Che Guevara (1965)
Artikel
ini di tulis dalam bentuk sebuah surat yang ditujukan kepada Carlos Quijano,
editor Marcha, majalah mingguan independen yang radikal di Montevideo, Uruguay.
Guevara menulisnya saat dalam perjalanan ke luar negeri selama tiga bulan, saat
mana ia berpidato di sidang umum perserikatan bangsa-bangsa dan mengunjungi
sejumlah negara di Afrika. Artikel ini dipublikasikan, pada tanggal 12 Maret
1965 di majalah Marcha, dan tanggal 11 April 1965 di majalah Verde Olivo.
Kawan
tercinta:
Meskipun terlambat, saya tetap berusaha menyelesaikan catatan ini dalam rangkaian perjalanan saya ke Afrika, dengan harapan bisa memenuhi janji saya. Saya akan menuliskan tema yang dinyatakan oleh judul di atas. Saya kira, itu menarik bagi para pembac a di Uruguay.
Meskipun terlambat, saya tetap berusaha menyelesaikan catatan ini dalam rangkaian perjalanan saya ke Afrika, dengan harapan bisa memenuhi janji saya. Saya akan menuliskan tema yang dinyatakan oleh judul di atas. Saya kira, itu menarik bagi para pembac a di Uruguay.
Pendapat
umum yang dilontarkan dari mulut juru bicara kaum kapitalis, dalam rangka
perang ideologi menentang sosialisme, yakni bahwasanya sosialisme, atau periode
pembangunan sosialisme seperti yang sedang kami laksanakan di Kuba
ini, ditunjukkan oleh, penghapusan individu atas nama negara. Saya tidak akan
berusaha menolak pendapat tersebut semata-mata berdasarkan argumen teoritik,
melainkan dengan menunjukkan fakta-fakta sebagaimana adanya di kuba dan
selanjutnya memberi tambahan komentar umum. Ijinkanlah sekarang saya memaparkan
sejarah perjuangan revolusioner kami sebelum dan sesudah berhasil merebut
kekuasaan.
Sebagaimana
telah diketahui, tanggal tepatnya dimulainya perjuangan revolusioner --yang
mencapai puncaknya pada 1 Januari 1959--adalah tanggal 26 Juli 1953. Sebuah
kelompok yang dipimpin oleh Fidel Castro menyerang barak Moncada di Propinsi
Oriente pada pagi hari tanggal tersebut. Serangan itu gagal, kegagalan itu
menjadi sebuah malapetaka; dan mereka yang hidup dijebloskan ke dalam penjara,
dan memulai kembali perjuangan revolusioner setelah mereka dibebaskan melalui
sebuah amnesti.
Dalam
proses ini, dimana yang ada baru berupa benih sosialisme, manusia merupakan
faktor fundamental. Kita meletakkan kepercayaan kita padanya--individual, khas,
dengan nama pertama dan akhirnya--dan kemenangan atau kegagalan missi
yang dipercayakan padanya bergantung pada kapasitasnya untuk aksi.
Selanjutnya
tibalah tahap perjuangan gerilya. Perjuangan ini berkembang dalam dua
lingkungan yang berbeda: rakyat, massa yang masih tertidur yang harus
dimobilisasi; dan pelopornya, gerilyawan, kekuatan motor mobilisasi,
pembangkit kesadaran revolusioner dan antusiasme militan. Pelopor ini
merupakan agen katalisator yang membangkitkan kondisi subyektif yang diperlukan
untuk memperoleh kemenangan.
Di
sini sekali lagi, dalam kerangka proletarisasi pemikiran kami, dari revolusi
yang berlangsung dalam kebiasaan-kebiasaan dan pikiran-pikiran kami, individu
merupakan faktor pokok. Setiap seorang pejuang dari Sierra Maestra yang
mencapai jenjang atas dalam barisan kekuatan revolusioner memiliki rekor
tindakan yang luar biasa. Mereka memperoleh jenjang tersebut atas dasar
tindakannya itu. Inilah periode kepahlawanan pertama, dan di situ mereka harus
memikul tanggung jawabnya yang amat berat, untuk tugas-tugas yang amat
berbahaya, dengan tiada kepuasan lain daripada berhasil memenuhi kewajiban yang
dibebankan padanya itu.
Dalam
pekerjaan pendidikan revolusioner, kami seringkali kembali ke tema-tema yang
mengandung pelajaran seperti ini. Sikap pejuang kami diarahkan sebagai manusia
masa depan.
Pada
bagian sejarah kami yang lain tindakan dedikasi total pada perjuangan revolusioner
terus-menerus diulang. Selama krisis Oktober dan saat Hurricane Florakami
menyaksikan tindakan keberanian dan pengorbanan luar biasa yang ditunjukkan
oleh seluruh rakyat. Penemuan metoda melestarikan sikap kepahlawanan ini dalam
kehidupan sehari-hari, dari sudut pandang ideologis, merupakan salah satu tugas
fundamental kami.
Pada
bulan Januari 1959, pemerintahan revolusioner didirikan dengan keikutsertaan
berbagai anggota dari kaum borjuis pengkhianat. Keberadaan Tentara Pemberontak
(selanjutnya diubah menjadi kekuatan bersenjata Revolusioner setelah
kemenangan revolusi 1959, pent) sebagai faktor mendasar dari
kekuatan yang mengawal revolusi.
Kontradiksi
serius mulai berkembang. Kontradiksi utama, pada bulan Februari 1959,
diselesaikan ketika Fidel Castro memegang kepemimpinan pemerintahan, mengambil
pos perdana menteri. Proses ini mencapai puncaknya pada bulan Juli tahun yang
sama dengan mundurnya Presiden Urrutia karena tekanan massa.
Dalam
sejarah revolusi Kuba nampak jelas karakternya, watak aslinya, yang secara
sistematik berulang-ulang tampil: massa
Proses
yang bersegi jamak ini bukan, sebagaimana dianggap, jumlah dari elemen-elemen
dari tipe yang sama,layaknya sekumpulan domba,lebih-lebih lagi, disusutkan
menjadi jenis tipe sistem yang dipaksakan dari atas. Benar adanya bahwa ia
mengikuti para pemimpinannya, terutama Fidel Castro, tanpa keraguan. Namun
tingkat dimana para pemimpin itu memperoleh kepercayaan sesungguhnya hasil dari
ketepatan mereka menginterpretasikan keinginan dan aspirasi rakyat dalam arti
utuh, dan dari perjuangan tulus untuk memenuhi janji yang dibuatnya.
Massa
berpartisipasi dalam reformasi agraria dan dalam tugas sulit mengelola
perusahaan-perusahaan negara; yang juga ditunjukkan melalui pengalaman Playa
Giron yang heroik itu, peperangan melawan kelompok-kelompok bandit yang
dipersenjatai oleh CIA; berpartisipasi melalui salah satu keputusan yang amat
penting di jaman moderen selama krisis Oktober; dan saat ini berlanjut terus
bekerja demi membangun sosialisme.
Dipandang
dari luar, nampaknya mereka yang mengatakan tentang adanya subordinasi individu
di bawah negara bisa benar. Massa melakukan tugas-tugas itu dengan antusiame
yang tak ada bandingannya dan menjalankan tugas yang digariskan oleh
pemerintah, apakah itu di bidang ekonomi, kebudayaan, pertahanan, olah raga,
dsb.
Inisiatif
muncul dari Fidel atau dari komandan tinggi revolusioner dan dijelaskan kepada
rakyat, yang menjadikannya sebagai miliknya. Dalam beberapa kasus, partai dan
pemerintah mengambil pengalaman lokal dan menggeneralisasikannya, dengan
mengikuti prosedur sama.
Meski
begitu, negara kadang-kadang membuat kesalahan. Pada saat terjadi kesalahan,
yaitu nampak dari menurunnya antusiasme kolektif dikarenakan efek penurunan
kuantitatif pada masing-masing elemen yang menyusun massa. Kerja menjadi lumpuh
hingga mencapai penyusutan jumlah ke tingkat yang tak memadai. Saatnya harus
segera membuat koreksi. Ini terjadi pada bulan Maret 1962, sebagai hasil dari
kebijaksanaan sektarian yang dipaksakan pada partai oleh Anibal Escalante.
Nyata
bahwa mekanisme ini tidak cukup menjamin bagi suksesi tindakan yang bijaksana.
Hubungan yang lebih berstruktur dengan massa amat dibutuhkan, dan kami harus
memperbaikinya di tahun-tahun selanjutnya. Selain inisiatif yang muncul dari
jajaran atas pemerintahan yang telah lakukan, kami sekarang ini menggunakan
metoda intuitif yang muncul dari reaksi umum atas problem-problem besar yang
kami hadapi.
Dalam
hal inilah Fidel seorang pemimpin. Cara khasnya dalam menyatukan dirinya dengan
rakyat dapat ditangkap hanya dengan melihatnya dalam tindakan. Dalam rapat umum
raksasa seseorang dapat mengamatinya bagai dialog antara dua garpu penala yang
saling bergetar menghasilkan suara baru. Fidel dan massa mulai bergetar bersama
dalam sebuah dialog yang intensitasnya makin tumbuh hingga mencapai klimaks
dalam sebuah muara jeritan perjuangan dan kemenangan.
Sesuatu
yang sulit dipahami bagi seseorang yang tidak hidup melalui pengalaman revolusi
adalah keeratan dialektika antara individu dan massa,dimana massa, sebagai
kumpulan individu, saling berinterkoneksi dengan para pemimpinnya.
Beberapa
fenomena seperti ini memang kisa juga dilihat di bahwa kapitalisme, ketika para
politisi nampak mampu memobilisasi opini umum, namun hal itu bukan sebagai
gerakan sosial murni (jika benar-benar murni, maka tidak sepenuhnya benar
mengatakan mereka sebagai kapitalis). Gerakan ini hanya mampu bertahan,
jika orang yang itu mampu terus menjadi ispirasi bagi mereka, atau akan
bertahan selama kekasaran masyarakat kapitalis terus-menerus menciptakan illusi
terhadap rakyat.
Dalam
masyarakat kapitalis, manusia dikontrol oleh hukum tanpa belas kasihan yang
berada di luar jangkauannya. Makhluk manusia teralienasi dan diikat menjadi
sebuah masyarakat oleh sebuah jaringan korda: hukum nilai. Hukum
yang berlaku atas seluruh aspek kehidupannya, yang membentuk perjalanan dan
nasibnya.
Hukum
kapitalisme, yang mengelabui dan tak nampak bagi orang kebanyakan, berlaku atas
individu tanpa ia menyadarinya. Ia hanya melihat keluasan horison tanpa batas
di hadapannya. Inilah betapa hal itu dilukiskan oleh kaum propagandis kapitalis
yang mengaku menarik pelajaran dari contoh semacam Rockeffeler --apakah benar
atau tidak-- tentang kemungkinan meraih keberhasilan.
Tumpukan
kemiskinan dan penderitaan yang dipersyaratkan bagi kemunculan seorang
Rockeffeler, dan tumpukan kebejatan yang dikandung dalam kekayaan seperti itu,
digelapkan oleh lukisan tersebut, dan tidak selalu mungkin bagi kekuatan rakyat
untuk melihat secara jernih konsep-konsep hukum kapitalisme ini.
(Sebuah
diskusi tentang bagaimana buruh di negara imperialis secara gradual kehilangan
semangat internasionalisme kelas pekerjanya disebabkan hingga tingkat tertentu
oleh eksploitasi terhadap negara dunia ketiga, dan pada saat yang sama bagaimana
melemahnya semangat perjuangan massa di negara imperialis, bisa dikaji di sini,
namun tema itu di luar sasaran pokok tulisan ini.)
Dalam
kasus apapun jalan menuju kesuksesan di masyarakat kapitalis digambarkan
sebagai perjuangan dengan resiko--resiko dimana, diperlihatkan, seorang
individu dengan kualitas yang baik sajalah yang dapat menghadapinya. Hadiah
nampak ada di kejauhan; dan jalan untuk mencapainya penuh kesepian. Maka
selanjutnya, yang berlangsung adalah persaingan diantara serigala-serigala; pemenangnya
akan muncul dengan ongkos kegagalan lainnya.
Sekarang
saya akan mencoba mendefinisikan individu, aktor dalam drama yang sedang
bergerak dan aneh dari pembangunan sosialisme ini, dalam keberadaan gandanya
sebagai manusia unik dan sekaligus anggota dari masyarakat.
Saya
pikir tempat memulainya adalah memahami kualitas ketidaklengkapannya, sebagai
produk yang belum selesai. Sisa masa lampau dibawanya hingga saat kini dalam
kesadaran individu, dan sebuah kerja yang terus menerus diperlukan untuk mengikis
sisa-sisa itu. Proses ini berlangsung dalam dua sisi. Di satu sisi masyarakat
bertindak melalui pendidikan langsung dan tak langsung; di sisi lain, individu
menyarankan diri bagi proses pendidikan sadar diri.
Masyarakat
baru yang terbentuk harus bersaing secara gigih dengan masa lalu. Masa lampau
tertanam bukan hanya dalam kesadaran individu--dimana sisa sebuah pendidikan
yang secara sistematik diorientasikan ke arah pemisahan individu masih sarat
dikandung--namun juga melalui watak dasar dari transisi itu dimana hubungan
komoditi masih bertahan. Komoditi merupakan sel ekonomi masyaraiat kapitalis.
Selama ia masih ada, efeknya akan menyusup dalam organisasi produksi dan,
konsekuensinya, ke dalam kesadaran.
Marx
memaparkan periode transisi sebagai hasil dari ledakan transformasi dari sistem
kapitalis yang dihancurkan oleh kontradiksinya sendiri. Namun, dalam kenyataan
sejarah, kita menyaksikan bahwa beberapa negara yang ikatan dahannya dengan
pohon imperialisme lemah akan lepas pertama kali --sebuah fenomena yang
diramalkan oleh Lenin.
Di
negara-negara itu kapitalisme telah berkembang secara cukup untuk menciptakan
efek yang dirasakan oleh rakyat dengan satu atau lain cara; namun bukannya
kontradiksi internal kapitalismelah yang menyeburkan semua kemungkinan,
menyebabkan sistem pecah. Perjuangan untuk membebaskan diri dari penindas
asing, kesengsaraan yang disebabkan oleh kejadian eksternal seperti
peperangan,yang memberikan konsekuensi kelas-kelas diuntungkan menyokong
kelas-kelas terhisap. gerakan pembebasan yang bertujuan menggulingkan rejim
neokolonialis--inilah faktor jamak dalam melepaskan jenis eksploitasi seperti
ini. Tindakan sadar bekerja sepenuhnya.
Sebuah
pendidikan lengkap bagi kerja sosial masih belum berlangsung di negara-negara
yang baru membebaskan diri dari neokolonialisme itu, dan kemakmuran masih jauh
dari jangkauan massa melalui proses penyerapan yang sederhana. Di satu sisi,
keterbelakangan, dan biasanya larinya modal ke luar negeri, di sisi lain,
transisi yang cepat tanpa pengorbanan adalah mustahi. Jalan untuk membangun
basis ekonomi, dan godaan untuk sekedar tunduk pada kepentingan material
sebagai ukuran kemajuan pembangunan masih teramat besar.
Ada
bahaya bahwa hutan tak akan nampak karena pohon-pohon. Impian, bahwa sosialisme
dapat dicapai dengan bantuan dari peralatan tumpul yang ditinggalkan kepada
kita oleh kapitalisme (komoditi sebagai sel ekonomi, laba, kepentingan materi
individu sebagai ukuran, dsb.) dapat mengarahkan pada sebuah persekutuan
buta.
Dan
kau akan dipusingkan di sana setelah melalui perjalanan panjang dengan banyak
persimpangan, dan sulit untuk keluar dari jalan yang salah. Sementara itu,
fondasi ekonomi yang telah diletakkan telah bekerja merongrong perkembangan
kesadaran. Untuk membangun komunisme adalah perlu, secara simultan dengan
landasan material baru, membangun manusia baru.
Itulah
sebabnya amat penting memilih instrumen yang tepat untuk memobilisasi massa.
Pada dasarnya, instrumen itu harus berkarakter moral, tanpa mengabaikan,
bagaimanapun juga, penggunaan secara tepat insentif materi--khususnya yang
berkarakter sosial.
Sebagaimana
telah saya katakan, di saat-saat ada resiko besar adalah mudah untuk menggalang
tanggapan kuat bagi rangsangan moral; Untuk memperkuat efeknya, bagaimanapun
juga, mempersyaratkan perkembangan sebuah kesadaran dimana ada skala nilai
baru. Masyarakat secara keseluruhan harus dibalikkan menjadi sebuah sekolah
raksasa.
Dalam
pemaparan ringkas fenomena ini, adalah sama seperti proses dimana kesadaran
kapitalis terbentuk dalam periode awalnya. Kapitalisme menggunakan kekuatan
tapi justru itu mendidik orang akan sistem tersebut. Propaganda langsung
dilakukan dengan menjelaskan keniscayaan masyarakat kelas, apakah melalui teori
asal-usul takdir atau teori mekanika hukum alam.
Pendidikan
ini membodohi massa, karena mereka memandang dirinya sebagai makhluk yang
ditindas oleh sebuah kekuatan jahat dimana mereka tidak mungkin
menentangnya.Datanglah saatnya harapan baru untuk memperbaikinya--dan hal ini,
kapitalisme berbeda dari sistem kasta yang paling awal, dimana tak ada jalan
keluar yang ditawarkan.
Bagi
beberapa orang, prinsip sistem kasta akan tetap memberi efek: hadiah bagi yang
taat akan diterima setelah kematian di dunia lain dimana, menurut keyakinan
lama, orang baik akan diberi hadiah. Bagi orang lain ada inovasi ini: pembagian
kelas ditentukan oleh takdir, namun individu dapat bangkit keluar dari kelasnya
melalui kerja, inisiatif, dsb.
Kedua
ideologi ini dan mitos tentang manusia individu membentuk dirinya sendiri,
jelas-jelas merupakan kebohongan: ia sudah menunjukkan dirinya, bahwa sebuah
kebohongan akan adanya klas permanen adalah kebenaran.
Dalam
kasus kami, pendidikan langsung memperoleh perhatian amat besar. Penjelasannya
meyakinkan karena ia benar adanya; tak ada dalih yang dibutuhkan untuknya. Ia
dilakukan oleh aparat pendidikan negara sebagai fungsi umum, teknik, pendidikan
ideologis melalui agen-agen seperti Menteri Pendidikan dan aparat
informasi partai.
Pendidikan
diselenggarakan diantara massa dan pembentukan sikap baru diarahkan untuk
menjadi sebuah kebiasaan. Massa terus-menerus membuat hal itu menjadi miliknya
dan mempengaruhi lainnya yang belum mendidik diri. Inilah bentuk pendidikan tak
langsung oleh massa, sebuah kekuatan lain.
Tapi
proses seperti ini harus dengan kesadaran; individu secara kontinyu merasakan
impak dari kekuatan sosial baru dan memandang bahwa ia melakukannya bukan
semata-mata dikehendaki oleh patokannya. Di bawah tekanan pendidikan tak
langsung ia mencoba menyesuaikan diri dengan situasi yang ia rasa benar dan
jika ia kurang berkembang ia akan terhambat dari pencapaian secara murni. Maka
Ia mendidik dirinya.
Dalam
periode pembangunan sosialisme ini kita dapat melihat lahirnya manusia baru.
Citranya belum sepenuhya rampung--dan tidak akan pernah rampung, karena proses
ini akan terus berlangsung dari generasi ke generasi sesuai perkembangan
bentuk-bentuk ekonomi baru.
Di
samping itu, mereka yang kurang terdidik akan memilih jalan sendirian dalam
mencapai pemenuhan ambisi-ambisi pribadinya mereka ini ada--bahkan di dalam
panorama baru dari kesatuan derap langkah ke depan--mereka yang memiliki
kecenderungan berjalan memisahkan diri dari massa yang menyertainya. Namun,
yang penting adalah bahwa setiap hari orang memperoleh lebih banyak kesadaran
akan kebutuhan untuk senantiasa beriringan di dalam masyarakat dan, pada saat yang
sama, pentingnya berperan sebagai motor masyarakat itu.
Mereka
tidak lagi sepenuhnya sendirian dan kehilangan petunjuk mencapai aspirasi di
kejauhan. Mereka mengikuti pelopornya, yang terdiri dari partai, buruh-buruh
yang sudah maju, manusia-manusia maju yang berjalan dalam kesatuan dengan massa
dan dalam kerukunan yang erat dengan mereka. Pelopor mengarahkan pandangannya
ke masa depan, namun bukan pandangan dari individu. Buahnya adalah sebuah
masyarakat baru dimana manusia tidak akan memiliki perbedaan derajat:
masyarakat manusia komunis.
Jalan
ke arah sana panjang dan penuh kesulitan. Ada kalanya kita kehilangan arah dan
harus kembali; Di saat lain kita terlalu cepat dan terpisah dari massa.
Kadang-kadang kita terlampau lamban dan merasa hanya berjalan ditempat saja.
Dalam semangat kita sebagai revolusioner kita mencoba bergerak maju secepatnya,
membersihkan jalan. Namun kita tahu kita harus memelihara diri kita agar dekat
terus dengan massa dan hal itu dapat dicapai lebih cepat hanya bilamana kita mengilhaminya
dari contoh-contoh yang kita berikan.
Meski
betapa penting adanya stimuli moral, kenyataan masih adanya pembagian ke dalam
dua kelompok utama (tentu saja, di luar kaum minoritas yang karena satu dan
lain alasan tidak berpartisipasi dalam pembangunan sosialisme) menunjukkan
jarak relatif dari perkembangan kesadaran sosial.
Kelompok
pelopor secara ideologis lebih maju dari massa; massa memahami nilai-nilai
baru, tapi tidak secara memadai. Sementara pelopor sudah ada perubahan
kualitatif yang memungkinkannya membuat pengorbanan sesuai kapasitasnya sebagai
pelopor yang maju, massa hanya melihat sebagai gambar dan masih harus diberi
rangsangan dan didorong terus hingga mencapai intensitas tertentu. Di sinilah
kediktatoran proletariat bekerja, bukan hanya mendidik kelas yang telah
dikalahkan (burjuis) tetapi juga individu-individu dari kelas yang menang
(proletariat dan kelas tertindas lainnya).
Semua
itu berarti bahwa keberhasilan menyeluruh dari serangkaian mekanisme dari
lembaga-lembaga revolusioner, dibutuhkan. Sejalan dengan citra derap langkah
maju ke masa depan menghasilkan konsep institusionalisasi sebagai sebuah
keselarasan seperangkat saluran, langkah, pengendalian, dan minyak pelumas
mekanisme yang memudahkan langkah maju, yang memfasilitasi seleksi alam dari
mereka yang melangkah menuju masa depan bersama pelopor, dan pemberian hadiah
bagi mereka yang memenuhi kewajiban dan hukuman bagi mereka yang melakukan
kejahatan menentang masyarakat yang sedang dibangun.
Institusionalisasi
revolusi itu masih belum tercapai. Kita mencari sesuatu yang baru yang
memperlancar identifikasi total diantara pemerintah dan komunitas secara
keseluruhan, sesuatu yang layak untuk kondisi khusus dalam pembangunan
sosialisme; sementara itu menghindarkan dengan sungguh-sungguh untuk
mencangkokkan demokrasi burjuis--seperti dewan legislatif, misalnya--ke dalam
masyarakat yang sedang dalam pembentukan.
Beberapa
eksperimen yang ditujukan untuk pelembagaan secara gradual dari revolusi telah
dilakukan, namun tanpa grusa-grusu. Pengereman masih harus sering dilakukan;
jika tidak, maka akan nampak formalitas yang bisa memisahkan kita dari massa
dan dari individu, yang akan membuat kita kehilangan pandangan pokok dan
aspirasi revolusioner yang paling penting: menemukan manusia terbebaskan dari
keterasingannya.
Meskipun
kekurangan institusi, yang harus diatasi secara gradual, massa sekarang sedang
membuat sejarah sebagai kumpulan individu berkesadaran yang berjuang demi
tujuan yang sama. Manusia di bawah sosialisme, meskipun penampakannya
distandarisasi, jauh lebih lengkap. Meskipun kekurangan mekanisme sempurna
untuk itu, peluangnya untuk mengekspresikan dirinya dan membuat dirinya merasa
dalam organisme sosial jauh lebih besar.
Ini
masih perlu untuk memperdalam kesadaran partisipasinya, individu dan kolektif,
di semua mekanisme manajemen dan produksi, dan untuk mengikatkan hal ini dengan
ide kebutuhan terhadap teknik dan pendidikan ideologis, sehingga ia melihat
bagaimana saling keterkaitan proses-proses itu dan bagaimana kemajuan mereka
adalah paralel. Dalam cara ini ia akan mencapai kesadaran total makhluk
sosialnya, yang ekivalen untuk realisasi penuhnya sebagai makhluk manusia, dan
pada saat itu rantai keterasingan telah diputuskan.
Ini
harus diterjemahkan secara kongkret melalui kerja bebas dan ekspresi dari
kondisi kemanusiaannya sendiri melalui kebudayaan dan seni.
Untuk
itu, kerja harus memperoleh sebuah kedudukan baru. Manusia sebagai sebuah
komoditi harus diakhiri, dan sebuah sistem perlu dijalankan yang menetapkan
sistem kuota sebagai bentuk pemenuhan kewajiban sosialnya. Alat produksi
dimiliki masyarakat, dan mesin hanyalah saluran melalui mana kewajiban
dipenuhi. Manusia mulai melepaskan pikiran yang mengganggu: kenyataan bahwa
kerja dibutuhkan untuk memuaskan kebutuhan hewaninya.
Ia
mulai memandang dirinya tercermin dalam kerjanya dan memahami kedudukan
penuhnya sebagai makhluk manusia melalui obyek yang diciptakan, melalui kerja
yang diselesaikan. Kerja bukan lagi menuntut penyerahan sebagian dari
kemanusiannya dalam bentuk tenaga kerja yang harus dijual, yang mana
bukan lagi menjadi miliknya, melainkan merepresentasikan pengungkapan dirinya
ke luar, sebuah sumbangan bagi kehidupan bersama dimana ia diwakili di situ,
sebuah pemenuhan kewajiban sosialnya.
Kita
melakukan segala sesuatu yang mungkin untuk memberikan kerja sebuah status baru
berupa kewajiban sosial dan mengkaitkannya di satu sisi dengan perkembangan
teknologi. yang akan menciptakan kondisi bagi kebebasan yang lebih besar, dan
di sisi lain dengan kerja sukarela berdasarkan pengertian Marxist bahwa manusia
akan mencapai kondisi kemanusiaannya secara sejati bilamana ia berproduksi
tanpa dipaksa oleh desakan kebutuhan fisiknya dimana ia harus menjual dirinya
sebagai komoditi.
Tentu
saja, masih ada faktor lain bahkan ketika kerja merupakan kerja sukarela.
Manusia belum mentransformasikan faktor paksaan yang melingkupi dirinya ke
dalam refleks-refleks terkondisi dari sebuah watak sosial, dan dalam beberapa
kasus ia masih berproduksi di bawah tekanan lingkungan. (Fidel menyebutnya
tekanan moral.)
Ia
masih harus menderita untuk melengkapkan kelahiran kembali semangat terhadap
kerjanya,ter bebaskan dari tekanan langsung lingkungan sosialnya, walaupun
mengkaitkannya melalui kebiasaan-kebiasaan barunya. Dengan demikianlah akan
terbentuk komunisme.
Perubahan
kesadaran tidak berlangsung secara otomatis sebagaimana halnya ekonomi tidak
berubah secara otomatis. Perubahannya perlahan dan tidak ritmis, ada periode
kemajuan (akselerasi) kadang amat lamban, dan bahkan mengalami kemunduran.
Lebih
lanjut kita musti ingat, sebagaimana saya nyatakan sebelumnya, bahwa kita tidak
membahas periode transisi belaka, sebagaimana telah Marx nyatakan dalam "Critique
of the Gotha Program" nya, namun lebih berkenaan dengan sebuah
fase baru yang tidak diramalkannya: sebuah periode awal transisi menuju
komunisme, atau periode pembangunan sosialisme. Periode yang kita bicarakan ini
berlangsung di tengah-tengah perjuangan kelas dengan kekerasan, dan dengan
elemen-elemen kapitalisme di dalamnya yang mengaburkan pemahaman esensinya.
Bilamana
kita menambahkan di sini skolastikisme yang hendak melacak ke belaiang
perkembangan filsafat Marxist dan mendesakkan perlakuan sistematik dari periode
transisi, dimana ekonomi politik belum berkembanq, kita musti menerima bahwa
kita masih dangkal dan perlu mencurahkan diri untuk menggali semua
karakteristik prinsipiil dari periode tersebut sebelum mengelaborasi sebuah
teori politik dan ekonomi dalam ruang lingkup yang lebih besar.
Menghasilkan
teori akan, tak ragu lagi, menempatkan tekanan besar pada dua pilar konstruksi
sosialisme: pendidikan manusia baru dan perkembangan teknologi. Banyak yang
masih harus dikerjakan dalam dua hal ini, dan kelambatan dalam konsep teknologi
sebagai landasan ekonomi harus segera dikejar meskipun jalan ke arah itu sudah
dibuka sebelumnya oleh negara-negara yang lebih maju. Itulah sebabnya mengapa
Fidel dengan lantang menyerukan pentingnya pendidikan teknologi dan ilmu
pengetahuan bagi rakyat kami dan khususnya para pelopornya.
Dalam
bidang ide yang tidak mengarah pada aktivitas yang mencakup pelibatan produksi,
lebih mudah melihat pembagian antara kebutuhan spiritual dan material. Sudah
sekian lamanya manusia berusaha membebaskan dirinya dari keterasingan melalui
kebudayaan dan seni. Sementara itu ia mati setiap hari selama delapan jam atau
lebih karena ia berfungsi sebagai komoditi, ia berusaha menghidupkan dirinya
kembali melalui kreasi spiritualnya.
Namun
obat ini melahirkan kuman penyakit yang sama pula: ia merupakan individu
tersendiri yang mencari keselarasan dengan lingkungannya. Ia mempertahankan
individualitasnya yang ditindas dan bereaksi pada ide-ide estetika sebagai
makluk unik yang aspirasinya tetap tak ternoda(untarnished.
Itu
tidak lebih dari usaha melarikan diri. Hukum nilai bukan lagi sebuah refleksi
hubungan produksi yang sederhana: Monopoli kapitalis--bahkan dengan menggunakan
metoda empiris murni-- mengepung seni tersebut dengan jaring yang ruwet yang
membuatnya menjadi sekedar alat belaka. Superstruktur menuntut sejenis seni
dimana artis harus dididik di dalamnya. Pemberontak ditundukkan oleh mesin, dan
hanya bakat-bakat pengecualian saja yang bisa menciptakan karyanya sendiri.
Sebagian besar lainnya menjadi orang sewaan yang malu-malu atau akan
dihancurkan.
Sekolah
"kebebasan" artistik diciptakan, namun nilainya terbatas hingga kita
berbenturan dengannya--dengan kata lain, hingga problem riil manusia dan
keterasingannya muncul. Kegusaran yang tak karuan juntrungannya atau
hiburan-hiburan vulgar menjadi katup pengaman bagi kegelisahan manusia. Ide
tentang penggunaan seni sebagai senjata protes mulai diperjuangkan.
Mereka
yang bermain sesuai dengan aturan yang ada ditaburi dengan
penghargaan-penghargaan-- seperti halnya seekor kera yang bisa menari. Kondisi
yang diciptakan (impose) adalah bahwa seseorang tidak bisa menghindar dari
sangkar yang tidak nyata itu.
Ketika
revolusi mengambil kekuasaan, banyak terjadi eksodus dari mereka yang selama
ini tidak pernah patuh sepenuhnya pada aturan main yang ada; sebagian besar
--apakah mereka kaum revolusioner atau bukan-- melihat ada jalan baru yang
terbentang. Penggalian artistik mengalami impuls baru. Jalan, bagaimanapun
juga, kurang lebih telah diletakkan, dan konsep eskapis menyembunyikan dirinya
dibalik kata 'kebebasan'. Sikap ini seringkali ditemukan bahkan diantara kaum
revolusioner sendiri, sebagai sebuah refleksi idealisme burjuis di dalam
kesadaran mereka.
Di
negara-negara yang melangkah melalui proses yang serupa, ada yang berusaha
memerangi kecenderungan ini dengan dogmatisme yang berlebih-lebihan. Kebudayaan
umum sebetulnya sebuah tabu, dan puncak aspirasi kebudayaan disebut gambaran
alam secara formal. Reprentasi ini ditransformasikan menjadi sebuah
representasi mekanis dari kenyataan sosial yang ingin mereka tunjukkan:
masyarakat ideal, hampir tanpa konflik atau kontradiksi, dimana mereka berusaha
ciptakan.
Sosialisme
masih muda dan memiliki banyak kesalahan. Kami kaum revolusioner sering
kekurangan pengetahuan dan keberanian intelektual yang dibutuhkan untuk
memenuhi tugas membangun manusia baru dengan metoda baru yang berbeda dengan
metoda konvensional dan metoda-metoda konvensional korban dari pengaruh
masyarakat yang menciptakannya.
(Sekali
lagi tema hubungan antara bentuk dan isi kemanusiaan.)
Disorientasi
meluas dan kami disibukkan oleh masalah-masalah konstruksi material. Tak ada
seniman (artists) dengan otoritas besar yang pada saat bersamaan memiliki
otoritas revolusioner besar. Anggota Partai harus mengambil tugas ini dan
berusaha mencapai tujuan utama, mendidik rakyat.
Apa
yang diusahakan selanjutnya adalah penyederhanaan. Sesuatu yang dapat dipahami
oleh setiap orang, sesuatu yang dapat dipahami para fungsionaris.
Penggalian artistik murni diakhiri, dan masalah kebudayaan umum disusutkan
untuk mengambil beberapa hal dari kehadiran sosialis dan beberapa lainnya dari
masa lampau yang telah mati (karena itu, tidak berbahaya). Jadi realisme
sosialis muncul atas dasar seni abad lampau.
Namun
seni realistik abad ke sembilan belas juga memiliki watak kelas, mungkin
kapitalis yang lebih murni daripada seni dekaden abad-ke dua puluh ini yang
menampilkan kegusaran manusia terasing. Dalam bidang kebudayaan, kapitalisme
telah memberikan semua yang harus ia berikan, dan tak ada yang tersisa kecuali
bau busuk bangkainya, dekadensi seni-nya dewasa ini.
Namun
mengapa berusaha menemukan hanya resep-resep handal dalam bentuk-bentuk
Realisme Sosialis yang telah beku? Kita tidak dapat memamerkan 'kebebasan'
realisme sosialis, karena ia belum ada dan tidak akan ada hingga perkembangan
penuh dari masyarakat baru. Namun kita tidak dapat, dari penghitungan seluruh
beaya realisme, menghujat semua bentuk seni sejak paruh pertama abad ke
sembilan belas, karena kita akan jatuh ke dalam kesalahan kembali ke masa
lampau ala Proudhon, dengan menutup ekspresi artistik dari manusia yang sedang
lahir dalam proses pembentukan diri.
Apa
yang dibutuhkan adalah pengembangan sebuah mekanisme kebudayaan-ideologis yang
mengijinkan baik penggalian bebas dan pembersihan rumput-rumput liar yang
sedimikian mudahnya tumbuh di atas tanah yang telah dipupuk oleh tunjangan
negara.
Di
negeri kami kekeliruan realisme mekanis tidak nampak, tetapi lebih nampak
lawannya. Dan hal tersebut demikian karena kebutuhan untuk menciptakan
pembentukan manusia baru belum dipahami, manusia baru yang bukan menggambarkan
ide abad ke sembilan belas maupun ide abad kita yang dekaden dan tak sehat ini.
Apa
yang harus kita ciptakan adalah manusia abad ke dua puluh satu, walaupun ini masih
aspirasi subyektif, belum disistematisasikan. Sesungguhnya inilah salah satu
sasaran fundamental studi dan pekerjaan kita. Untuk tingkat keberhasilan
konkret yang kita capai pada perencanaan teoritik--atau, sebaliknya, pada
tingkat kesimpulan teoritik yang kita tarik dari karakter luas atas dasar riset
kongkret kita --kita pasti akan membuat sumbangan bernilai bagi
Marxisme-Leninisme, demi kemanusiaan.
Dengan
bereaksi menentang manusia abad ke sembilan belas kita masuk ke dalam dekadensi
abad ke dua puluh; itu bukanlah kesalahan telak, namun kita harus mengikisnya
agar kita tidak terperosok ke dalam revisionisme.
Penumpukan
terus berkembang; ide baru memperoleh momentum bagus di dalam masyarakat.
Peluang-peluang material bagi perkembangan kesatuan seluruh anggota masyarakat
membuat tugas membuahkan lebih banyak buahnya. Masa kini adalah masa
perjuangan; masa depan merupakan milik kita.
Ringkasannya,
kesalahan kebanyakan artis dan intelektual kita terletak dalam dosa asal
mereka: mereka bukan revolusioner sejati. Kita bisa saja menggosok-gosok pohon
elm hingga menghasilkan pohon pears, namun pada saat yang sama kita musti
menanam pohon pear. Generasi baru akan lahir terbebas dari dosa asal.
Kemungkinan-kemungkinan bahwa seniman-seniman besar akan muncul harus lebih
besar lagi hingga ke tingkat dimana bidang kebudayaan dan
kemungkinan-kemungkinan untuk ekspresi diperluas.
Tugas
kita adalah menjaga generasi sekarang, diguncang oleh konflik-konfliknya, dari
kemurtadan dan dari pembelotan generasi baru. kita tidak hendak menciptakan
hamba-hamba pikiran resmi yang dungu, atau 'siswa-siswa bea-siswa' yanq hidup
atas beaya negara --mempraktekkan " kebebasan" yang mengekor saja.
Kaum revolusioner masa depan akan menyanyikan lagu manusia baru dengan suara
murni dari rakyat. Ini merupakan proses yang membutuhkan waktu.
Dalam
masyarakat kami, kaum-muda dan Partai memainkan peran besar.
Kaum
muda penting karena ia merupakan tanah liat yang lentur dan mudah dibentuk-dari
mana manusia baru dapat dibangun tanpa ada bekas-bekas lama. Kaum muda dapat
dibentuk sesuai dengan aspirasi-aspirasi kami. Pendidikan mereka setiap hari
semakin lengkap, dan kami tidak mengabaikan integrasi kami ke dalam kerja sejak
awal. Mahasiswa-mahasiswa beasiswa kami melakukan kerja fisik selama musim
libur mereka atau selama waktu belajar mereka. Dalam beberapa kasus kerja
merupakan hadiah, cara pendidikan lain, namun ia tidak pernah merupakan
hukuman. Sebuah generasi baru sedang dilahirkan.
Partai
merupakan organisasi pelopor. la terdiri dari buruh buruh yang terbaik, yang
pengajuan keanggotaannya dilakukan oleh kawan-kawan sekerjanya. Partai adalah
golongan minoritas, namun memiliki otoritas yang besar karena kualitas
kadernya. Aspirasi kami adalah bahwa partai menjadi sebuah partai massa, namun
hanya ada saat massa telah mencapai tingkat pelopor. Yakni, ketika massa
terdidik bagi komunisme.
Kerja
kami secara konstan bertujuan pada pendidikan ini. Partai merupakan contoh
hidup; kader-kadernya harus diajari kerja keras dan berani berkorban. Melalui tindakan
mereka, mereka harus mengarahkan massa untuk melengkapi tugas-tugas
revolusioner, dan ini mencakup tahun-tahun perjuangan keras melawan
kesulitan-kesulitan pembangunan, musuh-musuh kelas, penyakit-penyakit masa
lampau, imperialisme...
Sekarang,
saya hendak menjelaskan peranan yang dimainkan oleh individu, oleh manusia
sebagai individu di dalam massa yang membuat sejarah. Ini adalah pengalaman
kami; ini bukanlah resep.
Fidel
memberikan impuls-impuls revolusi di tahun-tahun pertama, dan juga
kepemimpinannya. Ia selalu mengatur nadanya. Selain itu terdapat sekelompok
kaum revolusioner yang tumbuh di atas jalan yang sama sebagai pimpinan pusat.
Dan ada massa besar yang mengikuti pemimpinnya, karena yakin terhadap
pemimpinnya.
Massa
memiliki kepercayaan kepada pemimpinnya karena pemimpin itu mengetahui
bagaimana menginterpretasikan aspirasi massa.
Tak
jadi soal, berapa kilogram makanan yang seseorang harus makan, ataupun berapa
kali dalam satu tahun seseorang pergi ke pantai, atau berapa banyak
barang-barang bagus dari luar negeri yang bisa kau beli dengan uang yang kau
peroleh dari gajimu saat ini; Persoalannya adalah membuat individu merasa lebih
komplet, dengan kesempurnaan internal dan tanggung jawab yang lebih
besar.
Individu
di negeri kami mengetahui bahwa saat-saat mulia yang terjadi dalam hidupnya
adalah saat pengorbanan; kami akrab dengan pengorbanan. Mereka yang pertama
kali akrab dengan pengorbanan adalah para pejuang di Sierra Maestra dan
selanjutnya juga di tempat-tempat lainnya, barulah setelah itu seluruh Kuba
mengetahuinya. Kuba merupakan pelopor Amerika Latin dan harus membuat
pengorbanan karena ia menduduki posisi garda terdepan, karena ia mengajarkan
pada massa Amerika Latin jalan menuju kebebasan penuh.
Di
dalam negeri, kepemimpinan menjalankan peran pelopornya. Dan harus dikatakan di
sini dengan setulus-tulusnya bahwa dalam sebuah revolusi riil, dimana seseorang
memberikan seluruh miliknya dan dari mana seseorang tidak mengharapkan hadiah
materi darinya, tugas dari revolusioner pelopor adalah indah dan sekaligus
penuh penderitaan.
Dengan
resiko nampak sebagai hal yang ganjil, ijinkanlah saya mengatakan bahwa
revolusioner sejati senantiasa dibimbing oleh perasaan kecintaan yang dalam.
Adalah mustahil membayangkan seorang revolusioner sejati yang tidak memiliki
kualitas ini. Agaknya inilah drama terbesar dari seorang pemimpin yang harus
menggabungkan semangat yang menyala-nyala dengan intelegensi dingin dan membuat
keputusan-keputusan yang berat dan menyakitkan tanpa menghindarinya. K kaum
pelopor revolusioner kami harus membuat ideal kecintaan pada rakyat ini, pada
sebab-sebab pengorbanan, membuatnya satu dan tak bisa ditawar-tawar lagi.
Mereka tidak bisa kurang dari persyaratan itu, yaitu dengan kadar kecintaan
yang dangkal, setingkat mana manusia biasa menempatkan cintanya ke dalam
prakteknya.
Pemimpin
revolusi memiliki anak-anak yang baru mulai bisa bicara, yang tidak belajar
memanggil ayahnya dengan nama; mereka memiliki istri atau suami yang merupakan
bagian dari pengorbanan hidupnya dalam rangka memilih revolusi sebagai
takdirnya; Lingkaran kawan-kawannya secara ketat dibatasi pada lingkaran
kawan-kawan revolusi. Tidak ada kehidupan lain di luar itu.
Dalam
keadaan seperti ini seseorang harus memiliki kadar kemanusiaan yang tinggi,
kadar rasa keadilan dan kebenaran yang tinggi agar tidak jatuh ke dalam
dogmatisme ekstrem, ke dalam cara pandang sekolahan yang dingin, keterasingan
dari massa. Kita harus berusaha secara gigih sedemikian rupa setiap hari
sehingga cinta kemanusiaan kita ditransformasikan ke dalam tingkah laku nyata,
ke dalam tindakan yang menunjukkan contoh-contoh, sebagai kekuatan penggerak.
Revolusioner,
kekuatan motor ideologis dari revolusi di dalam partai kita, dijejali oleh
tugas-tugas yang tanpa henti-hentinya muncul dan hanya berakhir dengan
kematian, terkecuali jika pembangunan sosialisme skala dunia telah rampung.
Bila semangat revolusioner telah tumpul pada saat tugas-tugas yang amat
mendesak harus dirampungkan di skala lokal dan ia mengabaikan tentang internasionalisme
proletariat, maka revolusi sebagai kekuatan pendorong akan menjadi mandeg dan
terperosok ke dalam keloyoan dimana imperialisme, musuh kita yang tak bisa
ditawar-tawar lagi, akan memanfaatkannya guna memperoleh pijakannya.
Internasionalisme proletariat merupakan sebuah kewajiban, namun ia juga
merupakan kebutuhan revolusioner. Beginilah cara kami mendidik rakyat kami.
Tentu
saja ada bahaya di dalam situasi sekarang ini, dimana bukan hanya berupa
dogmatisme, bukan hanya mengendurnya ikatan dengan massa, di tengah-tengah
tugas berat. Bahaya yang lain adalah kelemahan yang ada pada diri kami sendiri.
Seandainya seseorang berpikir hendak mengabdikan keseluruhan hidupnya bagi
revolusi maka ini berarti bahwa ia tidak akan terganggu oleh kekhawatiran seperti
anak-anaknya akan kekurangan atau kehilangan sesuatu, bahwa sepatu
anaknya telah usang dan robek dan harus segera diganti, bahwa keluarganya
kekurangan dan butuh akan barang-barang tertentu, dimana demi memenuhi
kekurangan-kekurangan itu ia menyediakan dirinya dimasuki oleh kuman-kuman
tindak korupsi.
Dalam
hal seperti itu kami, sebagai revolusioner pelopor, harus memandang bahwa
anak-anak kami harus dibiasakan dan diajak untuk tidak memiliki sesuatu barang
jika anak-anak dari rakyat umumnyapun tidak memiliki barang seperti itu, dan
keluarga kita harus memahami hal ini dan hidup dengan cara seperti ini.
Revolusi tercipta melalui manusia, namun manusia harus mengasah semangat
revolusionernya hari demi hari.
Beginilah
cara kami melangkah. Di ujung tiang pokok –kita tak perlu malu atau takut
menyatakannya-- adalah Fidel Castro. Di belakangnya adalah kader-kader partai
terbaik, dan di belakang mereka, sedemikian dekatnya mereka sehingga kita bisa
merasakan kekuatan dahsyatnya, muncullah rakyat dengan keseluruhannya, sebuah
struktur yang kukuh dari individu-individu yang bergerak menuju tujuan sama,
individu-individu yang memperoleh kesadaran tentang apa yang harus dilakukan,
manusia yang berjuang untuk menghindar dari kenyataan keterpaksaan dan memasuki
kebebasan.
Kumpulan
manusia (great throng) yang begitu besar ini mengorganisasi dirinya;
organisasinya merupakan hasil dari kesadarannya terhadap perlunya organisasi
itu. Ia bukan lagi merupakan kekuatan yang terpecah-pecah, terbagi-bagi ke
dalam ratusan gumpalan yang terlempar ke udara bak pecahan granat, yang mencoba
segala macam cara untuk mencapai perlindungan dari sebuah masa depan tak jelas,
dalam sebuah pertarungan sengit dengan kawan-kawannya sendiri.
Kita
mengetahui bahwa pengorbanan ada dihadapan kita dan kita harus membayar sebuah
harga demi fakta heroik dimana kita? sebagai sebuah bangsa, merupakan pelopor
kita, sebagai pemimpin, mengetahui beaya yang harus kita bayar demi hak untuk
menyatakan bahwa kita adalah pemimpin rakyat yang pemimpin benua Amerika Latin.
Masing-masing dari kita harus membayar secara penuh jatah pengorbanan kita,
makhluk yang memiliki kesadaran bahwa hadiah yang kita terima tak lain
merupakan kepuasan bila mampu memenuhi kewajiban, kesadaran maju bersama dengan
setiap orang menuju manusia baru yang nampak di cakrawala.
Ijinkanlah
saya menarik beberapa kesimpulan:
Kami kaum sosialis, lebih bebas karena kami lebih lengkap, kami lebih lengkap karena kami lebih bebas.
Kerangka kebebasan menyeluruh kami telah terbentuk. Daging dan bajunya masih belum ada, kita akan menciptakannya.
Kebebasan kami dan topangannya sehari-hari kami bayar dengan darah dan pengorbanan kami.
Pengorbanan kami disadari: beaya yang harus dibayar bagi kebebasan yang sedang kami bangun.
Jalan ini panjang dan sebagian tidak kita ketahui kami menyadari keterbatasan kami, kami akan menciptakan manusia abad ke dua puluh satu--kami, diri kami.
Kami akan menempa diri kami dalam tindakan sehari-hari; menciptakan manusia baru dengan teknologi baru.
Individu memainkan peranan dalam memobilisasi dan mengarahkan massa sepanjang ia memiliki kebajikan yang amat tinggi dan aspirasi tentang rakyat dan tidak menyeleweng dari jalur.
Untuk membersihkan jalan dilakukan oleh kelompok pelopor, yang terbaik dari segalanya, yaitu Partai.
Kami kaum sosialis, lebih bebas karena kami lebih lengkap, kami lebih lengkap karena kami lebih bebas.
Kerangka kebebasan menyeluruh kami telah terbentuk. Daging dan bajunya masih belum ada, kita akan menciptakannya.
Kebebasan kami dan topangannya sehari-hari kami bayar dengan darah dan pengorbanan kami.
Pengorbanan kami disadari: beaya yang harus dibayar bagi kebebasan yang sedang kami bangun.
Jalan ini panjang dan sebagian tidak kita ketahui kami menyadari keterbatasan kami, kami akan menciptakan manusia abad ke dua puluh satu--kami, diri kami.
Kami akan menempa diri kami dalam tindakan sehari-hari; menciptakan manusia baru dengan teknologi baru.
Individu memainkan peranan dalam memobilisasi dan mengarahkan massa sepanjang ia memiliki kebajikan yang amat tinggi dan aspirasi tentang rakyat dan tidak menyeleweng dari jalur.
Untuk membersihkan jalan dilakukan oleh kelompok pelopor, yang terbaik dari segalanya, yaitu Partai.
Basis
sasaran (basic clay)dari pekerjaan kami adalah pemuda. Kami menempatkan harapan
kami pada mereka dan mempersiapkan mereka mengambil panji-panji dari tangan
kami.
Jika surat yang
penuh kekurangan ini (inarticulate letter) menjelaskan sesuatu berarti dia
menunjukkan obyektivitas yang mendasarinya. Aku tutup dengan salam
kita--sebagaimana kebiasaan jabat tangan atau satu "Ave Maria
Purissima"--Tanah Air atau Mati!