi sekelompok masyarakat tertentu, tetapi tidak penting
bagi kelompok masyarakat lainnya. Meski begitu, entah disadari
atau tidak, kata penting itu menjadi sama persepsinya ketika
menyangkut kepentingan yang lebih umum atau bersama.
Contohnya, berita soal larangan berdagang di torotoar di pusat
pertokoan Royal tentu penting bagi para pelaku bisnis di Royak,
Kota Serang, tetapi tidak penting bagi pedagang lain di pusat bisnis
lainnya.
Cermati yang ini. Berita soal langkanya beras atau gas elpiji ukuran
3 Kg atau 12 Kg menjadi penting bagi warga Kota Serang. Warga
Kota Serang masih butuh makan dan bahan makanannya adalah
nasi dari beras. Maka kata penting akan disepakati dan
dipersepsikan sama ketika menyagkutan kepentingan warga secara
keselruhan, atau mayoritas warga.

Berdampak
Suatu berita akan berdampak atau berpengaruh hal tertentu.
Dampak itu bisa berskala kecil hanya pada kelompok tertentu atau
berskala massal. Contoh dampak berskala kecil adalah rencana
kenaikan harga kapur tulis. Hanya kelompok tertentu yang benar-
benar menggunakan kapur tulis yang merasakan dampak berita itu.
Contoh berdampak skala massal; rencana pemerintah menaikan
harga listrik, bensin, gas dan sejenisnya.
Konflik
Boleh jadi ini berkaitan dengan insting dasar manusia, senang
mendengarkan atau membaca berita yang berisikan konflik. Konflik
antara partai peserta Pemilu, konflik antara pemerintah dengan
DPR dan seterusnya.
Seks
Ini juga berkaitan dengan insting dasar manusia. Orang akan
tertarik secara naluriah terhadap berita yang berkaitan dengan hal
itu seperti percerian, perselingkuhan dan sebagainya.
Ketegangan
Menggambarkan kondisi atau situasi yang penuh dengan
“ketegangan” pada momen tertentu sangat disukai oleh pembaca,
pendengar dan penonton. Misalnya, ketegangan pada saat upaya
melepaskan para sandera. Contoh lainnya saat-saat pelantikan
presiden.
Kemajuan
Berita tentang perkembangan teknologi, inovasi baru atau
perubahan atas sebuah proses perubahan dari kondisi lingkungan
yang buruk ke lingkungan yang lebih baik.
Emosi
Apa yang Anda pikirkan ketika membaca berita, mendengar atau
menonton berita tentang bayi yang dibuang di tempat sampah.
Atau bagaimana reaksi Anda terhadap seorang kakek renta yang
miskin dibuang ke sebuah pos jaga RW oleh pengelola rumah sakit
karena tak mampu membayar biaya pengobatannya. Setelah
dibuang, kakek renta itu meninggal. Tentu Anda marah. Itulah
salah satu berita yang bersifat mengundang empati atau emosi
pembacanya.
Lucu (Humor)
Simak berita ini; Seorang hakim berkali-kali menghentikan sidang
pencurian terhadap burung beo yang berharga mahal. Burung beo
itu ada dalam sangkar di persidangan sebagai barang bukti.
Persidangan itu menjadi kacau ketika setiap orang – jaksa,
pengacara, terdakwa atau hakim – menyebut kata bapak, ibu atau
saudara, burung beo itu langsung mengucapkan kata-kata makian
dan kata-kata cabul. Semula orang di persidangan hanya tertawa
atau tersenyum, tetapi semakin lama hakim merasa teranggu

dengan aksi burung beo tersebut. Akhirnya persidangan
diristirahatkan dan diperintahkan agar burung beo disingkirkan
dari ruang sidang.











































Langkah-Langkah Mewujudkan Berita

  1.  Langkah langkah mewujudkan berita

Tempatkan diri Anda sebagai wartawan. Ketika bercakap-cakap
dengan tetangga atau kolega, Anda mendapatka informasi yang
bisa diyakini merupakan sebuah berita yang menarik. Atau Anda
membaca status teman di BBM, Facebook, Twitter dan sejenisnya.
Apa yang harus dilakukan?
Sebagai wartawan, tentu Anda harus mencari sejumlah informasi
yang lebih lengkap. Namun harus diingat, informasi yang beredar di
era teknologi informasi sekarang ini sering berupa sampah atau
hoax. Informasi itu disebarkan melalui jejaring sosial seperti
facebook, twitter, instagram, path atau media pengiriman pesan
seperti BBM, whatsap, line dan sebagainya. Berikut contoh
informasi dan langkah-langkah untuk mewujudkan informasi itu
menjadi sebuah berita;
Contoh 1
Informasi:
Telah terjadi kecelakaan lalu lintas di Serang, 15 orang meninggal.
Langkah;
1. Cek informasi itu ke kantor kepolisian yang wilayah kerjanya
mencakup perkiraan lokasi kecelakaan terjadi. Biasanya, ada
bagian Laka yang merupakan singkatan dari Kecelakaan Lalu
Lintas. Kumpulkan informasi sebanyak-banyaknya mulai dari waktu
kejadian, lokasi peristiwa itu terjadi, jumlah korban yang luka
parah, luka ringan atau yang tewas. Biasanya informasi dari
kepolisian tidak mendetail.
2. Coba cari informasi ke kamar mayat atau instalasi gawat darurat di
rumah sakit. Bisa rumah sakit yang merupakan rujukan semua
kecelakaan atau rumah sakit yang terdekat dengan lokasi peristiwa
itu terjadi. Bahkan, bisa jadi para korban yang menderita luka itu
untuk sementara diberi pertolongan di Puskesmas atau klinik
kesehatan yang terdekat dari lokasi kejadian. Catatan alamat dan
korban yang luka dan yang meninggal.
3. Datangi lokasi kecelakaan itu terjadi. Ini untuk memudahkan Anda
untuk menggambarkan peristiwa dalam laporan berita. Buat foto-
foto. Jika beruntung, proses evakuasi korban atau kendaraan yang
kecelakaan masih berlangsung.
4. Wawancara pihak-pihak yang terlibat dalam peristiwa itu. Misalnya
wawancara korban yang selamat untuk menggambarkan detik-detik
peristiwa terjadi. Wawancara pengemudi atau kernet jika masih
ada. Wawancara kepolisian lalu lintas yang menangani peristiwa
tersebut. Wawanara saksi peristiwa itu jika ada. Catat juga identitas
lengkap, termasuk identitas kendaraannya seperti nomor polisi

(pelat nomor kendaraan) dan seterusnya.
5. Sebagai wartawan, Anda jangan hanya terfokus pada peristiwa
kecelakaan lalu lintas saja, meskipun dari jumlah korban, yaitu 15
orang meninggal sudah merupakan peristiwa yang diyakini bakal
menarik perhatian pembaca. Anda harus ingat, kisah tentang
manusia atau hal yang berkaitan dengan orang akan menarik.
Cermati daftar korban yang luka atau tewas. Jika ada seorang bayi
atau anak kecil, itu merupakan kisah yang bisa jadi menarik. Atau
ada korban tewas merupakan suami-istri yang ternyata memiliki
anak yang masih berumur di bawah 10 tahun. Bagaiaman nasib
anak itu setelah ditinggal ayah-ibunya? Atau seorang lelaki yang
sebenarnya pulang ke kampungnya naik kendaraan itu untuk
menikah.
Contoh 2
Informasi:
Seorang ibu pulang dari warung dengan muka cemberut. Ketika
ditanya, dia jengkel karen harga kebutuhan pokok terus naik,
termasuk beras.
Langkah:
1. Pergi ke pasar yang merupakan pasar yang dijadikan pusat belanja
warga. Biasanya berupa pasar trasional, bukan pasar super market.
Coba dapatkan informasi komoditi apa saja yang mengalami kenaik
dan cermati apakah kenaikan harga itu melonjak atau naik dengan
skala yang masih relatif kecil.
2. Tanyakan ke padagang penyebab kenaikan harga tersebut.
3. Informasi dari para pedagang itu sudah bisa dijadikan berita
tentang kenaikan harga barang kebutuhan pokok, tetapi belum bisa
menggambarkan secara menyeluruh tentang apa yang sebenarnya
terjadi pada kenaikan harga tersebut.
4. Coba hubungi pejabat yang menangani pedagangan atau pasar,
tanyakan peyebab kenaikan harga itu menurut pendapatnya.
5. Coba juga mencari daerah atau asal komoditi itu dikirim ke pasar
tersebut. Apakah memang harga di tingkat petani / produksi
mengalami kenaikan atau ini ulah pedagang yang ingin mengambil
keuntungan besar tanpa peduli dengan warga tak mampu untuk
membeli barang kebutuhan pokok tersebut. Atau ulah pedagang
sengaja menimbun barang kebutuhan pokok itu agar persediaan di
pasar semakin menipis, yang akan berakibat pada naiknya harga
sesuai dengan hukum ekonomi.
6. Cari para pedagang itu dan wawancari, jangan lupa dicatat,
direkam dan buat foto-fotonya.
7. Jika dugaan terjadi penimbunan barang kebutuhan pokok oleh
pedagang, maka sebagai wartawan coba tanyakan hal itu kepada
pejabat yang berwenang mulai dari kepolisian, instansi
perdagangan dan jika diperlukan tanyakan ke anggota DPR RI

atau DPRD.
Contoh 3
Informasi:
Ketika berkunjung ke rumah sakit, Anda melihat seorang anak yang
kurus tengah diinfus. Kondisinya memprihatinkan dan terkesan
seperti penderita gizi buruk.
Langkah:
1. Pastikan anak tersebut memang dirawat karena gizi buruk.
2. Coba tanyakan ke rumah sakit tersebut berapa pasien yang serupa.
Dari kelompok masyarakat yang mampu (kaya) atau dari kelompok
miskin. Tanya juga ke Dinas Kesehatan setempat, apakah punya
catatan tentang penderita gizi buruk Tanya juga daerah-daerah
yang rawan gizi buruk. Tanyakan juga bagaimana pemerintah
menangani gizi buruk. Tanya penyebab secara umum, mengapa
terjadi gizi buruk.
3. Dapatkan informasi alamat tempat tinggal pasien gizi buruk itu,
datangi dan wawancara.
4. Perhatikan kondisi keluarga, rumah dan asupan makanan. Dalam
banyak kasus, penderita gizi buruk ini ternyata tidak mampu
membeli beras yang harganya terus melambung. Mereka membeli
nasi aking, yaitu nasi bekas dari berbagai tempat, kemudian
dikeringkan dan dimasak kembali seperti memasak beras.
























Wawancara Sederhana

  1. Wawancara Sederhana

Ada dua jenis wawancara untuk keperluan berita. Pertama,
wawancara dadakan karena bertemu dengan sumber berita tidak
direncanakan. Kedua, wawancara yang dipersiapkan secara matang
dengan referensi yang cukup tentang sebuah persoalan.
Wawancara dadakan bisa dilakukan wartawan ketika dalam sebuah
momen bertemu dengan sumber berita yang relevan dengan
persoalan-persoalan yang sedang berkembang saat ini. Jika ini
terjadi, wartawan harus siap dengan berbagai alat penunjang
seperti alat perekam, alat tulis dan catatan. Kesiapan lainnya adalah
wartawan setidaknya mengetahui serba sedikit persoalan yang
ditanyakan, sehingga wawancara bisa berjalan lancar.
Sedangkan wawancara yang direncanakan secara matang, tentu
saja lebih baik daripada wawancara dadakan. Ada tiga tahap
dalam wawancara yang disiapkan.
Pertama, sebelum wawancara terdiri dari;
Topik Wawancara
Pilih topik untuk melakukan persoalan. Pelajari dari berbagai aspek

dari topik tersebut. Wartawan bisa meminta bantuan Bagian

Litbang atau Perpustakaan perusahaan media jika ada untuk
mengumpulkan bahan-bahan yang dimaksud. Namun di era
sekarang, wartawan lebih dimudahkan dengan fasilitas pencarian di
internet melalui mesin pencari seperti Google, Yahoo, Bing dan lain-
lainnya. Referensi itu dinilai memadai untuk mengusai topik
wawancara.
Narasumber
Tentukanlah narasumber yang akan diwawancara. Misalnya, jika
topik tentang pertanian, maka sejumlah narasumber bisa dipilih
seperti Menteri Pertanian, pejabat pertanian yang berkompeten,
pakar pertanian dari lingkungan akademik. Kumpulkan informasi
tentang narasumber itu seperti pendidikan, jabatan, tingkat
kepakaran dan sebagainya. Informasi seperti ini dibutuhkan saat
wawancara berlangsung.
Susun Pertanyaan
Wartawan menyusun pertanyaan untuk memudahkan saat proses
wawancara berlangsung. Pertanyaan-pertanyaan yang disusun
diupayakan tidak bertele-tele, tetapi langsung ke pokok persoalan.
Dalam penyusunan itu bisa juga digunakan konsep 5 W + 1 H
untuk mempertajam pertanyaan, terutama why (mengapa) dan
how (bagaimana). Setelah tersusun, kaji kembali apakah susunan

pertanyaan itu sudah mencakup apa yang diinginka atau
memperjelas persoalan yang akan disajikan.
Alat Bantu
Siapkan alat bantu dalam proses wawancara. Alat bantu itu adalah
alat perekam dan alat tulis. Upayakan alat perekam ada dua buah.
Ini untuk mencegah jika alat perekam yang satu mengalami
kendala seperti tidak bisa berfungsi atau hal-hal lain yang
menyebabkan tidak terekamnya hasil wawancara. Jika hal itu
terjadi, maka wartawan masih punya cadangan satu alat perekam
yang berfungsi. Dalam beberapa momen, wartawan didampingi
fotografer atau dia dilengkapi dengan kamera untuk mengambil
momen tertentu.
Kedua, ketika wawancara berlangsung.
Fungsikan Alat
Dua alat perekam sudah difungsikan dan alat tulis sudah disiapkan
di tangan Anda, ketika wawancara akan berlangsung. Jangan
sampai di tengah wawancara, Anda baru menyadari belum
dilakukan perekaman.
Cermati Ucapannya
Ajukan pertanyaan secara jelas dan sopan dari susunan pertanyaan
yang sudah dibuat. Tetapi Anda harus mencermati setiap perkataan
narasumber. Jika ada kata-kata atau kalimat asing yang tidak

dipahami, jangan malu untuk meminta penjelasan soal itu kepada
narasumber. Sikap sok tahu justru merugikan Anda karena tidak
memahami istilah-istilah yang digunakan. Jika dalam wawancara
ada topik-topik yang menarik lainnya, jangan sungkan juga untuk
mengajukan beberapa pertanyaan untuk menjelaskan hal itu,
meskipun tidak ada dalam daftar pertanyaan.
Biarkan Bicara
Kegagalan terbesar dalam wawancara adalah wartawan menutup
narasumber untuk berbicara secara leluasa. Ini disebabkan
wartawan terlalu banyak bicara dan ingin menimbulkan kesan
kepada narasumber bahwa dirinya pintar. Karena itu, sikap terbaik
dalam wawancara adalah biarkan narasumber banyak bicara.
Wartawan tetap harus bersikap pura-pura tidak tahu, dan
menunjukan bahwa tugas wartawan adalah bertanya.
Data Pribadi
Terakhir, jangan sungkan untuk bertanya hal-hal yang bersifat
pribadi. Misalnya, meminta nomor ponsel, email, nama istri dan
anak-anaknya, alamat rumah, tingkat pendidikan dan pengalaman
yang mungkin berkaitan dengan topik wawancara. Ini untuk
memudahkan wartawan mengontak ulang jika hasil wawancara itu
tidak jelas.
Ketiga, setelah wawancara

Transkrip
Buatlah transkrip atau salinan wawancara dari rekaman. Upayakan
transkrip itu utuh. Ini untuk memudahkan wartawan menentukan
memilih dan memilah hasil wawancara yang disesuaikan topi.
Setelah itu, wartawan tinggal menentukan apakah wawancara itu
akan dibuat tulisan dengan struktur piramida kubus yang
pertanyaan dan jawaban ditulis dalam tempat yang berurutan.
Atau hasil wawancara itu sebagai bahan tulisan profil narasumber.


































Persiapan Menulis Berita

  1. Persiapan menulis berita

Kita sudah berusaha mengumpulkan informasi yang lengkap dan
detail sebuah peristiwa. Selanjutnya, kita mempersiapkan untuk
menulis laporan untuk dipublikasikan melalui media. Cara
penulisan itu sangat tergantung pada jenis media yang akan
melansir berita kita, visi dan misi perusahaan media, jumlah dan
penyebaran pembaca media tersebut.
Wartawam media cetak dan online menggunakan kata-kata dalam
mengemukakan ide-ide dan melukiskan peristiwa itu terjadi.

Wartawan cetak dan online ini dibatasi oleh space atau halaman
yang tersedia, terutama bagi media cetak soal space halaman ini
sangat ketat berlaku. Wartawan online memang dibatasi juga oleh
space, tetapi sifatnya lebih longgar. Hal ini disebabkan teknologi
website yang semakin maju. Namun dari pertimbangan pembaca,
sebuah berita yang terlalu panjang akan meletihkan pembaca yang
pada akhirnya akan berpindah ke website berita lainnya.
Sedangkan wartaan radio mengutamakan audio/suara untuk
menyampaikan berita. Wartawan jenis ini dibatasi oleh durasi
waktu. Penyusunan kata-kata dan kecepataan membaca harus
mampu menepati dan tidak melebihi waktu yang disediakan.
Terakhir, wartawan televisi menggunakan audio dan gambar
bergerak untuk melansir berita. Ada jargon, berita televisi itu tidak
lengkap tanpa gambar bergerak atau film, meski masih bisa
menggunakan audio atau suara sebagai alat penyampai berita.
Wartawan televisi juga dibatasi dengan durasi waktu yang
disediakan.
Ketiga jenis media itu tetap masih menggunakan kaidah-kaidah
jurnalistik dalam penyusunan, pemilihan dan pengukuran nilai
berita. Kaidah itu yang menentukan apakah sebuah berita itu
menarik atau tidak yang disesuaikan dengan masing-masing jenis
medianya. Dan, dasar-dasar jurnalistik untuk tulis bisa digunakan
untuk sebagai dasar pelatihan bagi wartawan radio dan televisi.
Kembali ke persiapan menulis berita, mari kita lihat informasi apa
saja yang telah dikumpulkan. Kita menggunakan Contoh 1 untuk
hal ini, dan menggunakan kerangka dasar jurnalistik tulis. Contoh 1
menyebutkan informasi kecelakaan lalu lintas yang menewaskan 15
orang. Hasil pengumpulan infomasi yang menggunakan langkah-
langkah mewujudkan berita sebagai berikut;
Pengumpulan Fakta:
Kecelakaan lalu lintas itu pada sebuah truk bernomor polisi A 75556
PA. Nama pengemudinya, Madun umur 35 tahun. Kernet atau

pembantu sopir bernama Asep umur 30. Sopir dan kernet
bertempat tinggal di Menes, Kabupaten Pandeglang. Truk disewa
oleh SMKN 2222 Pandeglang untuk mengangkut murid-murid ke
tempat Jambore Pramuka di Mengger, Pandeglang.
Hari Minggu, tanggal 2 Maret 2014, pukul 12.00 WIB, truk
mengangkut 40 pelajar dari SMKN Pandeglang ke Batubantar. Saat
itu hujan deras turun. Di Mengger, jalan menuju lokasi Jambore
memang menanjak cukup tajam. Diperkirakan, truk tidak kuat
menanjak. Truk merosot karena ban mobil tak bisa menahan beban
truk. Kemudian truk terguling dan meluncur deras dari ketinggian
jalan tersebut. Truk berguling berkali-kali dan berhenti ketika
sampai di jalan yang landai atau di bawah jalan menanjak tersebut.
Sebanyak 15 orang meninggal. Sopir dan kernetnya tewas dalam
kecelakaan.
Hasil Wawancara:
Babah, Kepala SMKN 2222 Pandeglang; Jambore Pramuka di
Mengger itu merupakan kegiatan rutin sekolah yang diadakan
setiap 2-3 bulan sekali. Kendaraan truk digunakan oleh rombongan
Pramuka karena ongkos sewanya lebih murah hanya Rp300.000.
Kendaraan truk juga bisa mengangkut lebih banyak orang.
“Kalau pake angkutan kota atau mobil elf, coba berapa sewanya?
Tetapi tolong pak ini benar-benar musibah. Kami sangat bersedih
dengan kecelakaan ini,” katanya.
Andi, pelajar SMKN yang selamat. “Enggak ingat persis. Aku
dengan teman-teman sedang di atas truk. Lagi hujan gede. Tapli
aku gak bisa lihat. Kan Ditutup terpal atasnya. Tahu-tahu truk
berguling ,” katanya.
Setelah terkumpul informasi seperti di atas, kita sudah siap menulis
berita. Tapi nanti dulu. Kita akan dikenal tiga alat penting untuk
memudahkan menulis berita. Ketiganya adalah rumus kuno 5W + 1
H yang sempat diperkenalkan dalam tulisan Menulis Itu Mudah,
lead atau intro atau kepala berita straight atau simple news dan
piramida terbalik. Tentu saja dalam sesi pelatihan berikutnya
memperdalam ketiga alat penting tersebut.












Rumusan kuno 5W-1H

  1. Rumusan kuno


Rumus Kuno dan Ajaib 5W + 1 H
Posted on 06/03/2014
Rumus kuno ini, 5 W + 1 H sangat ampuh untuk menuntun
wartawan menyusun berita dan tulisan jenis lainnya. Ternyata,
rumus ini juga tak hanya digunakan oleh para wartawan, tetapi
dipakai para peneliti, pengarang sastra dan sebagainya.
Rumus kuno ini dikemukakan dan digunakan pertamakali oleh
Rudyard Kipling yang lahir di India, tanggal 30 Desember 1865 dan
meninggal 18 Januari 1936. Ayahnya bernama J Loockwood Kipling
CIE yang bertugas sebagai pegawai pemerintah Inggris yang
ditempatkan di India. Saat itu India masih di bawah kekuasaan
Inggris. Rudyard Kipling memilik nama lengkap, Joseph Rudyard
Kipling dan merampungkan pendidikannya di United Service
College, Westward Hoo di India tahun 1882.
Kemudian, Rudyard Kipling menjadi asisten editor majalah The
Civil and Militery Gazette dan The Pioneer selama 7 tahun lebih. Dia
banyak menghasilkan karya-karya sastra dan buku manual tentang
pers. Rudyard Kipling memperoleh penghargaan Nobel untuk
sastra pada tahun 1907.
Dalam bukunya berjudul Plain Tales From Hills yang diterbitkan
tahun 1887, Rudyard Kipling banyak menulis tentang pedoman
membuat berita untuk para wartawan, di antaranya rumus 5 W + 1
H. Rumus itu merupakan kepanjangan dari What (apa), Who
(siapa), When (kapan), Where (dimana), Why (mengapa) dan How
(bagaimana). Dan, sejak itu, di kalangan wartawan atau para
mentor wartawan, tidak ada rumus yang paling mudah digunakan
dan diajarkan selain rumus ajaib yang dikemukakan Rudyard
Kliping.
Masih ingat posting berjudul Membuat Berita Itu Mudah di blog
ini? Metode yang digunakan dalam posting itu adalah rumus 5 W +
1 H. Mari kita urai rumus tersebut, kemudian kita akan terapkan
pada informasi yang dikumpulkan dalam posting Persiapan
Menulis Berita. Berikut kutipan hasil pengumpulan informasinya;
Pengumpulan Fakta:
Kecelakaan lalu lintas itu pada sebuah truk bernomor polisi A 75556
PA. Nama pengemudinya, Madun umur 35 tahun. Kernet atau
pembantu sopir bernama Asep umur 30. Sopir dan kernet
bertempat tinggal di Menes, Kabupaten Pandeglang. Truk disewa
oleh SMKN 2222 Pandeglang untuk mengangkut murid-murid ke
tempat Jambore Pramuka di Mengger, Pandeglang.

Hari Minggu, tanggal 2 Maret 2014, pukul 12.00 WIB, truk
mengangkut 40 pelajar dari SMKN Pandeglang ke Batubantar. Saat
itu hujan deras turun. Di Mengger, jalan menuju lokasi Jambore
memang menanjak cukup tajam. Diperkirakan, truk tidak kuat
menanjak. Truk merosot karena ban mobil tak bisa menahan beban
truk. Kemudian truk terguling dan meluncur deras dari ketinggian
jalan tersebut. Truk berguling berkali-kali dan berhenti ketika
sampai di jalan yang landai atau di bawah jalan menanjak tersebut.
Sebanyak 15 orang meninggal. Sopir dan kernetnya tewas dalam
kecelakaan.
Hasil Wawancara:
Babah, Kepala SMKN 2222 Pandeglang; Jambore Pramuka di
Mengger itu merupakan kegiatan rutin sekolah yang diadakan
setiap 2-3 bulan sekali. Kendaraan truk digunakan oleh rombongan
Pramuka karena ongkos sewanya lebih murah hanya Rp300.000.
Kendaraan truk juga bisa mengangkut lebih banyak orang.
“Kalau pake angkutan kota atau mobil elf, coba berapa sewanya?
Tetapi tolong pak ini benar-benar musibah. Kami sangat bersedih
dengan kecelakaan ini,” katanya.
Andi, pelajar SMKN yang selamat. “Enggak ingat persis. Aku
dengan teman-teman sedang di atas truk. Lagi hujan gede. Tapli
aku gak bisa lihat. Kan Ditutup terpal atasnya. Tahu-tahu truk
berguling ,” katanya.
Informasi di atas kita rumuskan dengan 5 W + 1 H sebagai berikut:
What:
Truk Nopol A 75556 PA mengangkut 40 pelajar terbalik dan masuk
jurang
Who:
15 Tewas dari 40 pelajar SMKN 2222 Pandeglang
Where:
Tanjakan menuju Mengger, Kabupaten Pandeglang
When:
Minggu, 2/3-2014, pukul 12.00 WIB.
Why:
Jalan menjadi licin akibat hujan deras mengguyur
How:
Truk yang tengah menapaki jalan menanjak, tiba-tiba merosot,
kemudian meluncur dengan deras ke bawah. Truk pun terbalik
berguling berkali-kali dan akhirnya meluncur ke jurang.
Setelah kita kelompokan fakta-fakta dengan rumus ajaib itu, kita
memasuki tahap untuk mengetahui struktur berita berupa Piramida
Terbalik.




Struktur Berita Piramida Terbalik

  1.  Struktur berita piramida terbalik

Salah satu alat untuk menuntun wartawan menyusun berita adalah
piramida terbalik. Alat itu merupakan struktur berita yang
menempatkan informasi dengan urutan prioritas paling penting di
bagian atas, kemudian disusunan berikutnya dengan derajat
penting yang berbeda-beda.
Apa manfaat menyusun berita dalam bentuk piramida terbalik?
Manfaat utama dari struktur piramida terbalik berkait dengan
space atau ruang dalam halaman yang disediakan untuk memuat
berita. Ketika berita itu terlalu panjang dan tidak cukup untuk
dimuat di halaman yang disediakan, maka editor bisa membuang
bagian berita itu mulai dari paling bawah atau derajat informasi
pentingnya yang paling rendah yang biasanya diletakan di bagian
bawah atau akhir berita.
Dalam kondisi ekstrem, ruang atau halaman yang tersedia untuk
berita itu hanya cukup untuk memuat lead atau kepala berita. Lead
berita itu harus tetap layak sebagai sebuah berita yang memiliki
informasi bermanfaat bagi pembaca. Ini bisa dilakukan dengan
mencampur teknik penulisan dengan rumus ajaib 5 W + 1 H.
Sehingga berita yang telah dipotong hingga tersisa hanya lead bisa
bermakna bagi pembaca.
Perhatikan gambar struktur berita berbentuk Piramida Terbalik di
bawah ini:
Struktur Berita Piramida Terbalik
Lead / Prioritas Utama Penting
Lead atau kepala berita merupakan puncaknya. Pada urutan paling
puncak yang menempati derajat prioritas utama pentingnya
informasi ini, wartawan harus menuliskan informasi utama.
Setidaknya, pada bagian ini wartawan harus menjawab sebagian
besar unsur 5 W + 1 H. Kenapa begitu? Jika pemotongan berita
yang dilakukan editor karena keterbatasan halaman, berita ini
masih memiliki arti dan layak sebagai sebuah berita.
Neck / Sangat Penting
Neck atau leher berita menempati urutan sangat penting. Bagian ini
disebut neck atau leher karena umumnya merupakan peralihan alur
atau penyambung alur ide berita yang ada pada bagian lead atau
kepala berita untuk dilanjutkan pada gagasan-gagasan yang
tertuang pada bagian berikutnya yang menempati derajat prioritas
lebih rendah.
Body / Penting
Pada bagian body, umumnya merupakan penjabaran dari gagasan
berita yang termaktub dalam lead dan neck. Penjabaran itu bisa

merupakan jawaban why (mengapa) dan how).
Body Lanjutan / Kurang Penting
Di bagian ini, berbagai data yang tidak terlalu penting ditempatkan.
Misalnya daftar nama orang-orang yang mengalami kecelakaan
atau hal-hal lain yang jika dihilangkan oleh editor tidak terlalu
berpengaruh terhadap substansi atau pokok bahasan berita
tersebut.
Nah, pada sesi berikutnya, kita akan menelaah sebuah lead, intro
atau kepala berita yang simpel atau ringkas.
































Menggunakan Lead Straight atau Simple

  1. Menggunakan led straight atau simple

Banyak istilah yang disematkan pada kepala berita. Ada yang
menyebut intro, ada juga yang mengatakan lead. Tetapi di kalangan
wartawan atau jurnalis disebut lead atau kepala berita. Bagi
wartawan pemula, sebaiknya menggunakan lead yang ringkas atau
simpel, meski lead jenis ini pun hingga sekarang tetap menjadi
favorit bagi wartawan yang sudah bertahun-tahun menggeluti
profesinya.
Lead yang ringkas ini dikenal dengan beberapa istilah. Ada yang
menyebut straight news (langsung), ada yang mengatakan peg news
(pasak) dan ada yang menggunakan istilah simple news. Semua
istilah itu mengacu kepada sebuah lead yang dibuat sedemikian
rupa dengan ringkas, langsung atau tidak bertele-tele.
Dalam posting sebelumnya, kita sudah dikenalkan dengan rumus
ajaib dan struktur berita piramida terbalik. Mari kita ambil contoh
dari informasi yang dikumpulkan dalam posting Persiapan Menulis
Berita. Dari informasi yang dikumpulkan itu, maka kami mencoba
menyusun berita dengan struktur piramida terbalik dan lead yang
ringkas. Sebagai berikut:
Lead:
Sebanyak 15 pelajar SMKN 2222 Pandeglang tewas setelah truk
Nopol A 75556 PA yang mengangkut mereka jatuh ke jurang di
tanjakan Mengger. Pandeglang, Minggu (2/2-2014), pukul 12.00
WIB. Sedangkan 35 pelajar lainnya menderita luka parah.
Neck:
Polisi masih menyelidiki penyebab kecelakaan truk pengangkut
pelajar itu. “Sementara ini kami menduga kecelakaan disebabkan
jalan menjadi licin akibat hujan deras yang turun. Truk tidak kuat
menanjak dan tergelincir ke jurang,” kata polisi di tempat kejadian.
Body:
Keterangan yang dihimpun menyebutkan, truk itu dikemudikan
oleh Madun (35) mengangkut 40 pelajar SMKN 2222 Pandeglang
ke tempat diselenggarakan Jambore Pramuka di Mengger, sekitar 15
Km sebelah selatan dari Kota Pandeglang. Ketika truk berangkat
dari sekolah, hujan deras turun, sehingga bagian belakang truk
dipasang penutup terpal agar para pelajar tidak basah. Setiba di
tanjakan Mengger, truk tidak kuat menanjak. Akibatnya, truk itu
merosot dan terguling dan jatuh ke jurang yang berada di pinggir
jalan itu.
Body:
Andi, pelajar SMKN yang selamat mengaku tidak mengetahui persis
peristiwa itu karena dia bersama teman-temannya berada di bagian

belakang yang ditutup terpal. “Aku tidak bisa lihat apa-apa, tiba-
tiba truk terguncang. Aku pingsan,” katanya yang ditemui di
Puskesmas Mengger. Andi mengalami luka di kepala dan kakinya.
Perhatikan gambar struktur berita yang berdasarkan berita di atas:










































Tulis berita dengan jelas

  1. Tulis berita dengan jelas

Ingat lah ini. Tulis berita dengan jelas dan kalimat pendek. Jika
berita yang ditulis itu ruwet makna, ada dua tindakan dari editor
yang menerima berita itu. Pertama, naskah berita itu dibuang ke
tempat sampah. Kedua, naskah itu terpaksa ditulis ulang karena
berisi informasi penting yang harus diketahui publik.
Bagaimana wartawan bisa menulis secara jelas denga kalimat-
kalimat pendek? Penulisan seperti ini bukan hanya persoalan
wartawan pemula, acap ditemukan pada tulisan wartawan yang
telah menggeluti profesinya bertahun-tahun. Secara umum,
penyebabnya adalah wartawan malas untuk membaca ulang berita
yang dibuatnya, mengoreksi kata demi kata dan kurang pengayaan
bahasa.
Jika ditelaah lebih jauh, penulisan berita yang rumit ini disebabkan
memiliki banyak gagasan yang ingin ditulis dalam satu kalimat atau
satu paragraf. Gagasan itu dituangkan dalam kalimat yang beranak
pinak. Dalam beberapa berita ditemukan, satu paragraf yang
panjang ternyata hanya terdiri dari satu kalimat. Bisa dibayangkan,
beranak anak pinak yang ditulis untuk menggambarkan peristiwa
tersebut, mengakibatkan pembaca gagal memahami berita tersebut.
Pembaca tidak paham apa yang disampaikan jika berita itu tetap
dipublikasikan. Reaksinya yang dipastikan, pembaca akan
meninggalkan media.
Di bawah ini beberapa tips untuk menulis berita secara jernih.
Akurat
Hal ini yang harus selalu diingat oleh wartawan. Data atau
informasi yang ditulis harus tepat seperti nama orang, jabatan,
lokasi kejadian, waktu dan sebagainya. Akurasi atau kecermatan
dan ketelitian data-data merupakan modal dasar untuk
membangun kepercayaan wartawan yang akan berdampak pada
kepercayaan perusahaan media.
Jangan Paksa Lead
Wartawan harus mengingat ini, jangan memaksakan 5 W + 1 H
untuk masuk ke dalam lead atau intro berita. Pemaksaan itu
menyebabkan berita tidak fokus terhadap pokok persoalan.
Contoh:
Petani membakar tanaman cengkeh di Kabuaten Lebak sebagai
wujud protes terhadap pemeritah yang mengizinkan monopoli tata
niaga cengkeh yang dilakuan oleh PT Abal-abal, kemarin setelah
mereka gagal berunding dengan pemerintah untuk menunjukan
sikap penolakan terhadap pengaturan kembali tata niaga cengkeh
yang berujung pada monopoli komoditi cengkeh.

Perbaikannya:
Petani membakar tanaman cengkeh di Kabupaten Lebak, kemarin.
Tindakan itu sebagai protes monopoli perdagangan cengkeh oleh
PT Abal-abal yang ditetapkan pemerintah.
Sebelumnya, petani telah berunding dengan pemerintah soal
penetapan pembeli tunggal cengkeh di seluruh Indonesia.
Kebijakan pemerintah itu merugikan petani karena praktik
monopoli akan menimbulkan penetapan harga sepihak oleh PT
Abal-abal sebagai pembeli tunggal cengkeh.
Kalimat pendek
Di kalangan wartawan, kalimat pendek sering digunakan untuk
menggantikan atau menggambarkan kalimat efektif, yaitu kalimat
yang mengungkapkan gagasan, ide atau pokok pikiran penulis
dengan tepat. Kalimat ini mudah dipahami pembaca, pendengar
dan penonton. Jika dilhat dari segi bentuk, kalimat pendek ini
hanya memiliki satu gagasan dan paling banyak memiliki dua anak
kalimat. Strukturnya terdiri dari Subjek + Predikat + Objek.
Contoh:
Truk pengakut pelajar SMKN 2222 Pandeglang terguling di
tanjakan Mengger.
Pemilihan kata (diksi)
Pemilihan kata yang tepat untuk menuangkan gagasan merupakan
keterampilan yang harus dimiliki oleh seorang wartawan. Kata yang
tidak tepat digunakan akan menimbulkan pemahaman yang
berbeda.
Contoh:
Peserta gerak jalan yang diadakan Komisi Pemilihan Umum (KPU)
Kota Tangerang membeludak.
Perhatikan kata membeludak yang diberi  cetak tebal. Kata dasar itu
adalah beludak. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),
beludak berarti ular yang lehernya bisa membungkuk dan
mengembang seperti ular kobra, ular tedung dan sejenisnya. Dalam
bahasa Indonesia memang dikenal awalan yang bisa mengubah
kata benda menjadi kata kerja. Misalnya, kata benda seperti damar,
dulang dan rotan berubah menjadi kata kerja jika ditambah awalan
men-damar (mengumpulkan damar), men-dulang (mengumpulkan
sesuatu dari wadah atau wahana) dan me-rotan (mencari atau
mengumpulkan rotan).
Dalam berita itu, jelas terjadi kesalahan memilih kata atau diksi
untuk menggambarkan kondisi yang dimaksud penulis. Tidak
mungkin penulis itu bermaksud menceritakan peserta gerak jalan
itu mengumpulkan beludak (ular berbisa yang bisa menekukan
lehernya). Jika diperhatikan kalimat berikutnya, maksud penulis
adalah peserta yang jumlahnya di luar yang ditentukan atau
diperkirakan. Kata yang tepat untuk melukiskan itu adalah limpah

atau melimpah yang berarti tumpah keluar, berlebih-lebih atau
melebihi jumlah yang bisa dimuat. Tetapi banyak media yang
membiarkan kesalahan yang fatal ini, sehingga masyarakat dipaksa
untuk menerima kata membeludak sebagai kata untuk
menggambarkan melimpah.
Kata kerja aktif
Penggunaan kata kerja aktif akan menimbulkan kesan yang lebih
kuat dan efisien dalam berita, dibandingkan menggunakan kata
kerja pasif.
Contoh Pasif;
Dinas Pendidikan Banten didemo oleh 100 pemuda.
Contoh Aktif
Seratus pemuda mendemo Dinas Pendidikan Baten.
Hindari Istilah Asing
Wartawan sadar atau tidak terkadang terdorong pada sikap ingin
memperlihatkan atau ingin mendapatkan kesan sebagai wartawan
yang pintar. Beritanya penuh dengan istilah dari bahasa asing atau
istilah teknis dari sebuah ilmu pengetahuan. Ini tidak perlu
dilakukan. Wartawan harus menyadari, dia menulis untuk publik
yang belum tentu mengetahui atau mengerti istilah-istilah tersebut.
Jika wartawan terpaksa menggunakan kata asing, dia harus
menjelaskan istilah itu.
Contoh:
JAKARTA, KOMPAS.com – Presiden Direktur PT Bank OCBC NISP
Tbk Parwati Surjaudaja memandang penyaluran kredit korporasi di
sektor komoditas saat ini masih berisiko. Ini terkait dengan
volatilitas harga komoditas.
Perhatikan istilah volatilitas yang disebut dalam berita tersebut.
Wartawan seharusnya ingat, pembaca berita itu bukan hanya ahli
ekonomi, tetapi orang awam yang ingin tahu berita-berita ekonomi.
Dalam ilmu kimia dan fisika, volatilitas dikenal sebagai
kecenderungan menguapnya suatu zat. Sedangkan dalam ilmu
ekonomi, volatilitas adalah jarak turun-naiknya harga saham atau
komoditas yang diperdagangkan. Jika disebut volatilitas tinggi,
maka yang dimaksudkan dengan kata itu adalah harga saham
melonjak tinggi, namun tidak lama harga saham itu anjlok Ini tidak
ada penjelasan untuk pembaca. Jika dicermati badan beritanya,
maka terdapat kata-kata teknis yang tak memiliki penjelasan untuk
pembaca seperti stress test, tingkat survival dan seterusnya.
Coba kita perbaiki berita tersebut.
PT Bank OCB NISP menilai masih beresiko menyalurkan kredit
korporasi di sektor komoditas. Ini terkait gejolak harga komoditas
yang tidak menentu.
Hindari Kutipan
Jangan mengawali berita dengan kutipan. Ini akan menimbulkan

kesan tidak baik terhadap pembaca. Selain itu, pembaca ingin
langsung mengetahui berita apa yang hendak disampaikan. Tanda
kutip digunakan dalam tubuh berita atau neck dengan tujuan
untuk menguatkan pokok persoalan berita yang ditulis, bukan di
awal berita. Perhatikan contoh kutipan itu.
Kecuali, Anda ingin menggunakan lead kutipan sebagai kekuatan
untuk menarik pembaca dan penyampaian fakta yang sangat kuat
untuk hal tersebut. Bahasan tentang lead kutipan akan
dikemukakan dalam Bab II Jurnalistik Tulis Lanjutan.
Contoh:
Serang – “Pajak pertambahan nilai atau PPN akan naik dari 10
persen menjadi 17 persen. Sebagai menteri, saya sudah menjelaskan
hal itu dalam rapat dengan anggota DPR RI,” kata Solsol, Menteri
Keuangan Negeri Blewuk ketika berkunjung ke Serang, Minggu
(9/3-2014).
Perbaikannya adalah:
Serang – Pajak Pertambahan Nilai (PPN) akan naik dari 10 persen
menjadi 17 persen dalam waktu dekat ini.
Menteri Keuangan Negeri Blewuk, Solsol mengaku sudah
menyampaikan rencana itu kepada DPR RI. “Saya sudah
menjelaskan hal itu,” katanya.

























Hemat Kata Dalam Menulis Berita

  1. Hemat kata dalam menulis berita

Hal yang sering ditemukan pada tulisan wartawan pemula adalah
boros menggunakan kata. Pemborosan ini menimbulkan beberapa
kesulitan editor, yaitu waktu menyunting naskah berita menjadi
lebih lama dan naskah melebihi halaman yang disediakan. Bagi
redaksi media cetak, ini bisa menimbulkan keterlambatan
pengiriman naskah ke percetakan dan akhirnya terlambat
diedarkan di pasar.
Penyebab pemborosan kata dalam menulis berita adalah wartawan
tidak menguasai masalah yang ditulisnya dan minim keterangan,
fakta dan data yang dikumpulkan. Editor segera melihat gejala itu
ketika membaca naskah dari wartawan pemula. Misalnya suatu
gagasan ditulis berulang-ulang dengan kalimat yang berbeda.
Terkesan, wartawan pemula memaksakan kata dan kalimat itu
untuk memenuhi kuota halaman yang ditentukan untuk memuat
berita itu.
Ada juga penyebab pemborosan kata adalah wartawan pemula
kurang menguasai bahasa dan tidak memiliki imajinasi untuk
menggambarkan peristiwa yang tengah dilaporkannya. Dalam
beberapa sesi pelatihan, ditemukan wartawan yang pandai bercerita
secara verbal atau lisan, tetapi ketika dituangkan dalam bentuk
tulisan, tidak tampak kehebatan dari peristiwa yang diceritakan
secara verbal.
Perhatikan contoh berita yang diambil dari sebuah media cetak
lokal edisi Senin, 10 Maret 2014.
Tigaraksa – Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Kabupaten
Tangerang berencana akan berkoordinasi dengan Dinas Pendidikan
(Dindik) Kabupaten Tangerang terkait kelulusan tenaga honorer
kategori dua (K2) yang berasal dari sekolah. Soalnya, beberapa
laporan masuk menyebutkan tenaga honorer K2 yang lulus, surat
keputusan (SK)-ya menjadi sorotan masyarakat.
Kepala Bidang Pengembangan Kepegawaian BKD Kabupaten
Tangerang, Muhammad Ilyas mengatakan, akan mengambil
langkah cepat atas dugaan SK palsu yang dimiliki guru honorer
yang lulus seleksi K2. SK yang dimiliki guru honorer tersebut
dikeluarkan oleh sekolah masing-masing. “Sudah menjadi
komitmen BKD dalam proses rekrutmen CPNS K-2 ini, untuk
berjalan sesuai aturan. Sebab kelulusan K-2 kewenangan penuh
dari Kementrian Pendayagunaan Aparatur dan Regormasi Birokrasi
(Kemen PAN-RB). Setelah itu, setiap informasi dan masukan dari
masyarakat tentang adanya penyelewengan yag dilakukan peserta
CPNS K-2 akan kami tindak lanjuti,” kata M Ilyas.

Selain berusaha melakukan pemeriksaan data seluruh K-2yang
lolos, BKD juga akan melakukan komunikasi intensif ke Dinas
Pendidikan terkait seluruh peserta guru honorer yang lolos seleksi
CPNS melalui jalur K-2. “Kami akan berkoordinasi secepatnya
dengan Dinas Pendidikan. Nantinya ke Dinas Pendidikan akan
kami pertanyakan tentang persyaratan administratifnya sebagai
salah satu kelengkapan data honorer. Apalagi, katanya ada guru
honorer yang diduga menggunakan SK palsu saat mengikuti tes
seleksi,” katanya.
Saat ditanya kelengkapan administrasi apa saja yang harus
dilengkapi, M Ilyas menyebut ada banyak. Salah satunya, yakni
peserta yang lolos harus mengisi sejumlah surat pernyataan yang
harus diisi dengan benar. “Formulir yang sudah diisi yang lolos itu
akan diverfikasi kembali. Dan, untuk guru honorer kan biasanya
kewenangan kepala sekolah dan pejabat eselon II pada dinas
bersangkutan,” jelasnya.
Diberitakan sebelumnya, di SD Negeri Kecamatan Kresek,
Kabupaten Tangerang, ada guru honorer K-2 yang baru mengajar
delapan bulan, tetapi sudah lulus K-2. Hal itu dibenarkan oleh salah
seorang guru lainnya yang mengajar di tempat yagn sama. “Ya
benar, yang ada salah satu rekan kami yang lulus K-2. Tetapi,
setahu say arekan kami itu belum lama mengajar di sekolah ini,”
ujar salah satu guru di SD Negeri Kresek yang tidak mau disebutkan
namanya.
Ada dua penilaian atas contoh berita di atas. Pertama, berita itu
boros kata. Kedua yang paling fatal adalah berita itu salah
menempatkan apa yang penting dari sebuah fakta. Coba cermati,
manakah yang lebih penting untuk dimasukan ke dalam berita?
Koordinasi antara BKD dengan Dindik, atau dugaan SK palsu yang
dikeluarkan sekolah masing-masing. Tentu saja jawabanya adalah
dugaan SK palsu, karena peristiwa ini tidak biasa terjadi.
Dalam berita itu terjadi ambigu atau ketidakjelasan penafsiran apa
yang dimaksudkan dengan SK pengangkatan. Apakah SK yang
dimaksudkan dalam berita itu sebagai pegawai negeri sipil (PNS)
atau sebagai guru honorer? Jika SK itu sebaga guru honorer,
bukankah SK itu sudah benar dikeluarkan oleh sekolah? Jadi, apa
yang dimaksudkan dengan SK palsu dalam berita itu? Apakah SK
palsu itu adalah guru yang belum lama mengajar di SDN Keresek
(kurang dari 1-2 bulan), kemudian dalam SK itu disebutkan telah
mengajar selama 8 bulan? Tidak ada kejelasan.
Boleh jadi berita di atas merupakan lanjutan berita yang dimuat
sebelumnya. Namun penegasan sebagai berita lanjutan tidak
tampak dalam berita. Harus diingat, pembaca hari ini belum tentu
orang yang sama dengan pembaca sebelumnya. Kewajiban
wartawan untuk memberikan penegasan soal berita lanjutan

tersebut.
Kita mencoba memperbaiki contoh berita itu. Perbaikan terdiri dari
penghematan kata dan penempatan fakta penting yang seharusnya
segera diberitakan oleh wartawan. Kita menganggap berita itu
merupakan lanjutan berita sebelumnya yang dimuat media cetak
tersebut.
Tigaraksa- Badan Kepegawaian Daerah (BKD) akan menanyakan
adanya Surat Keputusan (SK) palsu tenaga honorer K-2 asal
sekolah masing-masing kepada dinas pendidikan setempat. SK
palsu itu menjadi sorotan masyarakat.
Demikian dikemukakan Kepala Bidang Kepegawaian BKD
Kabupaten Tangerang, M Ilyas kepada wartawan, Senin (10/3),
menanggapi adanya SK palsu sebagai pengajar di sekolah yang
menjadi persyaratan untuk tenaga honorer K-2.
Muhammad Ilyas menegaskan, BKD akan menindaklanjuti setiap
penyelewengan dalam proses rekrutment calon pegawai negeri sipil
(CPNS). Informasi penyelewengan itu akan dikirim ke Kementrian
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Refornasi Birokrasi (Menpan
RB), “Iya, pengangkatan PNS itu kewenangannya ada di Kemenpan
RB, bukan di sini. Tetapi kami akan melaporkannya untuk menjadi
pertimbangan,” kata Ilyas.
Dia mengatakan, BKD secepatnya berkoordinasi dengan Dinas
Pendidikan untuk menginventaris tenaga honorer K-2 untuk guru
yang diduga menggunakan SK palsu dalam memenuhi persyaratan
menjadi CPNS. Selain persyaratan SK sebagai guru di sekolah, juga
tenaga honorer K-2 harus mengisi formulir dengan benar. Isi
formulir itu akan diverifikasi. Kebenaran tentang isi formulir itu
yang paling mengetahui adalah kepala sekolah asal guru honorer
mengajar atau kepala dinas yang bersangkutan.
Berita di atas jauh lebih ringkas dan efektif dibandingkan berita
sebelum dilakukan perbaikan.















Awas Opini Wartawan Dalam Berita

  1. Awas opini wartawan dalam berita

Larangan keras dalam jurnalistik adalah wartawan menulis opini
atau pendapat pribadinya terhadap suatu pesoalan atau obyek
dalam berita yang dipublikasikannya. Wartawan tidak boleh
berpendapat, tetapi harus menyampaikan pendapat orang
berkaitan dengan gagasan berita.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), opini adalah
pikiran, pendapat atau pendirian terhadap sesuatu yang bersifat
sumbyektif. Opini ini bisa dipastikan belum teruji melalui metode
ilmiah yang biasa berlaku di dunia keilmuan.
Harus diingat, tugas wartawan adalah melayani masyarakat untuk
memenuhi kebutuhan informasi, bukan membuat opini dalam
berita. Jika wartawan ingin beropini, sebaiknya dia menulis artikel
opini yang halamannya tersendiri di media cetak,online, radio,
televinsi atau media elektronik lainnya.
Dalam diri wartawan tentu akan muncul berbagai pertanyaan
berkaitan dengan objek berita. Ini disebabkan sikap skeptis atau
meragukan segala hal yang diterimakanya dan mepertanyakan
ulang kebenarannya. Dengan sikap ini, wartawan memang akan
mengalami kemajuan yang bagus untuk mengumpulkan fakta dan
keterangan yang mendekati kebenaran.
Jika sikap kritis itu muncul, maka jalan keluarnya adalah wartawan
pergi ke pakar atau orang yang ahli / berkompenten di bidangnya.
Tanyakan hal-hal yang menurut wartawan perlu dikritisi. Namun
disarankan, wartawan jangan berhenti atau merasa cukup dengan
satu pendapat, jika ingin mendekati kebenaran fakta. Tanyakan
pula pada sumber-sumber lain yang berkaitan. Dengan cara ini,
wartawan akan meperoleh gambaran atau kontruksi persoalan yang
sebenarnya.
Kalimat yang mengandung opini terkadang tidak disadari oleh
wartawan yang bersangkutan. Karena itu, cermati contoh-contoh
kalimat tersebut di bawah ini;
Indonesia bisa menjadi negara maju
Bakso Yanato di KPN itu rasanya enak
Makan satu buah pisang sudah cukup mengenyangkan perut kita
Udara di Kota Serang sangat panas
Seharusnya, pemerintah bisa membenahi kekacauan tata niaga
beras
Mari kita bahas bersama untuk menunjukan bahwa kalimat di atas
merupakan opini atau pendapat.
Indonesia bisa menjadi negara maju. Kalimat ini mengandung
pendapat karena kebenarannya belum terjadi.

Bakso Yanato di KPN rasanya enak. Enak merupakan penilaian

subyektif. Bagi satu orang mungkin bakso Yanato itu cocok dengan
seleranya, tetapi belum tentu selera itu akan sama orang lainnya.
Jadi kalimat ini sangat subyektif dan dipastikan merupaka opini.
Makan satu buah pisang sudah cukup mengenyangkan perut kita.
Ini kalimat bersifat relatif. Bisa jadi, si A akan merasa kenyang
hanya memakan satu buah pisang karena memang ukuran
perutnya kecil. Tetapi rasa kenyang itu belum tentu terjadi pada si B
yang mungkin bisa menghabiskan 3-5 buah pisang agar merasa
kenyang.
Udara di Kota Serang sangat panas. Bagi Pulan yang tadinya hidup
di Amsterdam, Belanda dan belum lama tinggal di Kota Serang,
Indonesia tentu saja udara terasa panas. Sedangkan bagi penduduk
Kota Serang, sudah terbiasa dengan suhu yang rutin terjadi.
Seharusnya, pemerintah bisa membenahi kekacauan tata niaga
beras. Ini jelas merupakan kalimat harapan dan memang belum
terjadi. Kalimat ini merupakan opini karena berupa keinginan
untuk perbaikan tata niaga beras.
Sebagai perbandingan, kita mengemukakan contoh kalimat yang
berisi fakta, sebagai berikut;
Penelitian Bank Dunia, Indonesia berada pada urutan 300 negara
berpenghasilan di bawah 500 dollar.
Hari ini, suhu udara di Kota Serang mencapai 38 derajat celcius.
Kota Serang merupakan ibukota Provinsi Banten
Jokowi, Gubernur DKI Jakarta resmi mengumumkan jadi calon
presiden dari PDIP pada, Jumat, 14 Maret 2014.
Dalam praktinya, wartawan akan banyak varian dan cara untuk
menggunakan kalimat yang mengandung opini. Seperti yang sudah
dikemukakan, wartawan boleh menyampaikan pendapat orang lain
atau narasumber, tetapi tidak boleh memasukan atau menulis opini
pribadi si wartawan dalam berita. Karena itu muncul berbagai
varian kalimat seperti menggunakan kata menyatakan,
mengatakan, menduga dan sebagainya. Atau wartawan
menggunakan kutipan langsung untuk menegaskan opini
narasumber dalam berita tersebut.










Membuat Judul Berita

  1. Membuat judul berita

Pembuatan judul berita bukan kewajiban wartawan. Kewenangan
itu berada di editor. Tetapi tidak salah kalau wartawan
mengusulkan judul berita ketika menyerahkan naskah. Ini untuk
membantu editor segera mengetahui isi berita saat akan memeriksa
naskah dan menentukan apakah berita ini penting atau tidak, atau
layak dimuat halaman rubrik apa.
Seharusnya, wartawan tidak kesulitan untuk membuat judul berita.
Dia sudah bisa menentukan pokok persoalan ketika membuat
sebuah lead atau intro. Berlandaskan hal itu, wartawan dengan
mudah menentukan judul. Namun ada beberapa hal yang harus
diingat untuk pembuatan judul berita tersebut.
Mencerminkan Isi
Judul berita harus mencerminkan isi berita. Orang begitu membaca
judul sudah memperkirakan isi yang bakal dimaktub dalam berita
itu.
Contoh judul berita di media cetak lokal di Serang:
Judul:
Promosi Jabatan di Pemkot Mandek
Intro berita:
Serang – Pertimbangan teknis promosi jabatan eselon II Pemkot
Serang belum juga diturunkan atau disetujui Pemprov Banten.
Padahal usulan sejumlah promosi jabatan sejumlah eselon telah
disampaikan Pemkot sejak 13 Februari lalu.
Perhatikan antara judul dengan isi lead atau intro berita, tidak
terjadi kesesuaian. Dalam lead / intro berita lebih membahas soal
belum ada surat persetujuan dari Pemprov Banten terkait usulan
penggantian jabatan eselon II dari Pemkot Serang. Boleh jadi,
dalam usulan terdapat pejabat yang dipromosikan dari eselon III ke
eselon II. Penggantian jabatan eselon II membutuhkan persetujuan
dari Gubernur Banten. Dalam berita itu, proses administrasi
penggantian pejabat eselon II belum rampung karena menunggu
surat persetujuan Gubernur Banten atau dalam berita itu disebut
Pemprov Banten. Sedangkan kesan yang timbul dari judul berita itu
suatu rangkaian atau sistem yang berkaitan dengan promosi
jabatan, bukan penggantian jabatan eselon II yang didalam
terdapat promosi pejabat yang lebih rendah naik ke lebih tinggi.
Perbaikan Judul:
Penggantian Jabatan di Pemkot Tertunda
Kalimat Pendek dan Atraktif
Judul merupakan etalase atau tempat memamerkan sesuatu agar
orang tertarik. Wartawan harus memanfaatkan hal itu agar

beritanya menarik pembaca dengan judul. Karena itu, wartawan
disarankan menggunakan kalimat pendek dan atraktif dalam
menulis judul.
Kalimat pendek, kita sudah belajar bersama dalam posting-posting
sebelumnya. Apa itu judul yang atraktif? Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia, atraktif bermakna mempunyai daya tarik atau
sifat yang menyenangkan. Berdasarkan pengalaman penulis
menjadi editor, kesan atraktif itu akan muncul dalam judul berita
ketika menggunakan kalimat pendek, kata aktif dan penggunaan
kata yang tepat.
Contoh belum perbaikan:
DPRD Desak Sekolah Tampung Siswa Binaan, 120 Pelajar jadi
Belajar Di Lantai
Bawaslu Banten Akan Awasi Perilaku Menag Kenalkan Putrinya
Perbaikan:
120 Pelajar SMA Nunukan Belajar di Lantai
Bawaslu Banten Awasi Menag
Penggunaan Nama
Judul yang berisikan nama seseorang sebaiknya hanya digunakan
pada tokoh yang dikenal luas di kalangan masyarakat. Wartawan
yakin pembaca mengenal nama itu dan tidak menimbulkan bias
pada nama lain. Ini sesuai dengan jargon berita bahwa nama besar
membuat berita.
Contoh:
SBY Curhat Lagi
Boediono Hadir Di Sidang Korupsi
Duta Besar AS Tiru Blusukan Jokowi
Nama yang tercantum dalam judul itu merupakan nama yang
sangat dikenal masyarakat. Warga Indonesia tahu, penyebutan SBY
tidak akan menimbulkan kesan akronim nama dari Kota Surabaya,
tetapi akronim nama Susilo Bambang Yudhoyono, Presiden RI.
Nama Boediono jelas akan merujuk Wakil Presiden RI dan nama
Jokowi akan terarah pada Gubernur DKI Jakarta. Ini akan berbeda
jika nama Robert Blake tanpa jabatannya sebagai Duta Besar
Amerika Serikat (AS) yang meniru gaya blusukan Jokowi ketika
berkunjung ke beberapa perkampungan di Jakarta. Mungkin,
pembaca akan bertanya siapa Robert Blake, tetapi pembaca tentu
akan segera paham jika disebutkan Duta Besar AS.
Judul Pertanyaan
Wartawan diingat untuk hati-hati menggunakan judul pertanyaan,
karena tidak setiap berita bisa menggunakan judul jenis ini. Namun
judul pertanyaan efektif menggoda pembaca ketika wartawan
menulis peristiwa atau kasus krusial yang menyita perhatian
masyarakat semisal pengusutan korupsi. Kondisi tertentu
mendorong wartawan menggunakan judul ini. Misalnya, wartawan

memproleh fakta-fakta yang valid tentang peristiwa atau kasus
tertentu, tetapi pejabat berwenang atau orang-orang yang terlibat di
dalamnya tidak mau memberikan konfirmasi. Selain itu, judul
pertanyaan lebih sering digunakan pada laporan investigasi.
Contoh:
Adakah Teroris di Musibah Malaysia Airlines?
Siapa Menggoyang Risma?
Mencari Muara Uang Century?
Apakah Pilot Malaysia Airlines Bunuh Diri?
Judul Kutipan
Hampir sama dengan judul pertanyaan, judul kutipan juga harus
hati-hati digunakan. Ada persyaratan dalam berita itu jika ingin
menggunakan judul kutipan, antara lain isi dari kutipan itu sangat
kuat secara kemanusiaan atau akan memunculkan persepsi yang
krusial.
Contoh:
“Anak Kelaparan, Saya Bunuh Aja Lah …. ”
SBY: “Kita Siap Berperang”
Membebaskan Kata
Apa yang dimaksudkan dengan membebaskan kata? Pembuatan
judul berita tidak sepenuhnya terikat pada aturan atau kaidah baku
bahasa. “Tidak sepenuhnya” berarti sebagian lagi memang terikat
dengan aturan tersebut. Setidaknya, judul terdiri dari Subjek dan
Predikat. Tetapi penggunaan kata sering tidak menggunakan awal
atau akhir, hanya kata dasar. Atau susunan kalimat dibolak dan
dibalik yang menurut ilmu bahasa sudah menyalahi aturan.
Contoh:
Ruhut Beberkan Aset Anas
Simalakama Mega-Jokowi!
Pak Jokowi Jadi Presiden, Ya
















Sebelum Naskah Diserahkan Ke Editor

  1. Sebelum naskah diserahkan ke editor

Ada beberapa langkah yang harus wartawan lakukan sebelum
naskah berita itu diserahkan atau dikirim ke editor. Langkah ini
untuk mencegah atau mengurangi kemungkinan naskah dibuang
ke tempat sampah, atau “diobrak-abrik” editor.
Berikut tindakan yang disarankan untuk dilakukan wartawan
sebelum menyerahkan naskah berita ke editor:
Baca Ulang
Wartawan acapkali tidak membaca ulang naskah beritanya,
langsung diserahkan atau dikirim ke editor seusai membuat naskah
tersebut. Boleh jadi ini disebabkan wartawan harus memenuhi batas
waktu penyerahan naskah atau dikenal istilah deadline. Padahal,
dengan membaca ulang, wartawan bisa mengetahui atau setidaknya
mendeteksi kesalahan-kesalahan yang dilakukan ketika membuat
naskah tersebut.
Periksa Lead / intro
Baca lagi lead berita. Apakah dalam lead itu memuat sesuatu yang
paling penting dan harus segera diketahui pembaca. Kesalahan
yang banyak terjadi adalah fakta penting justru ditempatkan di
neck atau body berita. Akibatnya, berita itu dianggap kurang
penting.
Cek Fakta-Fakta
Cermati data yang termaktub dalam naskah seperti nama, jabatan,
waktu, lokasi dan deretan angka yang menyertai berita itu.
Kesalahan nama, jabatan atau pangkat sumber berita menjadi
persoalan tersendiri, dan tidak cukup hanya dengan minta maaf
secara lisan. Redaksi terpaksa mencetak permohonan maaf itu di
halaman yang sama.
Tetapi yang paling mengkhawatirkan adalah kesalahan fakta yang
fatal. Seorang teman wartawan memberitakan seorang pejabat
meninggal dunia karena kecelakaan. Padahal pejabat itu masih
hidup. Dia menelpon redaksi untuk memprotes berita itu, meski dia
mengaku mengalami kecelakaan di Bandung.
Periksa Bahasa
Sekali lagi, periksa penggunaan bahasa dalam berita seperti
penggunaan huruf besar, singkatan atau akronim. Penting diingat
dan dicermati adalah pemilihan diksi atau pilihan kata yang tepat
dalam mengungkapkan gagasan itu. Jika tidak tepat, kata itu
menimbulkan kerancuan yang pada akhirnya pembaca tidak
memahami apa yang hendak diberitakan.
Baca Senapasan
Apa yang dimaksudkan baca senapasan? Teknik ini sebenarnya

dikenakan untuk jurnalistik radio, yaitu kalimat yang baik adalah
ketika dibaca, tidak membuat pembaca kehabisan napas. Ini terjadi
karena kalimatnya merupakan kalimat yang pendek. Bayangkan,
apa yang terjadi jika satu paragraf berita itu terdiri hanya satu
kalimat! Berapa anak pinak kalimat itu dibuat. Tentu saja, napas
pembaca akan kesulitan untuk menyelesaikan kalimat tersebut.
Sebaiknya Lebih
Wartawan menulis berita harus sesuai dengan ruang atau space
yang disediakan pada halaman. Ketentuan ini biasanya sangat ketat
pada media cetak. Ukuran untuk memenuhi ruang berita itu
menggunakan centimeter atau inch yang tertera di pinggir kertas
folio untuk menulis berita, ketika ruang kerja redaksi masih
menggunakan sistem manual seperti mesin tik. Tetapi kemajuan
teknologi telah mengubah cara kerja redaksi. Penggunaan
perangkat lunak pemroses kata seperti MS Word, Office Org dan
lain-lainya menetapkan ukuran dengan banyak huruf atau banyak
kata. Contohnya, 300 kata atau 1.500 huruf (karakter).
Bahkan, ada sistem kerja redaksi yang sudah terintegrasi dengan
percetakan, yaitu wartawan menulis sudah langsung ke halaman-
halaman media cetak yang disediakan. Pemangkasan alur kerja
keredaksian yang secara manual memiliki rangkaian panjang dan
menggunakan bahan yang mahal, kini dipersingkat menjadi lebih
efisien dan menghemat pembiayaan.
Terlepas soal kemajuan teknologi itu, jika Anda masih
menggunakan perangkat lunak pemroses kata, disarankan
pembuatan berita sedikit lebih panjang dari space yang dibutuhkan.
Ini memberikan kesempatan editor untuk memperbaiki kata-kata
yang salah atau perbaikan diksi yang berimbas pada panjang atau
pendeknya berita itu. Edior biasanya akan kesulitan ketika naskah
berita lebih pendek dari ruang yang disediakan. Jika Anda berada
di dekat editor ketika pemeriksaan naskah dilakukan, editor bisa
langsung memerintahkan Anda untuk memperbaikinya. Jika Anda
tidak di sana, umumnya editor membuang ke tempat sampah
terhadap berita yang tidak begitu penting.
Nah, setelah langkah-langkah terakhir itu dilakukan, silahkan Anda
kirim berita atau tulisan ke editor.









Penutup





































\

II.Teknik Lead

  1. Lead dan Sudut Pandang Berita

Seorang wartawan akan terus berkutat dengan intro atau lead berita, berusaha
keras menyajikan intro yang mudah dimengerti dan menarik. Dan, intro berita
selalu berkaitan dengan sudut pandang / angel atau viewpoint sebuah berita
disajikan.
Tidak kurang Luwi Iswara, Kepala Diklat Kompas yang menyusun buku
Jurnalisme Dasar selalu mengingatkan hal itu kepada calon wartawan maupun
wartawan yang dididik ulang untuk penyegaran agar tidak sumpek dengan
tugas-tugas rutin sebagai jurnalis. Luwi berpendapat, wartawan yang sudah
tidak berusaha keras untuk menyajikan intro atau lead yang baik, berarti dia
terjebak pada tugasnya sebagai rutinas kewartawanan yang pada akhirnya mirip
dengan pekerja di industri-industri.
Lead atau intro berita tidak terlepas dari wartawan menentukan sudut pandang /
angel atau viewpoint sebuah berita. Di bawah ini contoh angel berita yang
berbeda dari peristiwa yang sama.
Angel 1:
Kelompok tenaga honorer seluruh Indonesa berdemo di Jalan Gatot Subroto di
depan gedung DPR / MPR, Jakarta, Jumat (14/3). Demo itu untuk
menyampaikan tuntutan nasib tenaga honorer yang tidak kunjung diangkat jadi
pegawai negeri sipil (PNS).
Angel 2:
Kemacetan lalu lintas di Jalan Gator Subrot, Jakarta semakin parah setelah lebih
setengah badan jalan digunakan aksi demo para tenaga honorer seluruh
Indonesia di depan Gedung DPR/MPR, Jumat (14/3).
Angel 3:
Samani, tenaga honorer dari Surabaya bertekad tidak akan pulang ke kotanya
sebelum pemerintah pusat memastikan nasib tenaga honorer yang tidak
menentu. Dia bersama ribuan tenaga honorer dari berbagai daerah di Indonesi
bergabung untuk berdemo di depan Gedung DPR / MPR di Jalan Gatot Subroto,
Jakarta, Jumat (14/3).
Pada angel 1, sudut pandang berita berfokus pada aksi demo dan tuntutan dari
tenaga honorer seluruh Indonesia. Pada angel 2,  sudut pandangnya
dititikberatkan pada kemacetan arus lalu lintas akibat aksi demo tersebut. Angel
3, wartawan ingin menceritakan nasib tenaga honorer yang tidak menentu
melalui sosok bernama Samani.
Karena itu, wartawan wajib mempelajari berbagai jenis lead atau intro berita
agar memudahkannya menuangkan gagasam  berita dengan sudut yang berbeda.
Meski menurut pengalaman penulis, dalam perjalanan mempraktikan jurnalistik,
wartawan akan menemukan lead-lead yang disenangi dan lead yang mencoba dia
menghindarinya.



Di bawah ini, beberapa jenis intro atau lead.

Lead Ringkasan / Summary
Lead Narasi / Bercerita
Lead Diskripsi
Lead Kutipan / Quotation
Lead Pertanyaan / Question
Lead Tudingan / Accusation
Lead Suspend / Menangguhkan
Lead Kontras
Lead Ekstrim
Lead Stakato /Loncat-loncat
Lead Epigram /Ungkapan
Lead Parodi / Peniruan
Lead Humor
Lead Kumulatif
Lead Dialog / Percakapan
Lead Literer
Lead di atas akan dijelas dalam posting berikutnya.
























  1. Lead Ringkasan / Summary

Teknik lead atau intro ringkasan merupakan teknik yang paling banyak
digunakan wartawan, termasuk wartawan pemula dalam menyampaikan berita
pada khalayak. Mari kita cermati apakah kelebihan dan kekurangan teknik lead
atau intro ringkasan tersebut.
Banyak nama yang disematkan pada teknik menulis dengan menggunakan lead
ringkasan. Ada wartawan yang menyebutnya straight news yang merujuk pada
langsung pada pokok persoalan, ada nama peg news yang berarti pasak yang
dimaknai dengan hampir sama dengan straight news. Ada pula simple news atau
berita yang simpel atau menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berarti
mudah atau tidak rumit. Ada juga yang menyebutnya Hard News, makna
terjemahannya adalah berita keras.
Kita pernah sekilas membahas lead jenis ini pada posting Menggunakan Lead
Straight atau Simpel pada Bab I Jurnalistik Dasar. Pada Bab II ini, kita mencoba
untuk membahas lebih rinci dan mencermati ciri-ciri teknik lead ringkasan,
kelebihan dan kekurangannya.
Cermati contoh-contoh lead atau intro ringkasan atau summary;
Contoh 1:
Warga Crimea, Ukraian, memasuki tempat-tempat pemungutan suara dalam
referendum untuk menentukan mereka memisahkan diri dari Ukraina dan
bergabung dengan Rusia, Minggu (16/3/2014) pagi.
Contoh 2:
Hari ketiga pelaksanaan festival musik Future Music Festival Asia (FMFA)
2014 di Kuala Lumpur, Malaysia, Sabtu (15/3/2014) dibatalkan oleh kepolisian
Malaysia dengan alasan keselamatan dan keamanan.
Contoh 3:
Bentrokan kembali terjadi di kota pelabuhan utara Libanon, Tripoli. Bentrokan
terjadi antara kelompok bersenjata lokal yang bersaing di lingkungan Bab Al-
Tabbaneh dan Jabal Mohsen telah menewaskan sebelas orang, Minggu, 16 Maret
2014.
Contoh-contoh lead atau intro berita di atas menunjukan penggunaan lead
ringkasan atau straightnews. Lead itu memiliki ciri-cir sebagai berikut;
Pertama, lead ringkasan atau straight news langsung mengemukakan pokok
persoalan yang akan dibahas. Lead ini lebih mengutamakan fakta untuk segera
disampaikan.
Kedua, umumnya lead ini segera menjawab apa yang termaktub dalam rumusan
5 W + 1 H. Memang tidak seluruh rumusan itu dijawab dalam lead, tetapi
setidaknya sebagian besar sudah dicantumkan di lead.
Ketiga, struktur berita yang menggunakan lead jenis ini adalah piramida
terbalik agar hal-hal yang tidak penting tetap bisa dikemukakan, tetapi ditulis di
bagian-bagian akhir. Tujuannya jika berita itu terpaksa dipotong karena
melebihi kuota halaman, berita masih bisa dibaca selayaknya berita.
Keempat, fakta yang tercantum dalam lead biasanya sangat tergantung pada
waktu. Ketika fakta itu berubah, maka fakta dalam lead itu menjadi basi atau
tidak relevan lagi.
Kelima, umumnya lead ringkasan digunakan oleh wartawan yang berkerja di
kantor berita, media online, radio dan televisi. Media jenis ini membutuhkan
laporan yang real time.
Berikut ini beberapa kelebihan dari lead ringkasan;
Pertama, pembaca segera mengetahui pokok persoalan atau berita apa yang
akan disampaikan oleh wartawan.
Kedua, berita yang disusun berdasarkan piramida terbalik memudahkan
pembaca untuk mengetahui hal-hal yang paling penting dalam berita itu. Boleh
jadi, orang hanya sempat membaca aline pertama dan kedua, belum membaca
keseluruhan berita. Tetapi ini pun sudah cukup untuk mengetahui informasi
paling penting dari berita itu.
Ketiga, umumnya penggunaan bahasa dalam lead ini sangat lugas dan hemat.
Ini tidak akan menimbulkan berbagai penafsiran atas fakta-fakta yang
dikemukakan.
Sedangkan kekurangan dari lead ini adalah:
Pertama, fakta yang dikemukakan dalam lead sangat tergantung waktu. Karena
itu, sering ditemukan kata-kata, hingga berita ini dikirimkan dan seterusnya. Ini
berarti bisa jadi fakta yang dikemukakan pada sore hari, bisa tidak sama dengan
keadaan ketika berita itu dimuat dan diedarkan. Ini sering terjadi pada media
cetak.
Kedua, wartawan terkesan tidak memiliki improvisasi karena leadnya kaku,
hanya mendasarkan pada fakta-fakta yang “kering”. Kesan dari berita jenis ini
juga kuran berimajinasi dalam penulisan tanpa mengingkari fakta-fakta.
Nah silahkan cermati media cetak, online, radio dan televisi – apakah lead
ringkasan ini banyak digunakan?


















  1. Teknik Lead: Pernyataan / Talking News

Teknik lead pernyataan atau statement paling banyak digunakan wartawan
setelah lead ringkasan. Lead ini juga diberi nama talking news atau berita
omongan, karena berita itu berisikan pembicaraan seorang atau lebih tentang
sebuah topik, atau pokok persoalan.
Umumnya, lead ini digunakan ketika weartawan meminta tanggapan atau
penjelasan terhadap sebuah peristiwa dan fakta-fakta tertentu. Fakta atau
peristiwa itu memerlukan penjelasan untuk memberikan pemahaman pembaca
tentang sebuah peristiwa yang tengah terjadi. Bisa jadi, berita yang dibuat itu
merupakan lanjutan (follow up) dari berita yang dibuat sebelumnya atau yang
dimuat di media lain.
Tujuan utama lead pernyataan adalah memberikan gambaran yang jelas apa
yang sebenarnya terjadi. Pembaca diajak untuk memahami peristiwa dari
berbagai bidang ilmu pengetahuan. Jika wartawan cukup cerdik dan bersikap
adil, pembaca akan diuntungkan dengan melimpahnya informasi untuk
membangun kontruksi atas fakta-fakta yang disajikan.
Tetapi lead pernyataan mengandung potensi bahaya atas pandangan sempit atau
sikap tidak adil dari wartawan atau sikap redaksi yang melansir berita itu.
Bahaya yang terkandung adalah wartawan menyingkirkan keterangan-
keterangan yang menurut pendapatnya tidak relevan, dan hanya menuliskan
pendapat yang cocok dengan pandangan wartawannya. Wartawan bersikap
mengarahkan pendapat pada opini yang akan dibangun dan menyajikannya
sebagai sebuah fakta baru untuk dijadikan opini publik. Ketika tindakannya
mengarahkan opini itu dimintai pertanggungjawaban, wartawan akan berlindung
pada narasumber dan bukti-bukti wawancara yang dilakukan, bukan mengkaji
kebenaran atas tindakan tersebut.
Sikap wartawan atau redaksi yang menggiring fakta-fakta pada kontruksi
pemikiran atau opini tertentu akan dibahas dalam potingan tersendiri pada
bagian lainnya dalam bab ini.
Ciri yang paling utama dalam lead pernyataan itu adalah berita diawali pendapat
seorang pejabat, tokoh masyarakat atau orang yang berkompeten di bidangnya.
Lead itu segera diikuti dengan waktu atau kapan dan dimana dia memberikan
pernyataan. Ada juga pernyataan itu yang diberikan khusus atau dikenal dengan
istilah eksklusif kepada media tertentu, atau pernyataan yang diberikan secara
umum kepada seluruh media.
Ciri lainnya adalah sebagian besar dari lead pernyataan adalah struktur berita
menggunakan piramida terbalik. Wartawan menuliskan pernyataan itu sebagai
fakta penting yang ditaruh di lead, kemudian ditulis berurutan derajat
pentingnya sesuai dengan struktur piramida terbalik tersebut. Jarang ditemukan,
lead pernyataan menggunakan struktur berita piramida kubus atau piramida
bertumpuk.
Berikut contoh-contoh lead pernyataan atau talking news;
Contoh 1;
JAKARTA, KOMPAS.com – Komisi Penyiaran Indonesia menemukan adanya

pemberitaan suatu partai yang sangat mencolok di televisi swasta. Menurut
Ketua KPI Judhariksawan, televisi tersebut tidak proporsional dalam
memberitakan suatu partai selama dua hari masa kampanye legislatif ini.
Contoh 2:
Serang – Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Suryadharma Ali
yang juga menjabat sebagai Menteri Agama (Menag) terancam hukuman pidana
akibat dugaan melakukan kampanye di tempat ibadah. Dugaan pelanggaran itu,
saat Suryadharma Ali menghadiri acara Dewan Perwakilan Wilayah Lembaga
Dakwah Islam Indonesia (LDII) Provinsi Banten, di kecamatan Kramat Watu,
Kabupaten Serang, pada Selasa (11/3/2014).
Kepala Divisi Pengawasan, Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Banten Eka
Satyalaksmana mengatakan, dirinya menemukan dugaan pelanggaran yang
dilakukan Mendag. Hasil temuanya sudah diserahkan ke Divisi Penanganan
Pelanggaran Bawaslu. “Iya kami temukan adanya pelanggaran saat di
Kramatwatu, Kabupaten Serang,” ujar Eka Satyalaksmana, Jumat (14/3/2014).
(mediabanten.com)
Contoh 3:
Merdeka.com – Komisioner Komisi Yudisial, Imam Anshori meminta para
hakim Mahkamah Agung (MA) yang menerima souvenir berupa iPod Shuffle 2
gigabite saat menghadiri pernikahan anak kandung Sekretaris MA Nurhadi
untuk mengembalikannya. Sebab, hal itu terkait surat keputusan bersama
Mahkamah Agung-Komisi Yudisial (SKB MA-KY).





















  1.  Teknik Lead: Narasi Atau Bercerita

Teknik lead atau intro narasi memiliki kekuatan yang mampu menyedot
perhatian pembaca jika digunakan dengan benar dan tepat. Sebaliknya,
penggunaan teknik ini mampu mengacaukan konteks, struktur dan pesan yang
akan disampaikan dalam berita seandainya salah menerapkan lead narasi.
Teknik lead narasi adalah cara berkisah atau bertutur dalam menyampaikan
berita pada lead atau kepala berita atau pada seluruh berita. Cara bertutur ini
merupakan teknik kuno yang dimodifikasi dari kebiasaan manusia yang
menyampaikan suatu pesan secara verbal atau lisan. Penyampaian pesan atau
berita secara lisan konon dikenal sejak zaman prasejarah hingga ditemukannya
penyampaian secara tulisan (simbol yang mengandung makna) melalui berbagai
bahan seperti dinding gua, lontar, kulit hewan hingga ditemukannya kertas dan
mesin cetak.
Kekuatan lead atau intro narasi adalah pembaca dilibatkan sebagai pihak yang
mendengarkan kisah itu. Pelibatan seperti itu mampu menimbulkan emosi atau
membangun empati terhadap sesuatu yang diceritakan. Empati yang semula
bersifat perorangan atau individu mampu berubah menjadi emosi atau empati
massal yang pada akhirnya membangun opini atau persepsi terhadap sebuah
persoalan. Jika hal itu berhasil, di sini diperlihatka kekuatan media
membangkitkan opini publik yang kemudian melakukan tindakan bersama untuk
memperbaiki keadaan yang dinilai tidak sesuai.
Tetapi wartawan harus mengingat hal ini, tak banyak peristiwa yang bisa
menggunakan teknik lead narasi dalam menuangkan berita. Wartawan harus
benar-benar mempertimbangkan dengan matang, jika tidak ingin beritanya
terkesan cengeng dan menggunakan kata-kata yang merayu, memilih kata yang
mengiba-iba dan sebagainya. Kesan yang berlebihan itu pada akhirnya bukan
menimbulkan emosi atau empati terhadap peristiwa yang diceritakan, tetapi
sebaliknya menjadi sebal dan tidak senang.
Memang penggunaan lead narasi tidak memiliki kriteria yang pasti, kapan saat
lead itu digunakan atau jangan menggunakan lead ini. Naluri wartawan terhadap
peristiwa yang terasah secara bertahun-tahun akan membimbing kepada
penggunaan lead yang tepat. Tetapi ada baiknya dikemukakan beberapa hal
untuk menjadi pertimbangan penggunaan lead tersebut, sebagai berikut;
Pertama, apakah ada pelakuan tidak adil terhadap si miskin? Misalnya, seorang
kakek yang renta dan miskin dibuang ke sebuah pos ronda oleh pengelola
sebuah rumah sakit karena tidak mampu membayar biaya pengobatan dan
perawatan. Atau seorang anak yang berpenyakit parah tidak bisa berobat akibat
orangtuanya miskin.
Kedua, diskriminasi terhadap golongan minoritas atau kelompok sosial yang
jumlahnya lebih sedikit akan menimbulkan empati luar biasa jika diberitakan
secara benar. Misalnya, para pemain bulutangkis yang mengharumkan nama
Indonesia bertahun-tahun ternyata tidak memiliki kewarganegaraan Indonesia
pada era Presiden RI Soeharto. Karena mereka berasal dari kelompok minoritas
Cina yang diperlakukan berbeda dengan peraturan dan perundang-undangan.

Ketiga, bencana merupakan sebuah peristiwa yang menarik perhatian, terutama
jika mengakibatkan korban yang tidak sedikit. Di balik peristiwa besar itu,
biasanya wartawan akan kesulitan untuk menuangkan kisah-kisah yang
memilukan jika dia bersikukuh pada lead yang ringkas atau straightnews.
Misalnya peristiwa tsunami yang melanda Aceh pada tahun 2004. Peristiwa
tsunami itu merupakan berita dahsyat yang menjadi perhatian dunia. Di balik
itu, ada peristiwa-peristiwa yang tentu ingin diketahui pembaca seperti
bagaimana sebuah keluarga bisa lenyap dan hanya menyisakan satu-dua orang.
Kisah itu akan terasa dekat pada pembaca ketika disajikan dalam bentuk lead
narasi, sehingga pembaca seakan terlibat dalam peristiwa tersebut.
Keempat, teknik lead narasi juga sangat cocok untuk diterapkan ketika pada
orang yang terkenal atau sering disebut big name make news, nama besar
membuat berita. Umumnya, hal ini untuk menyoroti sisi kemanusiaan dari
tokoh atau orang yang disajikan tersebut. Misalnya, kebiasaan Presiden RI,
Susilo Bambang Yudhoyono dan istrinya, Ani Yudhoyono dalam menghadapi
kesumpekan berkerja sebagai presiden. Kebiasaan Jokowi, Gubernur DKI
Jakarta yang blusukan atau keguncangan Risma, Walikota Surabaya ketika
memutuskan menghapus tempat pelacuran di Kota Surabaya.
Kelima, barangkali tidak bisa semua dituangkan di sini, hanya wartawan
biasanya memiliki naluri untuk menangkap adanya sisi kemanusiaan yang
universal (umum) terhadap peristiwa yang akan dilaporkannya. Nilai
kemanusiaan universal itu menjadi pijakan untuk menilai kelayakan lead narasi
ini patut diterapkan atau tidak.
Dalam menuangkan teknik ini, wartawan tidak harus terpaku pada struktur
berita berupa piramida terbalik, tetapi mempertimbangkan penggunaan struktur
berita yang lain seperti struktur kronologi (piramida kubus) dan struktur
piramida dalam piramida. Struktur berita itu nanti akan dibahas lebih jauh
dalam postingan lainnya.
Berikut adalah contoh-contoh lead atau intro narasi.
Contoh 1:
Ibu Negara Ani Yudhoyono terlihat riang dan berjoget-joget seraya menikmati
irama musik dalam kampanye Partai Demokrat di Lapangan Pukon, Magelang,
Jawa Tengah, Minggu (16/3/2014). Lebih dari 5.000 orang simpatisan dan
kader Partai Demokrat menghadiri kampanye tersebut. (kompas.com).
Contoh 2:
Pagi itu, Minggu 26 Desember 2004. Jarum jam baru saja menunjukkan pukul
07.30 WIB saat Fauziah bersama buah hatinya yang masih berusia lima bulan
berada di dalam rumah. Tiba-tiba bumi bergoyang hebat dan tak lama
berselang, anak keduanya yang saat itu sedang berada di pelabuhan lari pulang
ke rumah. Fauziah belum menyadari, tempat tinggalnya di Aceh tengah dilanda
tsunami yang menggemparkan dunia. (detik.com)
Contoh 3:
Suparman (60), lelaki miskin itu menghembuskan nafas terakhirnya tak lama
setelah dibuang dari sebuah ambulans milik RSUD A Dadi Tjokrodibro,
Bandarlampung, Selasa. Lelaki miskin itu dibuagn di sebuah pos ronda di

sebuah perumahan. Warga yang menemukannya segera melaporkan ke polisi
setempat.
Contoh 4:
Kasidi dan Siti Masiroh terdiam. Orangtua dari Izha Ilham ( 3 bulan) yang
menderita pembesaran kepala (hidrocepalus) terlihat kecewa dan kebingungan
ketika kartu jaminan kesehatan nasional (JKN) ditolak RSUD Dr Soebandrio,
Jember. Alasannya, kartu JKN itu atas nama ibunya, bukan atas nama anaknya,
Izha Ilham. Akhirnya Izha pun dibawa pulang dan digeletakan begitu saja di
kasur di rumahnya di Kampung Gembut, Jember.




































  1.  Teknik Lead: Deskripsi / Penggambaran

Deskripsi merupakan salah satu teknik lead yang membutuhkan pengamatan
yang kuat terhadap objek yang akan menjadi bahan pemberitaan. Kata-kata
yang digunakan dalam lead itu harus mampu secara tepat menggambarkan
objek, sehingga pembaca seolah sangat dekat dengan peristiwa.
Kehebatan lead deskripsi diperlihatkan Valens Doy (almarhum), wartawan
senior Kompas yang menjadi guru penulis, dalam membuat laporan / berita
tentang sepakbola. Begitu banyak pembaca yang mengirimkan surat yang isinya
mengomentari laporan sepakbola yang seakan permainan sepakbola berada tak
jauh dari mereka. Padahal mereka hanya membaca berita di suratkabar Kompas.
Sayangnya, penulis tidak memiliki arsip berita karya Om Valens (demikian dia
dipanggil) untuk jadi contoh kehebatan lead deskripsi di posting ini.
Mengutip ucapan Om Valens, seorang wartawan yang akan menggunakan
deskripsi dalam menulis berita harus mampu menempatkan diri sebagai kamera
yang menangkap detail objek berita dan menyusun kembali detail itu dengan
kata-kata untuk disajikan kepada pembaca. Detail objek dan pemilihan kata
yang tepat membawa pembaca dekat dengan objek.
Sama dengan teknik lead narasi, wartawan yang akan menggunakan lead
deskripsi juga harus berhati-hati jika tidak ingin pesan atau berita yang ingin
disampaikan ke pembaca menjadi samar atau tidak jelas. Salah satu kelemahan
dalam penggunaan lead deskripsi adalah wartawan terjebak pada keasyikan
menggambarkan objek berita yang terkadang remeh temeh, sehingga tujuan
utama dalam menyampaikan berita, yaitu segera memberikan informasi yang
penting dan layak berita.
Ada beberapa hal yang bisa menjadi pedoman bagi wartawan yang ingin
menggunakan lead deskripsi, yaitu;
Pertama, apakah detail itu fakta yang remeh untuk menggambarkan objek
berita mencukupi? Jika tidak, wartawan akan kesulitan secara tepat penggunaan
kata untuk menyampaikan beritanya.
Kedua, penggunaan lead deskripsi akan mudah dikenakan pada penggambaran
tokoh terkenal, tetapi akan lebih kompleks atau rumit jika digunakan pada objek
yang abstrak. Jika objek bersifat abstrak seperti kondisi ruangan atau kondisi
perkampungan kumuh, wartawan membutuhkan detail remeh sebagai simbol
untuk menggambarkan kondisi tersebut.
Ketiga, apakah fakta yang berhasil dikumpulkan itu sangat tergantung pada
waktu? Jika tergantung waktu, fakta itu segera basi ketika digunakan menjadi
lead deskripsi. Harus diingat, wartawan harus mampu mengumpulkan fakta
yang terlepas dari ketergantungan waktu.
Keempat, apakah penggunaan lead deskripsi tidak menyebabkan ketidakjelasan
fakta-fakta penting untuk disampaikan kepada pembaca? Penggambaran objek
berita yang berkepanjangan pada akhirnya munculnya kalimat-kalimat tidak
efektif dan memboroskan kata.
Perhatikan contoh lead deskripsi yang tidak tepat yang menyebabkan fakta
penting menjadi samar atau tidak jelas disampaikan;

Ruangan kelas 3 SDN II Kota Serang tampak sepi. Meja-meja belajar kosong,
tak ada murid-murid yang biasanya duduk rapih di kursi-kursi meja tersebut.
Papan tulis berwarna hitam di dinding kelas juga masih terlihat bersih, tidak
tampak bekas coretan kapur yang menandakan aktivitas guru dan murid di
ruangan tersebut. Sedangkan di meja guru yang berada di sudut sebelah kanan
juga terlhat bersih, tak ada tumpukan buku atau bunga yang diletakan di sana.
Ahmadun, guru kelas 3 SDN II termanggu menatap ruangan kelas tersebut. Dia
berjalan perlahan-lahan dari pintu masuk hingga ke meja guru, kemudian duduk
di kursi yang terbuat kayu yang mahoni. Dia memandang satu per satu meja-
meja murid yang kosong, seakan tidak percaya dengan kondisi kelas 3 SDN II
tersebut.
Perhatikan dua paragraf berita di atas. Hingga paragraf kedua, pembaca masih
tetap tidak mengetahui apa yang hendak diceritakan oleh wartawan. Lead
deskripsi yang dibuat di atas memang memungkinkan pembaca untuk terbawa
pada pengamatan keadaan ruangan kelas 3 SDN II Kota Serang. Tetapi
pertanyaan penting, ada apa dan mengapa itu terjadi, tidak segera terjawab.
Boleh jadi, pembaca akan merasa letih, lalu meninggalkan tulisan tersebut.
Mari kita perbaiki berita di atas:
Ruangan kelas 3 SDN II Kota Aceh tampak sepi. Meja belajar kosong dan
papan tulis berwarna hitam masih terlihat bersih, tak ada coretan yang
menandakan aktivitas belajar-mengajar antara murid dan gur. Suasana ini
terjadi setelah daerah ini terkena gempa besar, Minggu (16/2-2014) yang
memaksa seluruh penduduk dievakuasi, termasuk para murid SD tersebut.
Ahmadun, guru kelas 3 SDN II Kota Aceh itu termanggu di depan pintu masuk,
kemudian dia berjalan perlahan-lahan ke meja guru yang berada di sudut
sebelah kanan ruangan. Dia duduk di kursi yang biasanya setiap hari dilakukan
untuk memberi pelajaran pada para murid. Dia memandang satu per satu meja
murid yang kosong, seakan tidak percaya dengan kondisi kelas 3 SDN II itu.
Hasil perbaikan di atas setidaknya segera menjawab pertanyaan apa yang hendak
disampaikan kepada pembaca. Penggunaan lead deskripsi itu selayaknya tidak
menghalangi atau tidak menyebabkan informasi penting untuk segera
disampaikan kepada pembaca.












  1.  Tekni Lead: Quatation / Kutipan

Kekuatan lead kutipan atau quatation adalah penegasan terhadap sesuatu atau
objek berita. Umumnya, lead kutipan digunakan ketika sebuah peristiwa atau
objek berita berada pada pusaran kontroversi yang kuat.
Lead kutipan selalu diawali dengan tanda kutip “ ….”, diikuti dengan orang
yang memberikan penegasan terhadap sebuah persoalan. Tentu saja, wartawan
harus berhati-hati menggunakan lead ini jika tidak ingin berita yang dibuatnya
terkesan seperti cerita pendek (Cerpen). Hal ini bisa terjadi jika wartawan
terlalu sering menggunakan kutipan untuk menyusun beritanya, bahkan dari
paragraf ke paragraf merupakan kutipan. Ini kesalahan yang bisa terjadi.
Pada berita-berita tertentu, lead kutipan bisa jadi bercampur dengan lead
epigram (perumpamaan), lead literer atau lead yang lainnya sesuai dengan
kebutuhan. Ucapan tokoh terkenal yang sudah meninggal dikutip dan dijadikan
lead untuk menggambarkan topik berita yang akan disajikan, atau kalimat
perumpamaan dari sebuah karya sastra atau novel terkenal.
Perlu diperhatikan wartawan adalah apakah ada kata-kata atau kalimat dari
seseorang yang memang kuat serta menarik untuk dijadikan lead kutipan.
Misalnya, kata itu merupkan kunci jawaban atas persoalan yang menjadi
kontroversi selama ini terjadi.
Perlu juga diketahui, lead kutipan berbeda jauh dengan kutipan yang berada
dalam tubuh berita, meskipn ada fungsi yang sama sebagai penegasan suatu
fakta atau keterangan yang dikemukakan. Perbedaanya lead kutipan merupakan
penegasan atau jawaban terhadap topik yang tengah dibahas. Sedangkan kutipan
dalam lead merupakan penegasan terhadap kalimat-kalimat atau informasi yang
dikemukakan dalam tubuh berita.
Coba perhatikan contoh lead kutipan sebagai berikut:
Contoh 1:
Jakarta – “Aku enggak apa-apa,” kata Joko Widodo atau dipanggil Jokowi,
Gubernur DKI Jakarta ketika menanggapi hujatan media dan sekelompok
masyarakat terhadap dekrasinya menjadi calon presiden (Capres) yang
ditugaskan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Selasa (18/3-2014)
di Cawang, Jakarta Barat.
Contoh 2:
Jakarta – “Gue yang nabrak pagar rumah. Lah rumah .. rumah gue. Gue tabrak
karena gue kesal ama bini gue. Kok kalian yang pada ribut,” kata AS, seorang
pengusaha ternama sambil menggembrak meja dalam acara jumpa pers di Cape
21, Jakarta, Selasa (18/3-2014). Jumpa pers berkaitan dengan kasus penabrakan
pagar rumah milik AS oleh sebuah mobil mewah yang tengah diusut kepolisian.
Contoh 3:
Jakarta – “Tolong …” terdengar teriakan di ujung telepon melalui 911. Tak
lama terdengar suara letusan senjata api berkali-kali. Polisi menemukan 18
jenazah akibat penembakan oleh lelaki tidak dikenal di sebuah restoran di
California, Selasa (18/3-2014). Suara teriakan dan letusan itu diduga dari
korban yang sempat menelpon melalui 911.

  1. Teknik Lead: Questions / Pertanyaan

Tahukah Anda kekuatan lead pertanyaan atau quetions? Jika belum, inilah saat
Anda untuk mempelajari kekuatan lead pertanyaan yang digunakan dalam
berita. Dan, jangan mengherankan, jika hasil dari berita yang menggunakan
lead jenis ini akan serba menakjubkan, yaitu menimbulkan empati yang luas
dari pembaca.
Cermati, intro tulisan di atas. Bukankah penulis langsung betanya kepada Anda?
Artinya, wartawan yang menggunakan lead jenis ini secara sadar melibatkan
pembaca. Reaksi yang diharapkan adalah pembaca tertarik dan melanjutkan
menyimak berita yang disajikan.
Teknik lead atau intro pertanyaan /quetions lebih banyak digunakan pada
features, meskipun banyak berita yang juga menggunakan lead serupa. Namun
biasanya, lead pertanyaan bertujuan untuk menggugat sesuatu persoalan yang
masih samar, atau kalimat yang digunakannya bernada skeptis atau meragukan
fakta dan keterangan yang ada. Tujuannya lebih pada mengkaji secara kritis
berbagai hal. Dengan cara ini wartawan mencari fakta yang mendekati
kebenaran untuk disajikan ke pembaca.
Sejatinya, sikap skeptis harus dimiliki oleh wartawan. Dengan sikap ini,
wartawan tidak mudah dtipu oleh sumber berita, baik aksi pembohongan yang
disengaja atau tidak sengaja. Sikap skpetis untuk meragukan apapun yang
diterima dan didengar soal berita. Soal sikap skeptis ini akan dibahas tersendiri
dalam postingan lainnya.
Selain intro di postingan menggunakan lead pertanyaan, berikut beberapa
contoh hal tersebut;
Contoh 1:
Serang – Benarkah pesawat MH370 milik Malaysia ke Maladewa? Inilah
kesaksian sejumlah warga di Maladewa yang mengaku melihat sebuah pesawat
terbang besar berwarna putih dan bergaris merah melintas di udara. Kesaksian
ini menguatkan skenario pesawat yang berpenumpang 297 orang itu merupakan
korban pembajakan.
Contoh 2:
Serang – Tahukah Anda biaya sewa pesawat yang dicarter para calon presiden
(Capres)? Tak kurang Rp1,6 miliar per empat jam, tetapi biaya akan lebih besar
jika menggunakan pesawat jet pribadi. Meski para Capres beralasan menghemat
waktu dan memudahkan untuk menjangkau lokasi kampanye, penyewaan
pesawat ini menimbulkan kontroversi.
Contoh 3:
Serang – Siapakah yang lebih terkenal Aburazil Bakri (Ical) yang juga Calo
Presiden (Capres) Partai Golkar atau Nia Ramdhani, menantunya yang menjadi
istri Ardi Bakrie, anak Ical? Dalam beberapa kesempatan kampanye Partai
Golkar, ternyata warga lebih memilih bersalaman dan berfoto bareng dengan
Nia. Ical nyaris tidak diperhatikan oleh warga yang mengunjungi kampanye
tersebut.


  1. Teknik Lead: Accusation / Tudingan
Posted on 19/03/2014
Jarang media cetak berani menggunakan lead tudingan atau accusation, apalagi
pada era rezim Orde Baru (Orba) berkuasa selama 32 tahun di Indonesia. Salah
penggunaan lead ini, media cetak yang bersangkutan bisa dibreidel alias
dihentikan penerbitannya untuk sementara maupun untuk selamanya.
Pada paska reformasi ketika kehidupan pers memiliki kebebasan yang luar biasa,
lead tudingan langsung pun tetap jarang digunakan. Mengapa begitu? Karena
lead tudingan menempatkan langsung pihak-pihak tertentu sebagai lawan yang
dituduhkan terlibat dalam peristiwa atau objek berita. Tentu saja ini sangat
beresiko, terutama resiko adanya tuntutan hukum yang boleh jadi mampu
menutup atau membangkrutkan usaha media yang bersangkutan.
Terkadang muncul lead tudingan langsung di sejumlah media cetak dan internet.
Tetapi, praktiknya lead ini dicampur dan “diakali” dengan lead yang lain seperti
lead pertanyaan / quetions, lead kutipan atau lead pernyataan. Acapkali lead itu
ditambah dengan kata-kata diduga, disinyalir atau kata-kata lainnya yang
menempatkan pihak dalam objek berita itu sebagai sesuatu yang belum pasti,
atau istilah hukumnya sebagai pihak tersangka. Pencampuran jenis lead itu
tentunya untuk menghindari pasal-pasal hukum yang bisa menjerat perusahaan
media.
Kekuatan lead tudingan langsung memang luar biasa. Lead ini mirip dengan
surat terbuka yang ditujukan kepada seseorang atau pihak-pihak tertentu.
Dengan cara ini, berita yang disajikan langsung berkonfrontasi dengan berbagai
pihak.
Perhatikan contoh di bawah ini;
Contoh 1:
Jakarta – “Lo pikir bermanfaat cara kampanye berteriak-teriak dan
mengumpulkan massa di lapangan terbuka. Sudah basi tahu,” kata Basuki alias
Ahok, Wakil Gubernur DKI Jakarta ketika ditanya soal kiprahnya sebagai Juru
Kampanye (Jurkam) Partai Gerindra, Rabu (19/3-2014).
Contoh 2:
Jakarta – Sebelum Anda menghakimi, mengacungkan jari, atau menyebarkan
teori dan spekulasi, ingat bahwa Anda tak hanya menyakiti keluarga awak kabin
dari pesawat yang hilang itu, tetapi juga menyakiti perasaan kami sebagai
keluarga besar MAS.
Demikian surat Dr Nur Abd Rahim, putri Kapten Abd Rahim, pilot pesawat
MH370 yang hilang dan belum ditemukan hingga saat ini. Surat terbuka itu
ditujukan pada Menteri Perhubunga Malaysia dan dimuat di Strait Times, Rabu
(19/3-2014).
Contoh 3:
Jakarta – “Kalian-kalian sudah keterlaluan, tak bungkam kalian,” begitu ucapan
Soeharto, Presiden RI dalam sebuah acara di salah satu kapal perang eks Jerman
Timur. Ucapan ini menanggapi genjarnya pemberitaan media yang menyoroti
markup harga dan sebagian besar kapal perang itu dalam keadaan rusak ketika
diterima Indonesia.

Hanya sebulan dari pernyataan itu, sejumlah 7 media di Indonesia dihentikan
penerbitannya. Ke-7 media itu terdiri dari 5 suratkabar dan 2 majalah.






































  1. Teknik Lead: Suspend / Penangguhan

Teknik lead suspend atau penangguhan termasuk lead yang unik, karena
berlawanan dengan prinsip dalam membuat berita, yaitu fakta penting harus
segera disajikan pada awal kalimat kepada pembaca. Sebaliknya, dalam lead ini,
fakta itu ditangguh untuk menimbulkan rasa penasaran atau menggugah
keinginan tahu pembaca.
Tetapi tetap harus diingat, penangguhan fakta penting untuk memberikan
jawaban terhadap rasa ingin tahu pembaca, tidak boleh terlalu berkepanjangan.
Apalagi jawaban atau fakta penting itu ditaruh di bagian tengah atau akhir
tulisan. Jika ini terjadi, berita atau tulisan jurnalistik menjadi lebih mirip
dengan cerita pendek atau karya sastra.
Selain itu, jika editor terpaksa memotong bagian tertentu pada berita tersebut,
ini berakibat hilangnya fakta penting atau jawaban. Akhirnya, pembaca tidak
mengerti apa yang mau disampaikan wartawan dalam berita itu.
Umumnya, penggunaan lead suspend atau penangguhan diterapkan pada berita
yang disebut softtnews, bukan pada hardnews. Ada juga yang menyebutkan,
lead suspend lebih cocok diterapkan pada features, yaitu artikel jurnalistik yang
tidak terikat pada waktu. Pengertian tentang hardnews, softnews dan features
akan dijelaskan lebih rinci pada postingan lainnya.
Perhatikan contoh berita yang menggunakan lead suspend, tetapi jawaban atau
fakta penting itu terlalu lama ditunda oleh wartawan.
Mujab (38) bersama istrinya terkejut menyaksikan pintu pagar rumahnya di
Kampung Sumupercung, Kota Serang terbuka lebar. Padahal ketika
ditinggalkan pagi harinya, Kamis (20/3-2014), pintu pagar tertutup rapat. Dia
masih ingat mengunci pintu pagar dengan dua gembok besar dan diikat dengan
rantai.
Karena khawatir, Mujab bersama istrinya tidak langsung masuk ke halaman
rumahnya. Dia sengaja mendatangi tetangganya, Kasmin. Kepada Kasmin, dia
menceritakan keadaan pagar rumah yang terkesan telah dibongkar oleh orang
yang belum diketahui. Dia juga bertanya, apakah ada sesuatu yang
mencurigakan selama dia dan istrinya meninggalkan rumah itu.
Akhirnya, Mujab dan istrinya ditemani Kasmin masuk ke halaman rumah.
Mereka melihat kaca jendela pecah dan pintu rumah terbuka lebar. Di halaman
itu terdapat bekas-bekas ban mobil yang diduga merupakan ban mobil truk,
karena bekas ban itu cukup lebar. Ketika masuk dalam rumah, ternyata rumah
itu sudah kosong. Hampir seluruh isi rumah hilang mulai dari lemari, meja,
komputer dan sebagainya.
Mujab sadar telah terjadi perampokan di rumahnya. Buru-buru, dia
mengeluarkan telepon genggam dan melaporkan hal itu ke polisi setempat.
Cermati contoh di atas. Fakta penting yang ditangguhkan untuk segera
dikemukakan kepada pembaca adalah maling telah masuk ke rumahnya dan
membawa hampir seluruh isi rumah. Diduga, perabotan itu diangkut dengan
truk. Dan, fakta penting itu ditaruh di paragraf ketiga dan keempat. Di paragraf
ini, pembaca baru mengetahui bahwa terlah terjadi perampokan di siang hari.

Seandainya, halaman yang tersedia tidak mencukupi dan dua paragraf terakhir
dihilangkan, maka pembaca tidak memperoleh informasi apa-apa terhadap berita
itu, selain Mujad dan istrinya serta Kasmin yang kebingungan. Ini merupakan
contoh penggunaan lead suspend yang biruk
Mari kita coba perbaiki contoh berita tersebut;
Mujab (38) dan istrinya terkejut menyaksikan pintu pagar rumahnya di
Kampung Sumupecung, Kota Serang terbuka lebar, Kamis (20/3-2014).
Seingatnya, pagar itu dikunci rapat. Ketika berada dalam rumah, keduanya sadar
maling telah membawa hampir seluruh isi rumahnya. Mereka melaporkan hal
itu kepada polisi setempat.
Sebelum memasuki rumah, Mujab dan istrinya mendatangi tetangganya,
Kasmin. Keduanya khawatir terjadi apa-apa, kemudian menceritakan kondisi
pintu pagar itu kepada Kasmin. Akhirnya, Mujab dan istrinya ditemani Kasmin
untuk memeriksa rumah tersebut. Di dalam rumah, Mujab mengetahui
perabotannya sudah raib mulai dari kursi, meja, komputer, perangkat pakaian
dan sebagainya.
Mujab menduga, maling itu beroperasi tidak sendirian. Mereka menggunakan
mobil truk untuk mengangkut isi rumah. Ini terlihat dari bekas ban di halaman
rumah. Ban itu berukuran dan bermotif khas ban mobil truk.
























  1. Teknik Lead: Kontras / Perbedaan
Posted on 20/03/2014
Teknik Lead kontras atau perbedaan sangat mudah dikenali. Cirinya adalah dua
kondisi yang bertolak belakang disatukan dalam tempat yang sama untuk
menimbulkan empati atau emosi atas kondisi tersebut.
Sebagian besar penggunaan lead ini berkaitan dengan kondisi orang maupun
lingkungan yang dibandingkan dengan kondisi lain yang sangat jauh berbeda.
Perbedaan itu yang menjadi kekuatan untuk menceritakan kondisi yang diamati
wartawan. Pembaca menyukai lead jenis ini karena akan mendapatkan dua
referensi sekaligus tentang persoalan yang dibicarakan.
Jika ditelesuri dan diamati, lead kontras lebih banyak dipakai untuk
mengemukakan perberdaan tingkat kesejahteraan, perlakuan yang diskriminatif,
perilaku para penguasa dan politikus dan sebagainya. Lead ini juga bisa
digunakan dalam berbagai karya jurnalistik seperti hardnews, softnews,
editorial, features dan sebagainya. Dan, struktur berita yang manapun cocok
dengan lead ini.
Penggunaan lead kontras ini membutuhkan kepiawaian dalam menggunakan
kalimat pendek. Jangan sampai, kalimat yang beranak pinak dan bercucu
digunakan untuk menggambarkan kondisi perbedaan itu, justru mengakibatkan
pembaca tidak bisa mengerti apa yang mau disampaikan wartawan.
Perhatikan contoh di bawah ini:
Contoh 1:
Serang – Kurang dari 100 meter dari rumah mewah milik Gubernur
Borongborong, lebih 20 anak menderita gizi buruk akibat kemiskinan keluarga
di Cipocokjaya, Kota Serang. Keluarga miskin ini tidak pernah tersentuh
program kerja peningkatan kesejahteraan dari gubernur tersebut.
Contoh 2:
Serang – Pejabat Pemprov Barong menggelar rapat dengan biaya Rp1 miliar
untuk membicarakan penanganan kemiskinan di sebuah hotel mewah di Kota
Serang, Kamis (20/3-2014).
Contoh 3:
Serang – Meski dipenjara dengan dugaan korupsi, Kalumba Mali, Caleg dari
PAN tetap ikut sebagai peserta Pemilu Legislatif tahun 2014. Kalumba ditahan
karena diduga korupsi pengadaan pupuk sebesar Rp990 juta di Dinas Pertanian
Nusa Tenggara Timur tahun 2009.









  1. Teknik Lead: Stakato / Loncat-loncat

Teknik lead stakato merupakan lead yang memiliki tingkat kesulitan yang cukup
besar. Karena, wartawan yang menerapkan lead ini memerlukan kepiawaian
memilih kata yang maknanya tidak saling berkaitan, tetapi dirangkai menjadi
suatu gambaran tentang objek berita.
Kata stakato berasal dari staccato. Dalam musik, staccato merupakan tanda titik-
titik di bawah not. Ini berarti not yang dimaksudkan harus dibaca atau
dimainkan dengan ditekan secara terputus-putus. Jika dilihat, jari seperti
mengetuk atau meloncat-loncat pada not yang sama. Itulah sebabnya lead
stakato dimaknai sebagai loncat-loncat. Kata staccato diindonesiakan menjadi
stakato.
Dalam konteks berita, lead stakato berarti meloncat dari satu kata ke kata yang
lain, meskipun terkesan makna kata tidak saling berkaitan. Tetapi jika dibaca
secara keseluruhan, lead tersebut merupakan satu kesatuan utuh untuk
menggambarkan objek berita.
Ada sejumlah alasan mengapa wartawan menerapkan lead stakato. Alasan utama
adalah wartawan ingin menggambarkan sekaligus dalam sebuah lead mengenai
suatu keadaan yang sangat luar biasa atau kejadian yang atraktif.
Penulis mengenal lead stakato dari Parakitri Tahi Simbolon, wartawan senior
Kompas yang pernah mengelola Litbang dan Dilkat perusahaan media itu. Hasil
liputan wartawan yang menjadi perserta latihan itu dijadikan berita dengan lead
stakato. Waktu itu, peserta meliput maraknya tarian breakdance di Jakarta yang
menimbulkan korban berupa patah tulang leher dan punggung.
Tentu saja, naskah berita yang dibuat peserta Diklat membuat gaduh jajaran
redaksi. Mentor Diklat itu memaksakan agar naskah berita dimuat, sementara
para editor atau penjaga keredaksian menolak karena keluar dari pakem yang
diterapkan saat itu. Melang lead stakato merupkan lead yagn tidak biasa,
sehingga diawal membacanya aga kesulitan untuk memahami langsung berita
apa yang hendak disampaikan.
Perhatikan contoh lead stakato di bawah ini:
Contoh 1:
Serang – Suara sepeda motor trail menderum keras. Penonton berteriak ngeri.
Suara benda keras menghantam. Darah pun bersimbah. Petugas medis berlari
menyongsong. Itulah saat jatunya Ronald yang mengendarai sepeda motor trail
yang melintas di atas di atas seutas tali baja yang terbentang antara gedung
betingkat di Jalan Sudirman, Jakarta, Kamis (20/3-2014). Ronald tewas di
tempat kejadian.
Contoh 2:
Serang – Bumi bergetar. Suara menggelegar. Langit gelap mendadak terang bak
jutaan kembang api menyala bersamaan. Warga berhamburan ketakutan. Semua
itu berasal dari meledaknya gudang persenjataan milik Angkatan Darat Negera
Siboru di Taktakan, Kabupaten Serang, Banten, Kamis (20/3-2014).



  1. Teknik Lead: Epigram / Perumpamaan

Teknik lead epigram lebih sering digunakan oleh wartawan yang menganut
mazhab atau aliran jurnalisme sastra. Seperti namanya, lead ini memang
mengutip ungkapan atau perumpamaan / syair pendek yang berisi gagasan atau
pokok persoalan, dan diakhiri dengan sebuah sindiran yang tajam.
Wartawan tentu harus memiliki pengetahuan yang cukup tentang
perumpamaan / syair atau peribahasa yang mengandung kearifan dalam
memandang sebuah persoalan. Jika tidak, perumpamaan yang disebut dalam lead
berita akan menjadi lucu atau istilahnya “tidak nyambung” antara peristiwa
dengan perumpamaan tersebut.
Namun wartawan harus selalu mengingat, penggunaan epigram dalam lead
diupayakan bukan yang memiliki kalimat berkepanjangan, sehingga
mengaburkan peristiwa atau pokok persoalan yang akan disajikan. Wartawan
mau atau tidak harus memilih epigram yang efektif, kecuali editor menyetujui
penggunaan epigram yang panjang dan halaman untuk menampung tulisan itu
mencukupi.
Dalam praktiknya, lead epigram lebih sering dipakai untuk features atau tulisan
jurnalistik yang panjang dan mendalam. Jenis tulisan itu antara lain tentang
kemanusiaan, tragedi yang memancing emosi atau empati luar biasa dan
sebagainya.
Perhatikan contoh di bawah ini:
Contoh 1:
Serang – Kasih ibu sepanjang jalan, kasih anak sepanjang gala. Ungkapan ini
cocok untuk  Supardi, warga Blosokan tega membunuh ibunya, Kiyem dan
memakan hatinya, Kamis (20/3-2014). Alasannya, Supardi tidak ingin ibunya
menikah dengan lelaki lain setelah ditinggalkan oleh Karo, ayah Supardi.
Contoh 2:
Serang – Sudah jatuh, tertimpa tangga lagi. Demikian nasib Karsun yang kini
menjalani persidangan di Pengadilan Negeri Boru, Jumat (21/3-2014).
Usahanya yang dibangun bertahuan bangkrut dan kini harus menghadapi
dakwaan penipuan atas laporan para pelanggannya.
Contoh 3:
Serang – Ibarat air susu rusak oleh setitik air tuba. Roki (20) membantai
keluarga Samsu mulai dari Samsu, istrinya dan dua anaknya di rumahnya di
Keluarahan Gorong, Kota Serang, Kamis (20/3-2014), gara-gara tidak dibelikan
sepeda motor. Padahal Roki dipelihara sejak kecil yang diambil dari sebuah
panti asuhan dan sudah dianggap sebagai anak sendiri oleh Keluarga Samsu.







  1. Teknik Lead: Literer

Teknik lead literer lebih sering rancu dengan teknik lead epigram atau
perumpamaan. Padahal jika ditelisik, lead literer dengan lead epigram sangat
jauh berbeda, meski keduanya bisa efektif menggiring pembaca pada sebuah
gambaran peristiwa, jika penggunaannya tepat.
Perbedaan antara kedua lead itu adalah lead epigram mengutip perumpamaan
atau syair yang biasanya dikeluarkan orang-orang bijak. Sedangkan lead literer
lebih pada nukilan buku atau kisah-kisah tertentu yang dinilai memiliki kearifan
untuk menggambarkan peristiwa. Jika wartawan tidak cermat soal ini, maka dia
akan membuat lead epigram ketika bermaksud membuat lead leterer.
Tujuan penggunaan literer adalah menarik pembaca dan memberikan gambaran
apa yang mau disajikan dalam berita itu. Biasanya, lead ini mengandung
sindiran yang tajam atas sebuah kondisi atau gagasan dalam berbagai bidang
kehidupan. Lead ini juga lebih sering menggunakan tokoh tertentu dalam
legenda untuk melakukan sindiran tersebut.
Tentu saja, wartawan membutuhkan pengetahuan yang cukup untuk
menggunakan lead literer. Setidaknya, dia mengetahui tokoh-tokoh yang akan
dijadikan sebagai penggambaran atas peristiwa yang akan diceritakan. Jika
tidak, antara lead literer dengan apa yang mau disajikan tidak memiliki
relevansinya alias tidak nyambung. Selain itu, wartawan harus bisa memastikan
bahwa tokoh dalam legenda yang dijadikan gambaran peristiwa itu sudah sangat
dikenal oleh pembaca, sehingga tidak perlu menjelaskan lebih rinci pada
pembaca.
Perhatikan contoh di bawah ini:
Contoh 1:
Serang – Kisah Putri Cinderela benar-benar terjadi di Kerajaan Britania Raya
(Inggris). Lady Diana Spancer dinikahi Pangeran Charles, pewaris tahta
kerajaan yang mencakup 15 negara persemakmuran di Gereja Kerajaan Inggris,
kemarin. Lady dari keluarga sederhana yang sehari-hari berkerja sebagai guru
Taman Kanak-Kanak di Wales menjadi permaisuri calon pewaris tahta.
Contoh 2:
Serang – Akankah fenomena petruk jadi ratu terjadi pada diri Joko Widodo atau
Jokowi, Gubernur DKI Jakarta yang dicalonkan jadi Presiden RI dari PDIP?
Jokowi yang sederhana, beribicara apa adanya dan tidak membalas berlebihan
hujatan terhadapnya seolah menegaskan dirinya sebagai rakyat biasa yang akan
memimpin negeri ini.
Contoh 3:
Serang – Graham Bell, penemu telepon mungkin akan terkejut seandainya
menyaksikan kemajuan teknologi telepon saat ini. Teknologi telepon yang
ditemukannya kini telah meloncat drastis dari telepon rumah (fixed) yang
menggunakan kabel hingga ke smartphone atau telepon pintar tanpa kabel.
Contoh 4:
Serang – Robin Hood dari Banten, julukan yang pantas disematkan pada
Kobramun yang menjadi terdakwa dugaan korupsi Rp95 miliar dari sejumlah

proyek di Pemerintah Provinsi (Pemprov) Banten. Dalam sidang Pengadilan
Tipikor Serang, Selasa (25/3-2014), Kobramun mengatakan, hasil korupsi itu
dibagikan kepada rakyat miskin.





































  1. Teknik Lead: Parodi / Peniruan

Teknik lead parodi atau peniruan ini agak sulit untuk didefinisikan, karena lead
ini sering bercampur dengan lead epigram, kutipan, kontras dan literer. Namun
lead ini lebih menekankan pada peniruan terhadap sesuatu yang bersifat wujud
maupun abstrak dan biasanya diikuti dengan kalimat yang megambarkan objek
berita atau peristiwa dengan gaya satire.
Secara umum, pengertian parodi adalah suatu hasil karya yang digunakan untuk
memelesetkan, memberikan komentar atas karya asli, judulnya ataupun tentang
pengarangnya dengan cara yang lucu atau dengan bahasa satire. Sebagaimana
yang dikatakan oleh Linda Hutcheon seorang teoris literatur (2000: 7) puts it,
“parody … is , not always at the expense of the parodied text.” Seorang kritikus
lainnya, Simon Dentith (2000: 9), mengartikannya sebagai “any cultural
practice which provides a relatively polemical allusive imitation of another
cultural production or practice.” ( wikipedia.org).
Jika diamati, penggunaan lead parodi ini lebih penggunaan kondisi yang
paradoksal atau saling bertentangan. Ini akan sulit dibedakan dengan lead
kontras yang juga memakai kekuatan paradoks dalam menyajikan objek berita.
Perbedaanya adalah lead kontras lebih banyak dipakai untuk kondisi yang
bertentangan dengan dua objek itu dijadikan satu dalam lead. Sedangkan lead
parodi memiliki objek yang sama, namun menghasilkan kondisi yang berbeda
yang mengandung keironian.
Perhatikan contoh di bawah ini:
Contoh 1:
Serang – Terlalu asyik berjoging subuh dinihari, HS, seorang wanita di
Durensawit, Jakarta, tidak menyadari diintai lima lelaki dikenal. Kelima lelaki
itu menyekap HS dan memperkosa beramai-ramai di sebuah bangunan yang
belum rampung di Jalan Ridwan, Jakarta, Kamis (20/3-2014).
Contoh 2:
Serang – Gara-gara facebookan di HP sambil berjalan kaki, Diah tewas setelah
terpeleset dari tangga di lantai 3 Gedung PKPRI, Kamis (20/3-2014).
Contoh 3:
Serang – Gara-gara pejabat Indonesia terlalu giat mengimpor beras, kini nasib
para petani tidak menentu akibat produksinya tidak bisa dijual di pasar.
Pasalnya, harga beras impor itu jauh lebih murah, meskipun kualitas beras
impor jauh lebih jelek.
Contoh 4:
Serang – Robert (49) yang dikenal sebagai Bapaknya Joging Amerika,
meninggal dunia setelah berjoging di Seatle, Amerika, Kamis (20/3-2014). Dia
disimpulkan sementara meninggal karena terlalu berlebihan berolahraga joging.





  1. Teknik Lead: Humor /Kelucuan

Teknik lead humor hanya bisa digunakan pada situasi yang membuat pembaca
tersenyum karena geli. Umumnya, lead ini diterapkan pada fakta-fakta yang
remeh dan memperlihatkan hal-hal yang tidak lazim.
Penggunaan lead humor biasanya terjadi pada situasi yang tidak lazim, baik
perilaku orang yang terlibat dalam berita atau fakta-faktanya yang di luar
kebiasaan. Lead humor juga dipakai untuk mengkritik kondisi yang dinilai
membodohi masyarakat, salah pengertian antar pihak atau benturan antar budaya
dan hal-hal lain.
Selain menyajikan sisi menarik, lead humor dan sejumlah lead lainnya sering
merupakan alat untuk menyampaikan sebuah kritik ketika wartawan tidak
memiliki kebebasan untuk memberitakan sesuatu yang dipandang penting buat
masyarakat. Istilahnya, lead humor adalah sindiran untuk masuk pada berita
yang dinilai sangat sensitif oleh negara. Meski pendapat ini tidak selalu benar,
lead humor memang menjadi pilihan ketika wartawan menghadapi situasi
tersebut.
Namun harus tetap mengingat bahwa penggunaan humor bukan berarti
mengabaikan hal-hal penting yang seharusnya dilakukan wartawan ketika
menyusun berita. Fakta penting atau gagasan-gagasan berita harus secepatnya
disampaikan kepada pembaca dengan kalimat-kalimat yang efektif dan tidak
bertele-tele.
Lead humor juga sering bercampur dengan lead lainnya seperti lead percakapan,
lead kutipan atau lead pernyataan.
Perhatikan contoh di bawah ini;
Contoh 1:
Serang – “Sumpah pak hakim, saya tidak mencuri kerbau, saya hanya
mengambil tali besar. Ketika saya bawa tali itu ternyata diujungnya ada kerbau
milik Saman, ya ke bawa ke rumah saya Pak Hakim,” kata Kasmin, warga
Baduy Luar di sidang pencurian kerbau yang digelar di Pengadilan Negeri
Lebak, Minggu (23/-3/2014).
Contoh 2:
Serang – Ketua Majelis Hakim dalam sidang pencurian burung beo di
Pengadilan Negeri Serang, Minggu (23/3-2014) memerintahkan agar barang
bukti burung beo disingkirkan dari ruang sidang. Karena majelis hakim
terganggu ocehan bernada cabul dan maki-maki dari burung beo setiapkali
terdengar kata suadara, bapak, ibu atau kata sejenis lainya.
Contoh 3:
Serang – Seorang pembeli di Pasar Glodok, Jakarta, marah-marah kepada
penjual dan terjadi keributan. “Saya minta barang dari Cina, kenapa dikasih dari
Tiongkok,” kata pembeli itu ketika diperiksa polisi. Ternyata penggunaan istilah
Tiongkok untuk menggantikan Cina sesuai dengan Kepres yang dikeluarkan
Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), menimbulkan masalah. Penjual itu
mengatakan Tiongkok untuk barang yang semula disebut dari Cina.


  1.  Teknik Lead: Dialog / Percakapan

Teknik lead dialog atau percakapan sebaiknya digunakan jika wartawan sudah
punya kesepakatan dengan editor dan tersedia halaman yang cukup untuk
memuat berita tersebut. Jika tidak, bersiap-siaplah berita itu dibuang ke tempat
sampah, karena karyanya mirip cerita pendek.
Tujuan utama pengunaan lead percakapan adalah membawa pembaca atau
menjadikan pembaca sebagai pihak ketiga dalam peristiwa atau gagasan berita
yang disajikan. Pihak ketiga yang mendengarkan percakapan peristiwa tersebut.
Dengan cara ini, pembaca akan terlibat dalam berita itu dan menimbulkan emosi
atau empati yang luar biasa.
Ciri utama teknik lead percakapan adalah pengunaan tanda kutip (“…”). Tanda
kutip itu bisa hanya di lead atau intro berita dan beberapa paragraf kemudian,
atau secara keseluruhan berita itu berupa dialog dan setiap paragraf ditandai
dengan tanda kutip. Karena itu, lead percakapan atau dialog memang mirip
dengan Cerpen atau penulisan skenario drama / teater. Kesan itu begitu kuat,
terkadang pembaca meragukan apakah ini cerpen atau sungguhan berita.
Selain itu, lead dialog juga sering bercampur atau tersamar dengan lead kutipan.
Yang membedakan adalah lead kutipan itu berbicara langsung dengan pembaca,
sedangkan lead dialog pembaca hanya ditempatkan sebagai pendengar atau pihak
ketiga yang bersifat pasif.
Meski bentuknya seperti Cerpen, wartawan yang menggunakan lead jenis ini
tidak boleh lupa dengan prinsip-prinsi membuat berita, yaitu mengutamakan
fakta-fakta penting dengan cara memilih dialog yang sesuai dengan fakta
penting tersebut. Jika ini gagal dilakukan, berita yang dihasilkan merupakan
berita yang tidak memiliki informasi penting karena menyajikan hal-hal yang
remeh.
Perhatikan contoh di bawah ini:
Contoh 1:
Serang – “Apakah Saudara mencuri Kerbau milik Saman?” tanya Murjono,
hakim dalam persidangan kasus pencurian kerbau di Desa Kebong di Pengadilan
Negeri Lebak, Senin (25/3-2014) dengan terdakwa Kasman, warga Baduy Luar,
Kabupaten Lebak.
“Tidak Pak Hakim. Saya cuman membawa tambang (tali besar). Ketika saya
bawa di ujung tambang terikat pada Kerbau milik Saman. Jadi kerbaunya
terbawa ke rumah, Pak Hakim,” kata Kasman, terdakwa dalam persidangan itu.
“Kamu ini pintar berkelit ya,” kata hakim sambil tersenyum. Hadirin di ruang
sidang itu tertawa, namun segera dihentikan oleh hakim.
Contoh 2:
Serang – “Saya yakin Pak Hakim. Ketiga pejabat itu memberikan uang kepada
saya untuk disampaikan kepada Komisi VII DPR RI,” kata Deviardi, pelatih
golf Rudi Rumbiandini, mantan Kepala SKK Migas yang menjadi terdakwa
suap Migas.
“Coba saudara rinci lagi darimana saja sumbernya,” kata Riyono, jaksa penuntut

umum dalam sidang Tipikor di Pengadilan Negeri Jakarta, Senin (25/3-2014).
“Uang 600.000 dolar Singapura berasal dari Pak Johanes Wijanarko (Wakil
Kepala SKK Migas yang sekarang menjadi Kepala SKK Migas), uang 200.000
dolar AS dari Pak Gerhard (Deputi Pengendalian Bisnis SKK Migas) dan uang
50.000 dolar AS dari Pak Iwan (Kadiv Operasi SKK Migas). Semuanya atas
perintah Pak Rudi untuk menyerahkan uang ke saya. Uang itu disalurkan ke
Komisi VII DPR RI melalui stafnya pak Sutan Batoegana,” kata Deviardi.
Namun ketiga pejabat yang disebut Deviardi itu membantah telah menyerahkan
uang kepada Deviardi, meskipun Rudi Rubiandini, terdakwa kasus itu
membenarkan pernyataan Deviardi. “Tidak benar Pak Hakim, saya tidak pernah
menyerahkan uang kepada pelatih golf itu,” kalimat ini diucapkan secara
bergiliran ketiga saksi dalam kasus tersebut.
“Ah, jangan berbohong bapak-bapak. Saya sudah memerintahkan kepada bapak-
bapak dan Deviardi sudah melakukan tugasnya untuk menyampaikan uang itu ke
Komisi VIII. Memang Deviardi punya duit darimana kalau bukan dari bapak-
bapak,” kata Rudi yang menyela percakapan itu. Hakim mengingatkan Rudi
agar tidak bicara jika tidak diminta atau Rudi harus minta izin kepada hakim
untuk berbicara.
























  1. Teknik Lead: Interpretatif

Teknik lead interpretatif tidak bisa digunakan kepada sembarangan berita. Sebab
lead ini dipastikan atau mengarah pada pendapat atau opini dari fakta-fakta yang
dikumpulkan. Jika tidak hati-hati, wartawan akan melanggar Kode Etik
Jurnalistik yang jadi pedoman para jurnalis berkerja.
Kode Etik Jurnalistik (KEJ) yang ditetapkan Dewan Pers pada pasal 3
menyebutkan, wartawan Indonesia selalu menguji informasi, memberitakan
secara berimbang, tidak mencampurkan fakta dan opini yang menghakimi, serta
menerapkan asas praduga tak bersalah. Dalam tafsiran ayat itu di poin c
disebutkan, opini yang menghakimi adalah pendapat pribadi wartawan. Hal ini
berbeda dengan opini interpretatif, yaitu pendapat yang berupa interpretasi
wartawan atas fakta.
Bagaimana membedakan opini yang berdasarkan interpertasi dengan opini yang
berasa; dari wartawan? Hal ini akan dibahas secara rinci dalam postingan
tersendiri soal fakta dan opini.
Karena itu, lead interpretatif lebih sering digunakan pada karya jurnalistik
berbentuk features. Karya jurnalistik jenis ini memberikan kebebasan berupa
pendapat atau opini dalam tulisannya. Tetapi bukan berarti lead interpretatif
tidak bisa digunakan ke berita biasa atau konvensional. Hanya diperlukan
kepiawainan wartawan agar tidak terjebak pada pelanggaran Kode Etik
Jurnalistik.
Berita statistik biasanya paling mudah menerapkan lead interpretatif. Angka-
angka yang berderet yang dijadikan berita tentu tidak menarik pembaca dan
hanya membuat pegal mata. Dan, angka itu belum tentu dipahami sebagai
sebuah berita jika tidak diinterpelasikan oleh wartawan, atau ditafsirkan secara
tepat oleh wartawan.
Perhatikan contoh di bawah ini:
Contoh 1:
Serang – Warga Kota Serang menghabiskan dana Rp2,3 triliun untuk
mengkonsumsi rokok setiap bulannya. Sedangkan pemenuhan kebutuhan
pendidikan hanya Rp1,2 triliun per tahun. Padahal anak putus sekolah di kota
ini cukup tinggi, sekitar 210.000 orang per tahun dari berbagai strata pendidikan
akibat kekurangan biaya sekolah.
Demikian tercantum dalam hasil pendataan Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi
Banten periode Januari-Desember 2013 yang dilansir dalam jumpa pers di
Kantor BPS Banten di KP3B, Curug, Kota Serang, Selasa (26/3-2014).
Contoh 2:
Serang – Beberapa luka yang memanjang lebih 10 centimeter pada bagian leher
mayat tak dikenal menyiratkan mayat itu korban pembunuhan dengan
menggunakan senjata tajam yang belum diketahui jenisnya. Pembunuhan
diyakini tidak terjadi di lokasi mayat ditemukan di Kampung Gerdong, Kota
Serang, Selasa (26/3-2014), tetapi di tempat lain dan dibuang di kampung ini.
Kapolsek Taktakan, AKP Rahmat membenarkan kemungkinan mayat itu hasil
pembunuhan dengan menggunakan senjata tajam. “Kami akan mendalami
perkara ini setelah mayat divesum et repertum,” katanya kepada
mediabanten.com.
Contoh 3:
Serang – Warga Serang diminta mewaspadai kemungkinan banjir besar yang
akan terjadi beberapa hari ke depan. Pasalnya, debit air Bendung Pamarayan
mencapai 800 mm yang merupakan batas maksimum tingkat aman. Jika hujan
masih mengguyur wilayah ini, diyakini banjir akan terjadi di sebelah utara.








































III. Struktur berita

  1. Mendalami Piramida Terbalik

Struktur berita Piramida Terbalik sudah dibahas secara sekilas dalam BAB I.
Dalam BAB II ini, struktur berita Piramida Terbalik akan dibahas lebih
mendalam agar wartawan memahami dan mampu menggunakan dengan baik
struktur berita tersebut.
Struktur Berita Piramida Terbalik
Prinsip dasar penggunaan struktur berita Piramida Terbalik adalah pertama,
wartawan pemula bisa dengan cepat menyusun berita dengan menempatkan hal-
hal penting sesuai dengan urutan atau derajat pentingnya. Kedua, penggunaan
struktur ini memudahkan editor untuk membuang hal-hal yang tidak penting
dengan cara memotong secara berurutan mulai dari bawah hingga ke atas.
Secara ekstrem, berita itu hanya tersisa lead atau intro berita. Meski tersisa
leadnya saja, pembaca tetap memperoleh informasi yang layak mengenai sebuah
peristiwa.
Kombinasi antara struktur berita Piramida Terbalik dengan rumus ajaib, 5 W +
1 H merupakan cara termudah untuk menentukan derajat penting dari sebuah
berita. Meski jawaban dari 5 W + 1 H tidak perlu dijejalkan dalam lead atau
intro, setidaknya jawaban itu akan membantu wartawan menyusun sebuah berita
yang apik. Jika wartawan memaksakan jawaban 5 W + 1 H dalam sebuah lead,
maka yang terjadi adalah kekacauan atau bias makna terhadap tujuan berita itu
disampaikan.
Boleh jadi, wartawan hanya mengambil 3-4 unsur dari rumus ajaib semisal what
(apa), kapan (when) dan dimana (where) untuk memulai sebuah intro berita.
Perhatikan contoh di bawah ini:
Serang – Sebuah truk bermuatan 40 pelajar SMAN 22 Pandeglang terguling di
Tanjakan Mengger, Kabupaten Pandeglang, Senin (7/4-2014), pukul 09.00
WIB. Akibatnya, empat orang meninggal dunia dan 15 orang luka parah.
What = Truk bermuatan terguling
Who = 40 pelajar SMAN 22 Pandeglang
Where = Tanjakan Mengger, Kabupaten Pandeglang
When = Senin, 7 April 2014, pukul 09.00 WIB
Dari uraian di atas, jelas wartawan hanya mengambil empat unsur dari rumus
kuno yang ajaib. Unsur itu adalah What, Who, Where dan When. Sedangkan
unsur lainnya Why dan How akan terjabarkan dalam neck / leher berita dan
tubuh berita berikutnya.
Apakah lead itu sudah layak disebut berita? Jawabannya sudah layak. Di
sejumlah suratkabar, ada rubrik yang sering disebut daerah sekilas, sekilas info
atau nusantara selintas. Rubrik itu berisi berita-berita singkat yang hanya terdiri
dari satu atau dua paragraf. Dan lead contoh di atas memang mengandung
informasi yang sekilas tentang sebuah kecelakaan yang menimpa 40 pelajar
SMAN 22 Pandeglang karena kendaraan yang ditumpanginya terguling di
Tanjangakan Mengger, Kabupaten Pandeglang.

Kita kembali ke lead contoh di atas.
===>> Lead Berita <<===
Serang – Sebuah truk bermuatan 40 pelajar SMAN 22 Pandeglang terguling di
Tanjakan Mengger, Kabupaten Pandeglang, Senin (7/4-2014), pukul 09.00
WIB. Akibatnya, empat orang meninggal dunia.
===>> Neck Berita <<===
Keterangan yang dihimpun mediabanten.com di lokasi kejadian menyebutkan,
truk Nopol A-8007-PL itu dikemudikan Solihin, berangkat dari SMAN 22
Pandeglang, sekitar pukul 08.00 WIB. Truk itu mengakut 40 pelajar dengan
tujuan ke tempat Jambore Pramuka di Carita, Kabupaten Pandeglang. Ketika
sampai di Tanjakan Mengger, truk itu tidak kuat menanjak, meski pengemudi
sudah beruaha menambah kecepatan. Akibatnya, truk itu merosot dan terguling
beberapakali dan berhenti di pinggir kali. “Kondisi jalan tanjakan Mengger itu
licin akibat hujan yang mengguyur sebelumnya,” kata AKP Juhdi, Kapolsek
Mengger yang ditemui di lokasi kejadian.
Why = Truk tak kuat menanjak dan kondisi jalan licin
How = Truk berusaha naik, tidak kuat, merosot dan terguling beberapakali.
Jawaban Why dan How dari rumus kuno yang ajaib itu berada di neck berita.
Dengan cara ini, wartawan tidak memampatkan seluruh jawaban dalam satu lead
yang bisa berakibat kekacauan (chaos) makna dan berita yang disampaikan.
Mari kita lanjutkan berita di atas.
===>> Body <<===
Keempat yang meninggal dalam kecelakaan itu adalah PulanA (16), PulanB
(16), PulanC (17) dan PulanD (16). Keempat mayat itu kini berada di kamar
mayat Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Berkas Pandeglang. Sedangkan
ke-15 orang yang luka parah dirawat di sejumlah tempat, antara lain Pusat
Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) Mengger dan Klinik Kesehatan. Rencananya
korban luka parah itu akan dibawa ke RSUD Pandeglang.
===>> Body Lanjutan <<===
Menurut pengamatana di lokasi, hingga pukul 15.00 WIB, warga masih banyak
berkerumun di sekiktar tempat kejadian peristiwa (TKP). Sebagian warga ikut
dalam proses evakuasi dan pertolongan terhadap korban kecelakaan, namun
sebagian lagi hanya menonton peritiwa tersebut. Sedangkan truk yang berada di
pinggir jurang Tanjakan Mengger masih dibiarkan,
===>> Body Lanjutan <<===
Kapolsek Mengger, AKP Juhdi mengatakan, pengemudi truk itu hingga
sekarang belum ditemukan. “Kemungkinan dia loncat dan melarikan diri. Tetapi
kami sudah tahu identitasnya. Kami akan menangkap dia,” katanya.
Selain itu, polisi juga akan meminta keterangan pada pihak sekolah tentang
penggunaan truk untuk mengangkut pelajar ke tempat Jambore di Carita. “Truk
kan tidak boleh untuk mengangkut orang,” ujarnya.
Hasil penyusun berita tentang kecelakaan itu sebagai berikut:
Serang – Sebuah truk bermuatan 40 pelajar SMAN 22 Pandeglang terguling di
Tanjakan Mengger, Kabupaten Pandeglang, Senin (7/4-2014), pukul 09.00

WIB. Akibatnya, empat orang meninggal dunia.

Keterangan yang dihimpun mediabanten.com di lokasi kejadian menyebutkan,
truk Nopol A-8007-PL itu dikemudikan Solihin, berangkat dari SMAN 22
Pandeglang, sekitar pukul 08.00 WIB. Truk itu mengakut 40 pelajar dengan
tujuan ke tempat Jambore Pramuka di Carita, Kabupaten Pandeglang. Ketika
sampai di Tanjakan Mengger, truk itu tidak kuat menanjak, meski pengemudi
sudah beruaha menambah kecepatan. Akibatnya, truk itu merosot dan terguling
beberapakali dan berhenti di pinggir kali.
“Kondisi jalan tanjakan Mengger itu licin akibat hujan yang mengguyur
sebelumnya,” kata AKP Juhdi, Kapolsek Mengger yang ditemui di lokasi
kejadian.
Keempat yang meninggal dalam kecelakaan itu adalah PulanA (16), PulanB
(16), PulanC (17) dan PulanD (16). Keempat mayat itu kini berada di kamar
mayat Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Berkas Pandeglang. Sedangkan
ke-15 orang yang luka parah dirawat di sejumlah tempat, antara lain Pusat
Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) Mengger dan Klinik Kesehatan. Rencananya
korban luka parah itu akan dibawa ke RSUD Pandeglang.
Menurut pengamatana di lokasi, hingga pukul 15.00 WIB, warga masih banyak
berkerumun di sekiktar tempat kejadian peristiwa (TKP). Sebagian warga ikut
dalam proses evakuasi dan pertolongan terhadap korban kecelakaan, namun
sebagian lagi hanya menonton peritiwa tersebut. Sedangkan truk yang berada di
pinggir jurang Tanjakan Mengger masih dibiarkan.
Kapolsek Mengger, AKP Juhdi mengatakan, pengemudi truk itu hingga
sekarang belum ditemukan. “Kemungkinan dia loncat dan melarikan diri. Tetapi
kami sudah tahu identitasnya. Kami akan menangkap dia,” katanya.
Selain itu, polisi juga akan meminta keterangan pada pihak sekolah tentang
penggunaan truk untuk mengangkut pelajar ke tempat Jambore di Carita. “Truk
kan tidak boleh untuk mengangkut orang,” ujarnya.

















  1. Struktur Berita Piramida Terbalik Kubus
Posted on 08/04/2014
Struktur berita Piramida Terbalik Kubus jarang diperdengarkan di kalangan
wartawan pemula. Alasannya, ada kekhawatiran wartawan pemula kebingungan
antara konsep struktur berita Piramida Terbalik dengan Piramida Terbalik
Kubus yang menyebabkan berita yang dibuat menjadi tidak efektif dan penuh
dengan kekacauan makna.
Para mentor atau pengajar umumnya mengambil sikap “aman”, membiarkan
wartawan pemula hanya mengenal struktur berita Piramadia Terbalik, dan
belum mengenalkan struktur berita lainnya. Tujuannya agar wartawan pemula
memahami dan piawai dalam menulis berita dengan struktur yang baik, kalimat
yang efektif dan logika berpikir yang mengalir dalam berita yang dibuatnya.
Struktur Piramida Terbalik sangat cocok untuk tujuan itu. Karena sifatnya yang
harus bisa dipotong secara berurutan dari bawah ke atas.
Struktur berita Piramida Terbalik Kubus sebenarnya hanya pada lead atau intro
yang menggunakan piramida terbalik. Sedangkan selebihnya berupa kubus.
Perhatikan gambar di bawah ini;
Pada lead atau intro berita ditempatkan pada bagian atas menggunakan Piramida
Terbalik. Sedangkan sisanya menggunakan struktur kubus atau persegi panjang.
Ini berarti hal yang paling penting ditempatkan pada lead atau intro. Seperti
yang berlaku pada berita lainnya, maka lead berisikan hal-hal yang paling
penting untuk diketahui segera oleh pembaca. Selebihnya, fakta-fakta atau
tulisan memiliki derajat penting yang sama, karena itu digambarkan sebagai
kubus atau persegi panjang.
Struktur kubus yang berarti memiliki fakta yang berderajat sama, bermakna
struktur ini tidak boleh dipotong sembarangan oleh editor. Karena pemotongan
berita atau tulisan berstruktur berita seperti ini, jika tidak hati-hati, akan
menghilangkan fakta-fakta penting yang pada akhirnya menyebabkan pembaca
tidak mendapatkan informasi yang utuh tentang sesuatu gagasan atau persoalan
yang sedang disajikan.
Karena itu, wartawan yang akan menggunakan struktur berita Piramida Terbalik
Kubus harus memiliki kesepakatan dengan editor / redaksi tentang hal tersebut.
Ini berkaitan dengan besaran ruang atau halaman yang disediakan untuk hal
tersebut. Tentu saja, editor juga mempertimbangkan apakah penggunaan
struktur berita Piramadi Terbalik Kubus lebih efektif atau tidak untuk tulisan
yang akan disampaikan wartawan.
Kapankah saat yang tepat menggunakan struktur Piramida Terbalik Kubus?
Biasanya, editor lebih berinisiatif dalam menggunakan struktur ini, tetapi bisa
juga wartawan mengusulkan penggunaan struktur ini untuk menimbulkan efek
psikologis atau memberikan bingkai peristiwa yang lebih utuh. Umumnya, ada
dua jenis karya jurnalistik yang menggunakan struktur ini, yaitu wawancara
khusus (eksklusif) dan kronologis peristiwa.
Pada wawancara khusus dan kronologis peristiwa, lead berita biasanya berfungsi
menjelaskan atau sebagai pengantar agar pembaca bisa mengetahui atau
mendapatkan gambara apa yang akan disajikan.

Perhatikan contoh penulisan wawancara di bawah ini:
REPUBLIKA.CO.ID, Persaingan menjelang pemilihan presiden (pilpres) tahun
ini semakin panas. Apalagi, semenjak PDI Perjuangan mengusung Gubernur
DKI Jakarta Joko Widodo sebagai calon presidennya (capres).Banyak pihak
yang menyatakan popularitas Jokowi sulit dikalahkan. Namun, ada satu
pasangan yang dinilai bisa mengalahkan Jokowi. Yakni, jika Ketua Dewan
Pembina Partai Gerindra Prabowo Subianto dipasangkan dengan Ketua KPK
Abraham Samad.
Partai Gerindra pun menyambut baik ide ini bahkan mewacanakan untuk
mewujudkan pasangan Prabowo dan Abraham tersebut. Bagaimana tanggapan
Abraham Samad selaku penegak hukum yang tengah berjuang memberantas
korupsi melalui KPK? Berikut petikan wawancara Wartawan Republika
Muhammad Hafil dengan Abraham Samad melalui sambungan telepon, Senin
(17/3) malam.
Ada wacana dari Partai Gerindra untuk mengusung anda menjadi
cawapres, mendampingi Prabowo Subianto sebagai capresnya. Apakah
anda bersedia?
Jadi begini, bahwa perjuangan dalam memberantas korupsi itu di mana saja.
Baik sebagai presiden, wakil presiden, maupun ketua KPK. Karena itu, visi dan
misi saya adalah memberantas korupsi. Namun demikian, kalau memang ada
wacana menjadikan saya sebagai cawapresnya, maka menurut saya itu adalah
takdir dari Allah SWT.
Sekali lagi, menjadi presiden, wakil presiden, ataupun ketua KPK adalah takdir
Allah SWT. Sebagai manusia biasa, saya akan mengatakan saya tidak akan
mungkin mengatur atau menolak takdir dari Allah. Termasuk, jika takdir saya
harus menjadi calon wakil presiden itupun tak akan bisa saya tolak kalau
memang itu takdir dari Allah.
Jadi, anda tidak menolak tawaran itu?
Masalahnya adalah, tawaran itu belum pernah saya terima secara langsung.
Belum pernah disampaikan secara resmi ke saya. Saya hanya tahu dari berita-
berita di media.
Berarti anda menantang Gerindra untuk meminang anda sebagai
cawapresnya?
Kalau tawaran itu adalah sebuah takdir, sebagai manusia biasa saya tak akan bisa
menolak.
Menurut anda, kenapa Gerindra melemparkan wacana untuk mengusung
anda sebagai cawapres?
Saya tidak tahu kalau soal itu
Apakah anda selama ini berhubungan dengan Partai Gerindra?
Gak pernah. Tapi saya ingin mengatakan di mana pun kita berada, kalau kita
bisa merubah bangsa ini untuk menjadi lebih baik, itu yang paling penting.
Apakah anda mengenal Prabowo?
Saya hanya tahu dari baca-baca koran atau tahu dari media saja. Secara tidak
kenal dia secara langsung.
Yang anda ketahui tentang Prabowo, bagaimana anda menilai dia?

Orang yang tegas dan cukup baik. Visi dan misinya bagus. Apalagi, visi dan

misi antikorupsinya. Dia orang yang berkomitmen dalam pemberantasan
korupsi.
Selain Gerindra, apakah ada partai politik lain yang menawarkan anda
menjadi capres ataupun cawapres?
Itu rahasia, ha..ha..ha.
Setelah ada tawaran seperti ini, bagaimana perasaan anda?
Biasa saja, karena saya termasuk orang yang tidak ambisius. Jadi ketua KPK
pun sebenarnya bukan ambisi saya, tapi ini kehendak Allah yang memilih saya
menjadi ketua KPK.
Terkait wacana ini, apa komentar dari internal KPK? Apakah mereka
melarang?
Tidak, kan di internal KPK sudah berkomitmen untuk menyelesaikan tugas kita.
Komitmen kita adalah untuk memberantas korupsi.
Jika anda benar-benar menjadi cawapres dan kemudian terpilih, apa
yang akan anda lakukan untuk Indonesia?
Hahaha…saya ini kan tampangnya bukan tampang presiden. Saya ini kan orang
kampung biasa yang datang ke Jakarta.
Perhatikan contoh kedua Kornologis Peristiwa:
Merdeka.com – Perdana Menteri Malaysia Najib Razak mengumumkan
penerbangan Malaysia Airlines berakhir di Samudera Hindia, Senin (24/3).
Pengumuman Najib berdasarkan analisa terbaru dari posisi terakhir pesawat dari
satelit Inggris. Sebanyak 227 penumpang dan 12 kru pesawat tidak ada yang
selamat dalam kejadian itu.
Pesawat Malaysia Airlines penerbangan MH370 dinyatakan hilang pada 8 Maret
2014 lalu saat melakukan perjalanan dari Kuala Lumpur menuju Beijing. Untuk
mendukung pencarian, China telah menerjunkan enam kapal perang untuk
menyisir Laut China Selatan.
Berikut kronologi lengkap hilangnya pesawat MH370:
Sabtu (8/3)
00.41: Lepas landas dari KLIA dengan 239 penumpang termasuk dua bayi dan
12 awak kabin.
01.40: Sinyal MH370 dilaporkan hilang dari radar menara pemandu lalu lintas
udara (ATC) Subang, Malaysia.
06.40: Jadwal tiba di Beijing.
10.15: Muncul rumor pesawat mendarat di Nanning, China. Rumor dibantah
11.55: Muncul kabar otoritas Vietnam menangkap sinyal pesawat.
12.00: Dalam jumpa pers di KLIA, CEO MAS Ahmad Jauhari Yahya
menjelaskan ada warga negara dari 14 negara dalam pesawat. Disebutkan WNI
berjumlah 12 orang.
12.30: MAS menyatakan, kontak terakhir dengan MH370 posisinya 120 mil laut
dari Kota Bharu.
13.00: China mengirim dua kapal laut untuk membantu pencarian di Laut China
Selatan

14.22: Kemlu Indonesia lewat juru bicara Michael Tene menyebut hanya ada
tujuh orang penumpang berkewarganegaraan Indonesia dalam Pesawat Malaysia
Airlines MH370 yang hilang.

15.00: Angkatan Laut Malaysia bersama dengan Vietnam berusaha mencari
pesawat yang hilang di perairan Laut China Selatan.
15.30: MAS meminta kepada keluarga penumpang untuk berada di KLIA pada
pukul 18.00 waktu setempat.
16.20: Pemerintah Vietnam memastikan bahwa MH 370 hilang di wilayah udara
Vietnam.
18.00: Keluarga korban berkumpul di KLIA menanti kabar pencarian pesawat
MH370.
18.00: Vietnam, Singapura, Filipina dan Amerika Serikat bergabung dalam
operasi pencarian.
19.00: PM Malaysia Najib Tun Rasak menegaskan, wilayah operasi pencarian
diperluas.
21.00: Vietnam melaporkan menemukan dua genangan minyak di wilayah
Selatan perairan mereka, diduga dari pesawat yang jatuh ke air.
23.00: Dua orang yang namanya muncul dalam daftar manifest penumpang
pesawat Malaysia Airline MH370 ternyata tidak di pesawat. Namun keduanya
mengaku telah melaporkan paspor mereka dicuri. Dua nama penumpang itu
adalah Luigi Maraldi (37), warga Italia dan seorang warga negara Austria
Christian Kozel.
Minggu (9/3)
01.40: 24 jam setelah sinyal hilang pesawat belum juga ditemukan.
05.00: Muncul pernyataan dari AS tentang dugaan teror berkait dengan paspor
palsu yang digunakan penumpang.
07.00: The Star memberitakan, pemegang paspor palsu membeli tiket dari
China Southern Airlines.
08.40: Perusahaan AS menyatakan ada 20 karyawannya ikut dalam penerbangan
MH370.
10.39: Departemen Penerbangan Sipil Malaysia menegaskan, pihaknya
melakukan investigasi terhadap penumpang MH370 yang menggunakan paspor
palsu.
11.30: Singapura mengirim dua kapal perang dan helikopter serta kapal selam
untuk membantu mencari keberadaan MH370. Total ada enam negara
membantu pencarian pesawat yang hilang.
14.29: Badan Penegakan Maritim Malaysia (MMEA) mengaku menemukan
tumpahan minyak sekitar 20 mil laut selatan koordinat terakhir kontak MH370
dengan radar.
16.34: BBC melaporkan dua orang yang menggunakan paspor curian dilaporkan
membeli tiket bersamaan. Tiket itu dibeli dari China Southern Airlines dengan
mata uang bath di sebuah agen di Pattaya, Thailand.
17.15: Kepolisian Malaysia mengancam siapapun agar tidak menyebarkan kabar
hoax berkaitan hilangnya pesawat Malaysia Airlines.

18.07: Data pemantauan awal yang diperiksa oleh Pentagon menyebutkan tidak
ada ledakan di Laut China Selatan berkaitan dengan hilangnya Malaysia
Airlines.
20.32: Direktur Jenderal Departemen Penerbangan Sipil (DCA) Malaysia
Azharuddin Abdul Rahman menegaskan belum ada kabar baru tentang

keberadaan MH370.
20.37: Laporan radar militer Malaysia (Tentara Udara Diraja Malaysia) ada
dugaan pesawat berputar balik. Pencarian pun dikembangkan di kawasan Selat
Malaka, selain di laut China Selatan.
Senin (10/3)
08.00: Keluarga penumpang pesawat MH370 dari China tiba di Bandara
Internasional Kuala Lumpur (KLIA) dari Beijing. Tidak diketahui mereka akan
dibawa ke mana. Terdapat sekitar 152 penumpang warga China dalam pesawat
MH370 yang hilang.
11.16: Otoritas Malaysia mengumumkan tidak ada pertanda baru mengenai
kehilangan pesawat MH370. Menurut Direktur Jenderal Departemen
Penerbangan Sipil (DCA) Azharuddin Abdul Rahman upaya pencarian di Laut
China Selatan dan Selat Malaka gagal menemukan serpihan pesawat.
11.56: Kapal perang China tiba di lokasi pesawat dipercayai hilang.
12.00: Menteri Dalam Negeri Malaysia Ahmad Zahid Hamidi mengatakan dua
penumpang berpaspor palsu di Malaysia Airlines yang kini hilang memiliki
wajah Asia.”Saya masih bingung bagaimana bisa petugas imigrasi tidak bisa
membedakan wajah Italia atau Austria, dengan wajah Asia,” kata dia seperti
dikutip kantor berita Bernama.
16.45: Pasukan mencari dan penyelamat dikerahkan ke satu kawasan perairan
sekitar Pulau Tho Chu, Vietnam setelah menerima laporan penemuan objek
mirip sebuah pelampung.
18.11: Objek kuning terapung di perairan Vietnam yang dikatakan pelampung
dari pesawat Malaysia Airlines MH370 adalah bekas pembalut kabel yang telah
berlumut.
18.21: Genangan minyak yang ditemukan oleh Badan Penegakan Maritim
Malaysia kira-kira 20 mil nautika dari lokasi pesawat MH370 dilaporkan hilang
bukan berasal dari pesawat.
20.56: Usaha mencari pesawat MH370 diperluas 50 mil nautika hingga 100 mil
nautika dari Igari.
20.49: MAS menambah pesawat untuk membawa keluarga penumpang dari
Beijing.
Selasa (11/3)
Lokasi pencarian MH370 makin luas meliputi Semenanjung Malaysia, Laut
China Selatan hingga wilayah di sekitar Selat Malaka. Pencarian juga mulai
memasuki wilayah Samudera Hindia. Pesawat tak kunjung ditemukan.
Rabu (12/3)
-Malaysia memperluas wilayah pencarian hingga ke Laut Andaman.
-Angkatan udara Malaysua menemukan objek yang terdeteksi radar militer di

utara Selat Malaka. Namun, belum ada kejelasan tentang objek itu dan masih
diselidiki.
Kamis (13/3)
-Satelit China menemukan objek di Laut China Selatan diduga puing pesawat.
Ternyata temuan itu bukan berasal dari MH370.
Jumat (14/3)
-Pencarian meluas hingga ke Samudera Hindia. Ada informasi dari Amerika

Serikat bahwa pesawat terbang menuju wilayah Samudera Hindia.
Sabtu (15/3)
-PM Malaysia Najib Razak mengumumkan bahwa pesawat masih terbang
beberapa jam sejak tanda terakhir dengan menara pengawas udara. Arah terbang
berubah dan sinyal dalam pesawat dimatikan.
-Data satelit menunjukkan kemungkinan pesawat terbang dalam dua koridor
yang sangat luas. Koridor utara hingga Asia Tengah dan koridor Selatan di
Samudera Hindia. Pencarian di Laut China Selatan dihentikan.
Minggu (16/3)
-Jumlah negara yang ikut mencari pesawat mencapai 26. Penyelidik mendatangi
rumah pilot untuk mengungkap soal simulator di rumah pilot Zaharie Ahmad
Shah.
Senin (17/3)
-Penyelidik menemukan bahwa pernyataan terakhir dar kokpit. “All right, good
night,” disampaikan dua menit sebelum sinyal pesawat dimatikan.
-Pihak Malaysia Airlines menyatakan suara itu diyakini dari co-pilot Fariq
Abdul Hamid. Polisi menyelidi kemungkinan motif politik dari Zaharie,
diketahui pendukung tokoh oposisi Malaysia Anwar Ibrahim.
Selasa (18/3)
-Australia dan AS bekerja sama mencari pesawat di wilayah seluas 600.000
kilometer persegi di Samudera Hindia.
-Keluarga korban mengancam mogok makan.
Rabu (19/3)
-Malaysia menegaskan bahwa penyelidikan latar belakang semua penumpang
dan kru pesawat tidak memberikan informasi signifikan.
-Keluarga korban dari China marah saat jumpa pers di Malaysia.
-Radar militer Thailand menangkap pesawat yang diyakini MH370 beberapa
menit setelah berubah arah.
Kamis (20/3)
-Australia menyatakan satelit menangkap dua objek salah satunya sepanjang 24
meter diyakini sebagai MH370.
-Sebanyak empat pesawat diterjunkan ke lokasi sekitar 2.500 km dari Perth.
Jumat (21/3)
-Pencarian terhadap objek diyakini puing MH370 di selatan Samudera Hindia
tidak membuahkan hasil.
-Malaysia meminta tolong Amerika Serikat teknologi pencarian bawah air.
Sabtu (22/3)

-China merilis foto satelit objek yang mengambang sekitar 120 KM dari foto
objek yang disampaikan Australia.
Minggu (23/3)
-Satelit Prancis juga menemukan objek diduga dari MH370. Temuan tiga satelit
itu menebalkan bukti bahwa ada puing di Samudera Hindia.
Senin (24/3)
-China dan Australia mengumumkan objek berbeda di wilayah perairan yang
sama. Ini makin menguatkan dugaan MH370 jatuh di wilayah tersebut.
-Angkatan Laut Amerika Serikat mengirimkan alat khusus pencari kotak hitam
di wilayah tersebut.
-Malaysia mengumumkan bahwa MH370 berakhir di Samudera Hindia dengan
dasar analisis satelit Inggris. Pesawat diasumsikan hilang di laut.
Selasa (25/3)
-Dalam jumpa pers digelar di Kuala Lumpur, Direktur Eksekutif Malaysia
Airlines Ahmad Jauhari Yahya mengatakan pihaknya akan memberikan
santunan awal sebesar Rp 56 juta (USD 5.000) kepada keluarga tiap penumpang
pesawat MH370.[tts]
Perhatikan kedua contoh di atas. Keduanya menggunakan lead atau intro berita
sebagai pengantar untuk memuat wawancara khusus dan membuat kronologis
berita. Pada bagian tubuhnya, tidak bisa editor sembarangan memotong atau
menghilangkan bagian seperti perlakuan terhadap struktur berita Piramida
Terbalik. Pemotongan harus dilakukan secara cermat pada Piramida Terbalik
Kubus, karena jika tidak tepat akan menyebabkan hilangnya fakta penting dalam
tulisan itu, sekaligus membuat kacanya makna berita tersebut.






















  1.  Struktur Berita Piramida Normal

Dari namanya, Piramida Normal – kita sudah bisa menduga bentuk struktur
berita ini. Bentuk struktur berita ini seperti piramid yang dikenal di Mesir,
kerucut di atas dan melebar ke bawah. Ini bermakna hal-hal tidak penting
ditaruh di atas dan semakin ke bawah, semakin tinggi derajat penting fakta
berita tersebut.
Seperti juga nasib Piramida Terbalik Kubus, struktur berita Piramida Normal
juga jarang diperkenalkan kepada wartawan pemula dengan alasan yang sama,
yaitu khawatir wartawan pemula kebingungan dengan konsep struktur berita
lainnya, terutama struktur Piramida Terbalik yang merupakan favorit bagi para
jurnalis.
Perhatikan gambar struktur berita Piramida Normal.
Struktur Berita Piramdi Normal
Penggunaan struktur berita Piramida Normal memang harus hati-hati dan harus
memiliki kesepakatan dengan editor atau redaksi. Hal ini berkaitan dengan
penyediaan ruang atau halaman untuk menampung tulisan tersebut. Jika tulisan
berstruktur berita ini diperlakukan terhadap berita biasa atau yang berstruktur
Piramida Terbalik, maka akan terjadi kekacauan berita ketika dipotong dari
bawah. Justru bagian bawah merupakan bagian terpenting dari berita atau tulisan
ini.
Dalam praktiknya, penggunaan struktur berita ini tidak murni menerapkannya.
Ada campuran antara stuktur berita yang dicampur dengan Piramida Terbalik
dan Piramida Terbalik Kubus, yaitu menggunakan lead sebagai pengantar untuk
memberikan gambaran apa yang akan dibahas atau ditulis. Terkadang, pada lead
dicantumkan hal-hal tidak penting, tetapi dalam neck dan tubuh berita dimuat
fakta-fakta pentng yang memiliki derajat yang sama dengan tubuh berita
lainnya.
Dari penelusuran karya-karya jurnalistik, maka struktur berita Piramida Normal
sering digunakan pada karya jurnalistik beraliran (mazhab) Jurnalistik Sastra.
Gaya bertutur Sastra dicampur dengan lead suspend atau penundaan jawaban
atas gagasan atau peristiwa yang sedang ditulis. Karena itu, pembaca yang
menikmati berita atau tulisan jenis ini sering sekali merasa sedang membaca
sebuah karya Sastra, dengan fakta dan peristiwa yang memang terjadi, bukan
fiksi atau karangan.
Tentu saja, wartawan dan editor harus memiliki alasan kuat atas penggunaan
struktur berita Piramda Normal. Wartawan dan editor / redaksi harus sepakat
tentang efek apa yang akan dicapai dengan penyajian berita atau tulisan
berstruktur tersebut.
Perhatikan contoh yang diambil dari Majalah Tempo, 30 Maret 2014. Lead
berita ini mengunakan lead stakato dan diikuti dengan uraian dengan gaya tutur
yang baik.
Padang Hitam Tanjung Leban
Api membakar hutan dan perkebunan Riau. Melumpuhkan aktivitas penduduk.
Gunawan memandangi puing hitam rumahnya. Dari rumah kerabatnya di Dusun
bukit Lengkung, Desa Taunjung Leban, Kecamatan Bukit Batu, Kabupaten
Bengkalis, Rai, tempatnya menginap setelah rumahnya dihanguskan api sebulan
lalu, ia bisa melihat reruntuhan itu.
Lelaki 22 tahun ini, tak akan lupa petaka pada malam itu. Bunyi keretak batang-
batang sawit yang terbakar terdengar jelas di telinga. Entah darimana
datangnya, kobaran api telah merambat hingga belakang rumah. Kebun dengan
sawit siap panen pun menyala. “ Api seperti neraka,” katanya pekan lalu.
Dusun yang dulu rapat oleh hijau sawit dan akasia itu berubah menjadi sahara
hitam. Asap mengepul dari bara yang masih menyala. Malam itu, Gunawan
sigap mengamit lengan anak dan istrinya, menyalakan sepeda motor otomatis,
lalu memacu kendaraan tersebut menuju Dusun Barak Aceh, tujuh kilometer
dari rumahnya.
Gunawan kemudian balik ke kampungnya, bergabung dengan penduduk yang
berusaha menjinakkan api. Tapi malam itu angin bertiup kencang. Air di parit
pun surut. Bunga-bunga api terus berterbangan ke udara, dalam sekejap melalap
kebun akasia yang terpisah oleh jalan desa. Gunawan tak bisa melihat lagi
rumahnya, yang telah dikepung api.
Kepala Pemadam KebakaranBadan Penanggulangan Bencana Daerah Bengkalis,
Muhammad Jalan menyatakan, tak semua warga dusun bersedia diangkut ke
tempat pengungsian. Padahal api berkobar tepat di belakang perkampungan.
“Begitu melihat rumah terbakar, baru mereka mau pergi,” ujarnya.
Tiga regu pemadam kebakaran kocar-kacir. Dikepung api yang tak terkendali,
sebagian dari 21 anggota regu berlari menyelamatkan diri. Mesin-mesin
penyemprot air yang belum sempat dimatikan, mereka tinggalkan begitu saja.
Dalam semalam, kata Jalal, 1.500 hektare lahan sawit rakyat dan kebun akasia
milik PT Satria Perkasa Agung habis terbakar. Tiga rumah dan satu madrasah
hangus. Sebanyak 221 warga dusun Bukit Lengkung diungsikan.
Jalal mengatakan, kebakaran sudah terjadi dalam skala kecil sejak 17 Januari
lalu. Api tak hanya membakar hutan, tapi juga perkebunan, bahkan kebun-
kebun milik rakyat yang sudah siap panen. “Tapi malam ini yang paling besar,”
katanya.
Kebakaran malam itu memekatkan udara Riau selama pekan-pekan berikutnya.
Saking pekatnya udara, PT Angkasa Pura menutup Bandara Sultan Syarif
Kasim II selama tiga hari. Tak kurang dari 86 penerbangan dari dan ke
Pekanbaru dibatalkan karena jarak pandang hanya seribu meter.
Betty Sibarani, 20 tahun, mantan pengacara menyatakan, adiknya yang baru
memasuki sekolah dasar terpaksa tinggal di rumah dalam satu bulan terakhir.
Sekolah meliburkan siswa-siswanya untuk waktu yang tak ditentukan. Jika udara
membaik, murid-murid diminta masuk kembali. Meski hanya tinggal di rumah
yang dilengkapi fasilitas penyejuk udara, pernapasannya tetap terganggu. “Tiap
malam dia batuk-batuk,” katanya.
Betty mengaku hampir membatalkan lamaran di rumah orangtuanya di Padang
Bulan, Pekanbaru, gara-gara bandara ditutup. Padahal 30 tiket untuk keluarga
calon suaminya sudah dipesan. Lamaran akhirnya hanya dihadiri calon suami
dan calon mertuanya, di tengah kepungan kabut asap dan bau sangit sampah
terbakar. “Bernapas pun yang terhiurp asap,” katanya.
Direktur Eksekutif Scale Up, Harry Oktavian memilih mengirim istri dan dua
anaknya ke Tanjung Pinang, Kepulauan Riau. Ia sendiri tetap tinggal di
Pekanbaru karena kantor tak meliburkan pegawainya. Tahun-tahun sebelumnya,
jika kabut asap sudah mulai mengganggu, ia dan banyak rekannya mengungsi ke
Padang. “Tapi kali ini Padang juga tertutup asap,” ujarnya.
Indeks pencemaran kualitas udara di sejumlah wilayah Riau mencapai level
berbahaya. Kabut asap lebih dominan dibandingkan oksigen. Sebanyak 56.288
wargta Riau terserang penyakit karena terpapar asap. “Riau sudah tidak layak
huni,” kata ahmad Isroil, Kepala Bidang Inventarisasi dan Pengembangan
Sistem Informasi Lingkungan, Pusat Pengelola Ekologi Regional sumatera,
kementrian Lingkungan Hidup. (Kartika Chandra dari Jakarta, Ryan Novianti
dari Bengkalis)
Perhatikan karya jurnalistik di atas. Hal penting berita berada di bagian paling
bawah, yaitu Riau sudah tidak layak dihuni oleh manusia. Tetapi cara penulisan
dengan Piramida Normal dan digabung dengan Piramida Terbalik Kubus
menimbulkan efek yang sangat bagus bagi pembaca, yaitu mengetahui cerita
tentang asap akibat kebakaran kebun sawit dan akasia yang menimbulkan
bencana bagi warga Riau.
 

Unknown

Phasellus facilisis convallis metus, ut imperdiet augue auctor nec. Duis at velit id augue lobortis porta. Sed varius, enim accumsan aliquam tincidunt, tortor urna vulputate quam, eget finibus urna est in augue.